Gimana perasaan kalian disaat ada seorang wanita, sedang berjuang mencari nafkah keluarga di negeri orang, harus menelan pil pahit mendengar kabar sang anak terlantar, sedangkan sang suami memilih menikah lagi dengan kekasih lama nya .
Penderitaan tak selesai begitu saja, ketika sang mantan suami memilih mengabaikan anak kandungnya, dan mencurahkan seluruh kasih sayang kepada sang anak tiri, Dia berusaha kuat dan bertahan demi sang buah hati, Di tengah gempuran rasa cemburu yang masih ada di hatinya, melihat kemesraan sang mantan yang dia lihat setiap hari.
Hingga kesedihan berangsur terobati dengan kehadiran sosok dokter, yang menangani sang anak saat itu, Kedekatan Dokter Nino dengan Devan bagikan ayah dan anak, membuat sang ayah kandung cemburu dan menaruh rasa iri dengan kehidupan sang mantan istri.
Next langsung baca bab bab selanjutnya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ꧁ঔৣ☬Rmls☬ঔৣ꧂, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengintai
Di siang hari yang gak begitu terik, kini keluarga Wijaya dan juga keluarga Risa, telah sampai di sebuah tempat wahana bermain, yaa rencana awal mereka harus Batal dengan sia-sia, ketika Divan tak sengaja melihat iklan wahana bermain di sebuah tv di mall.
Alhasil Maria pun mengalah, dia memilih menuruti bocah kecil yang dia yakini akan menjadi bagian keluarganya kelak.
Kedatangan keluarga Wijaya menjadi magnet tersendiri bagi para pengunjung, titel konglomerat yang setia melekat di nama para keluarga Wijaya, membuat siapa saja nampak kagum dan segan kepada keluarga tersebut.
"Divan jalan sendiri dong kak sudah sampai, kasian om citak nya loh, nanti capek"Tegur Risa kepada sang anak, pasal nya anak itu tak mau turun dari gendongan om cicak nya, membuat Risa tak enak hati.
"Endak, kata Ucle boleh kok suluh-suluh om cicak"Jawab Divan dengan santai di dekapan citak, citak pun nampak tersenyum melihat ekspresi sang bocah, entahlah bocah ini telah mampu mengubah mood citak menjadi sang baik.
"Udah biarin sayang, Divan mah enteng buat citak, liat saja tuh badannya sudah sebesar gapura" Tambah Maria di tengah perjalanan mereka, disambut tawa kecil semuanya.
Citak pun hanya terdiam tanpa membalas ledekan ibu dari bos nya itu, karena dia sudah terbiasa dengan mulut pedas Rama, yang lebih jahat dari siapa pun.
Tak butuh waktu lama, kini mereka telah masuk kedalam disambut dengan aneka wahana, yang siap melayani dengan sepenuh hati.
"Kayaknya kita harus memisahkan diri Bu Retno"Ajak Maria ketika melihat aneka wahana ekstrim di depan, entahlah nyali Wanita sosialita itu langsung ciut, melihat teriakan dari penikmat wahana itu.
"Saya kira juga begitu, saya masih ingin hidup lebih lama lagi"Jawab bude Retno termenung melihat kedepan.
"Gini saja, Om temani mamah sama Bu Retno saja, Risa, Nino dan citak temani Divan, kami tunggu sambil berbelanja" Saran Anton mengambil jalan tengah, membuat Risa dan Nino mengagukan kepala.
"Ayo Bu Retno, kita shopping kali ini saya yang traktir, let's go"Ucap Maria dengan berjalan diikuti Anton dan bude Retno dibelakang nya.
Kini tinggal Risa, Nino dan Divan yang masih setia di gendongan citak, entahlah manusia biasa saja bisa merinding dan ketakutan, melihat sosok sangar berbadan besar dengan tatto memenuhi seluruh tubuhnya, namun tidak dengan Divan bocah itu nampak nyaman di dekapan nya.
"Om Ivan mau naik itu boleh?"Tanya Divan dengan tangan menunjuk komedi putar berbentuk kuda itu.
"Ayok sama papa saja yaa, sini papa gendong"jawab Nino, padahal Divan mengajak citak namun Nino dengan sigap menawarkan diri, dia begitu paham jika pria berbadan kekar itu pasti malu, mengikuti permintaan sang anak.
Divan pun mengangguk dan merentangkan tangan, dengan cepat bocah itu sudah berpindah tangan ke dekapan sang papa.
"Ayo ready Boy?" ucap Nino mengangkat tubuh Divan ke atas pundak, membuat bocah itu tertawa kegirangan seakan terbang menuju Awan.
