NovelToon NovelToon
Cinta Di Kehidupan Berikutnya

Cinta Di Kehidupan Berikutnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / TimeTravel / Perjodohan / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Rebirth For Love
Popularitas:9.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nopani Dwi Ari

“Tuhan, bila masih ada kehidupan setelah kematian, aku hanya ingin satu hal: kesempatan kedua untuk mencintainya dengan benar, tanpa mengulang kesalahan yang sama...."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopani Dwi Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.35

Lima bulan telah berlalu. Usia kandungan Jasmin kini sudah memasuki tujuh bulan. Hari itu, keluarga Wisnutama berkumpul untuk gender reveal. Suasana hangat seolah menutupi badai yang diam-diam sedang mengintai.

Selama lima bulan terakhir, Mia selalu mencari perhatian. Ia menembus setiap celah kehidupan orang-orang di sekitarnya. Bahkan Vio pun pernah ia dekati—beruntung, Vio tak pernah tergoda. Vio sendiri kini sudah memasuki usia delapan bulan, bayi itu telah bisa merangkak cepat dan mulai belajar berdiri, seakan ingin segera melangkah sendiri.

"Sayang, kamu masih marah?" tanya Damian, matanya menatap Daisy yang tengah berdandan di depan cermin.

"Aku… gak juga. Memang kelihatan ya?" balas Daisy, senyum tipisnya tak menutupi kerutan di dahi.

"Iya, wajahmu judes kalau marah," goda Damian. Daisy cemberut, melempar permen ke arahnya, namun matanya tetap kosong, pikirannya melayang.

"Kamu jemput Vio, sayang. Kasihan Ibu," kata Daisy. Diana, adiknya, menginap di kediaman Wisnutama untuk ikut acara gender reveal itu.

"Baiklah, aku keluar dulu dan… jangan cantik-cantik kalau berdandan," bisik Damian sambil menahan senyum, membuat Daisy menanggapi dengan senyum kecil yang getir.

Daisy meletakkan bedaknya dengan kasar, pikirannya terseret kembali ke satu bulan lalu. Mia, entah bagaimana caranya, berhasil menjebak ayahnya Niklas.

"Kurang ajar… Mia. Berani merusak rumah tangga Mommy-ku. Jangan harap aku diam," gumam Daisy. Bukti-bukti sudah dia kantongi; Mia akan segera dia hancurkan.

Sementara itu, Ivana tenggelam dalam pengobatannya. Amora memutuskan memeriksa kondisinya, namun mata-mata Daisy diam-diam terus memantau kehidupan mereka. Daisy mengetahui semua itu dan hatinya mengeras.

"Mereka yang memulai duluan… jangan salahkan aku jika menghancurkan kalian," gumam Daisy, tangannya mengepal.

"Beruntung kamu, Andreas… dekat dengan perempuan lain," lanjutnya, matanya menatap kosong ke arah jauh.

Saat Daisy keluar kamar, pandangannya tertumbuk pada Mia yang baru saja keluar dari kamar Niklas. Senyum tipis terukir di wajah Daisy. Mia tersentak, tubuhnya kaku.

“Da-Daisy…” lirih Mia, suaranya gemetar.

“Ya, ini aku, Daisy. Kenapa? Gagal menjalankan rencanamu, hem?” nada Daisy dingin, menusuk.

Daisy mendekati Mia, berjalan mengelilinginya dengan langkah pasti, tangan disilangkan di dada.

“Mia… kamu tuh bodoh ya! Mau dimanfaatkan sama Ivana? Dia itu… gila. Perempuan gila yang terobsesi pada suamiku,” suara Daisy meninggi, penuh amarah.

“Asal kamu tahu… selama lima bulan ini, dia sedang dalam masa pemulihan,” lanjutnya, matanya menyipit tajam.

Mia menelan ludah, tubuhnya bergetar. Daisy melangkah lebih dekat, berbisik di telinganya:

“Mia… aku tahu semuanya.”

Mata Mia melebar. “Ma… maksudmu apa? Aku… aku gak ngerti!”

“Jangan pura-pura bodoh. Aku tahu tujuanmu masuk ke rumah ini apa. Kamu ingin menghancurkan rumah tangga orang tuaku, kan? Atau… membuatku bercerai dengan Damian?” Daisy tersenyum sinis, lalu berbalik, melangkah pergi.

Langkah Daisy menjauh, namun kata-katanya masih menggema di kepala Mia. Nafasnya tersengal, jantung berdegup tak karuan.

Ia mencoba menenangkan diri, melangkah ke kamar Niklas untuk memastikan rencananya tetap berjalan. Tapi begitu matanya menangkap sebuah benda di atas meja, tubuhnya seketika kaku.

Sebuah amplop cokelat. Tergeletak begitu saja, seakan sengaja dipajang.

Dengan tangan gemetar, Mia mengambilnya. Tulisan di permukaannya membuat darahnya membeku.

“Daisy tahu semua rencanamu. Hati-hati, Mia.”

Amplop itu hampir terlepas dari genggamannya. Napasnya memburu, matanya menoleh ke kanan-kiri.