"Let's go papa, om cicak titip mamah Ivan yaa dada" Teriak Divan melambaikan tangan, dengan tubuh semakin menjauh di atas pundak Nino yang berlari.
Kedua pria berbeda generasi itu nampak tertawa bahagia, dengan menaiki kuda kayu yang tanpa lelah berputar tanpa tujuan.
Sedangkan kini Risa tengah mengamati sang putra di balik pagar pembatas, dengan ditemani citak yang selalu siaga mengamati sekitar.
"Seperti nya kita sedang di awasi nona"Ucap citak tiba-tiba membuat Risa yang tengah fokus ke arah divan terkejut, perempuan itu nampak panik dia takut orang itu berniat jahat kepada dirinya dan yang lain.
Citak pun menarik tangan Risa dan menariknya mendekati komedi putar, yang tengah membawa Nino dan Divan kedalam kesenangan.
Namun sayang kesenangan dua pria itu harus terhenti, ketika citak meminta petugas untuk memberhentikan nya, membuat Nino mau tak mau membawa sang anak untuk menyudahi permainan.
Sudah dipastikan Divan nampak cemberut, menandakan betapa kesal dirinya saat ini, begitu pula dengan Nino pria itu nampak bingung, dengan apa yang di lakukan tangan kanan saudaranya itu.
"Kita harus pergi secepat nya tuan, ada beberapa orang sedang mengintai kita dari bangunan itu" jelas citak dengan melirik sebuah bangunan bertingkat di seberang, dirinya begitu paham dengan kebingungan Nino, membuat dia dengan cepat memberi penjelasan.
Nino pun nampak terkejut dan melirik sekilas ke arah yang telah ditunjukan, dan benar saja ada dua orang pria berpakaian mencolok sedang mengawasi mereka.
"Saya rasa kita harus bergabung dengan kelompok nyonya Maria dengan cepat, saya takut nyonya besar dalam bahaya" ucap citak memeringatkan tentang apa saja yang bisa terjadi.
.
.
.
.
.
🍂🍂🍂🍂🍂
Disebuah villa mewah
Di sebuah balkon, berpemandangan hutan nan hijau di temani semilir angin dan kicauan burung, membuat Susana tenang di siang hari ini, siang yang biasanya panas dan membosankan berubah menjadi sejuk dan menyenangkan.
Apalagi ditemani sang buah hati, yang sedari tadi tenang menemani sang papa, yang tengah fokus dengan laptop di depan nya.
"Huh huh huh"Bayi itu nampak bersuara dan menggerakkan tangan dan kakinya, membuat sang papa langsung menoleh ke arah sumber suara.
"Hay baby, apakah kamu bosan, kalau iya tolong tunggu sebentar, papa beresin kerjaan dulu"Ucap Rama mencoba mengajak sang bayi berbicara, dan benar saja bayi mungil nan tampan itu nampak tertawa, dengan menggerakkan tangan dan kakinya.
Dengan cepat Rama menutup laptop, dan membawa masuk kedalam sekalian mencuci tangan, tangan nya harus bersih sebelum sang menggendong sang buah hati.
"Utu Utu anak papa bosen?" Tanya Rama dengan mengangkat tubuh sang baby ke dalam gendongan nya.
Dia timang- timang tubuh mungil itu dengan menyanyikan lagu Nina bobok, berharap sang buah hati bisa tidur, dan dia pun juga bisa menjalankan tidur siang nya.
"Good baby tidur lah, papa juga ingin tidur"Ucap Rama dengan meniup pelan wajah sang bayi, entahlah dapat ide dari mana yang pasti bocah berumur 20 tahun itu nampak berhasil, membuat sang bayi menguap dan perlahan memejamkan mata.
Tak butuh waktu lama bayi tampan itu telah tertidur dengan sempurna, Rama pun berjalan dengan pelan memasuki kamar miliknya, kali ini dia membaringkan sang bayi di kasur milik nya, dia ingin merasakan tidur bersama sang putra.
Dengan hati-hati dia baringkan tubuh mungil itu, tak lupa dia juga memberikan bantal dan guling sebagai pembatas, trauma kejadian Natan jatuh dari kasur terulang kembali.
"Oke selesai, sekarang kita tidur baby boy, jangan rewel yaaa, selamat tidur" ucap papah muda dengan mencium pelan kening sang putra, sebelum dirinya ikut membaringkan diri dan terlelap di samping baby handsome itu.
bersambung
jangan lupa untuk like coment and favorit.