“Tidak… siapa yang… menaruh ini?” bisiknya panik.

Untuk pertama kalinya, Mia sadar—Daisy bukan hanya lawan biasa. Ia bisa saja sudah selangkah lebih maju dari semua rencananya.

*

*

*

Udara sore penuh tawa dan musik ringan ketika tamu mulai berkumpul di halaman rumah Wisnutama. Lampu-lampu kecil tergantung rapi, meja-meja dipenuhi kue dan camilan, serta sebuah panggung kecil sudah siap untuk acara utama: pengumuman jenis kelamin bayi Jasmin.

Niklas berdiri di samping istrinya, kedua tangan menggenggam mikrofon dengan bangga. Wajahnya berseri—bukan hanya karena bahagia, tapi juga lega melihat keluarga berkumpul merayakan kabar baik.

“Baiklah, mari kita mulai acaranya. Sudah siap, Nyonya, Tuan?” tanya MC sambil terkikik menyambut sorak tamu.

“Siap,” seru Niklas dan Jasmin serempak. Tepuk tangan menggema, Vio yang digendong Daisy mengibaskan tangannya kecil-kecil, tertarik pada kertas warna-warni yang beterbangan.

“Hitung bersama ya. Satu… dua… tiga!” pekik MC.

Detik berikutnya kembang api mini meletup dari panggung, confetti berjatuhan — dan dari kotak besar meletus balon berwarna biru. Sorak gembira pecah; beberapa tamu bersorak, beberapa menitikkan air mata bahagia. Niklas dan Jasmin saling berpelukan erat, dan Jasmin menaruh tangan di perutnya yang mulai membulat.

Daisy meletuskan tawa kecil, memandang confetti biru yang berterbangan.

“Kak, apa kamu akan bereinkarnasi?” gumamnya lalu menatap kedua orang tuanya.

“Selamat sayang, kamu akan punya adik laki-laki.” Suaranya lembut, matanya menatap Daisy yang tersenyum penuh kasih sayang. Vio di pangkuannya hanya menatap kertas warna-warni dengan mulut terbuka.

Di pojok sana, di balik deretan kursi tamu, dua pasang mata menatap dengan intensitas berbeda. Ivana duduk tenang, bibirnya melengkung senyum kecil yang hampir tidak disadari orang-orang di sekitarnya. Di sampingnya, Mia menatap keluarga Wisnutama—Daisy, Damian, Niklas, Jasmin—seperti menonton target yang sedang terpapar lampu sorot.

“Kamu sudah menyiapkan semuanya?” tanya Ivana dengan suara pelan.

“Semua sudah beres,” jawab Mia tanpa berkedip, matanya seperti memetakan tiap sudut rumah, tiap orang yang hadir.

“Kamu akan lihat mereka runtuh.”

Ivana meneguk minumannya, matanya tetap tajam.

“Mereka?” ulangnya, lalu tatapannya mengarah pada Niklas dan Jasmin.

“Ya. Aku jatuh cinta pada Tuan Niklas. Tidak ada salahnya aku menjadi bagian dari mereka, kan?” Mia mengangguk pelan—senyum tipis di bibirnya bukan lagi pura-pura. Dia terlihat tenang, namun ada sesuatu yang berputar di kepalanya: rencana, langkah demi langkah.

Bersambung ...

1
Epi Widayanti
/Kiss/😍😍😍
Epi Widayanti
😍😍😍😍
Susma Wati
kasihan ivana, luka bathinnya harus ada yang mengobati, , karena anak broken home ulah ayahnya yang terjerat perselingkuhan, membuat anak sendiri menjadi korban nya, ivana isa kah kah bertemu seseorang yang bisa membuat ivana sadar akan obsesi nya terhadap damian, andreas sudah ketemu tuh calon pawangnya si bella
Mochi 🐣
lanjut
Susma Wati
si laras pelakor gak tahu diri mau meres ivana
Epi Widayanti
hempaskan ulat bulu itu Daisy
Epi Widayanti
/Heart//Heart//Heart/
Asa Asa
belom pernah hidup serumah sama mertua
Susma Wati
ivana terlalu terobsesi pada damian yang menghancurkan dirinya sendiri, akibat dari perbuatan ayahnya yang lebih pergi dengan pelakor, da si pelakor dengan tidak tahu diri ingin memeras ivana
Epi Widayanti
Lanjut 👍👍
Epi Widayanti
lanjut
Epi Widayanti
Lanjut, makin kepanasan tuh si Ivana /Joyful/
Nix Ajh
eh Andrean mokondo, harusnya Daisy yang marah ini malah kebalik, kamu yang marah
Asa Asa
jahat banget
Margaretha Indrayani
apa ya maksud daisy menerima elena kerja?
Nix Ajh
selalu ada kesempatan kedua, bahagia buat Damian, Daisy, dan Vio
Mochi 🐣
Kepedean
Susma Wati
banyak yang kayak ibu diana,
AriNovani
Komen guyss
Epi Widayanti
suka 💓💓
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!