NovelToon NovelToon
Di Atas Sajadah Merah

Di Atas Sajadah Merah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Maya Melinda Damayanty

Arunika adalah seorang wanita yang memendam cinta dalam diam, membangun istana harapan di atas sajadah merah yang pernah diberikan oleh Raka, pria yang diam-diam memikat hatinya. Setiap sujud dan lantunan doa Arunika selalu tertuju pada Raka, berharap sebuah takdir indah akan menyatukan mereka. Namun, kenyataan menghantamnya bagai palu godam ketika ia mengetahui bahwa Raka telah bertunangan, dan tak lama kemudian, resmi menikah dengan wanita lain, Sandria. Arunika pun dipaksa mengubah 90 derajat arah doa dan harapannya, berusaha keras mengubur perasaan demi menjaga sebuah ikatan suci yang bukan miliknya.
Ketika Arunika tengah berjuang menyembuhkan hatinya, Raka justru muncul kembali. Pria itu terang-terangan mengakui ketidakbahagiaannya dalam pernikahan dan tak henti-hentinya menguntit Arunika, seolah meyakini bahwa sajadah merah yang masih disimpan Arunika adalah bukti perasaannya tak pernah berubah. Arunika dihadapkan pada dilema moral yang hebat: apakah ia akan menyerah pada godaan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 23. Membuka Hati

Arunika turun dari mobil, Purnomo tetap akan mengantar jemput dirinya. Sampai pria itu benar-benar percaya pada sang putri. Arunika harus menuruti peraturan yang dibuat ayahnya itu. Ia juga tau jika semua demi kebaikan dirinya.

"Ayah tak pernah melarang kamu bergaul dengan siapapun. Tapi kamu harus ingat, Nak!" nasihat Purnomo ketika di jalan tadi.

"Di mana-mana, perempuan selalu dirugikan. Makanya Ayah mau kamu mandiri, baik secara mental dan finansial!" lanjutnya.

Arunika diam, ia paham jika sanh ayah telah memberi batasan keras.

"Carilah teman, tidak usah memilih. Tapi yang bertahan bersamamu, jangan pernah lepaskan dia!" sambungnya lagi.

Mobil ayahnya sudah berbalik arah, tapi bayangan sosok Purnomo masih membekas di kepalanya. Ucapan-ucapan ayahnya tadi seperti gema yang tak mudah padam.

“Run!”

Arunika menoleh, dan senyum kecil pun terbit.

“Raka?”

“Selamat pagi, Run!” sapanya sambil berjalan cepat mendekat.

Raka sengaja datang lebih awal. Ia ingin ada sedikit waktu sebelum kuliah dimulai, sekadar duduk atau bicara dengan Arunika.

“Pagi,” jawab Arunika pelan, seperti biasa tak banyak kata.

Mereka berjalan berdampingan menuju lobi. Raka, dengan caranya, mencoba membuka percakapan.

“Kamu kelihatan capek. Weekend kemarin kemana?”

Arunika terdiam sebentar. Dalam pikirannya, kilasan wajah ayah dan ibunya muncul—suasana restoran mewah, wahana permainan, tawa, dan pelukan hangat. Ia ingin bercerita, tapi sisi introvertnya menahan.

“Hm… jalan sama Ayah sama Bunda,” jawabnya singkat.

"Wah, pasti seru dan menyenangkan!" sahut Raka sumringah.

Arunika hanya mengangguk, dan hening kembali membungkus mereka. Hingga tiba-tiba, suara lain memecah suasana.

“Nik!”

Arunika menoleh, mendapati Media berlari kecil menghampiri mereka. Dengan dress sederhana dan rambut dikuncir, wajahnya tampak cerah seperti biasa.

“Kalian bareng lagi?” tanya Media sambil tersenyum menggoda.

Arunika mendelik pelan, sementara Raka malah tertawa kecil.

“Kebetulan, Medi,” jawabnya.

Media menyelip di sisi Arunika, merangkul bahu sahabatnya itu.

“Nik, nanti jam istirahat kita makan bareng ya. Aku udah bawa bekal, sekalian aku bagi sama kamu!”

"Oke!" angguk Arunika cepat.

"Aku ikut dong!" pinta Raka yang membuat Arunika dan Medi menoleh padanya.

"Ngapain ngikuti anak cewek?.Ngerumpi?" sengit Medi.

"Jangan galak-galak, Non!" sanggah Raka sebal.

"Aku cuma mau jadi pendengar aja!" lanjutnya beralasan.

"Yah, boleh aja sih. Asal Arunika ijinin? Gimana Nik?" tanya Medi.

"Eh kok aku?" Arunika gusar dengan pertanyaan Medi.

"Ya, aku ngikutin mau kamu Nik!" sahut Medi sambil tersenyum usil.

"Ih, apa sih!" Arunika jadi salah tingkah.

"Jadi boleh nggak?" tanya Raka lagi.

"Boleh!" jawab Medi dan Arunika kompak.

"Ciee, ciee! Kita sehati nih?" goda Medi lagi.

Raka tertawa kecil, ia pun pamit dan menuju kelasnya di lantai dua. Sementara Arunika dan Media masih harus berjalan sekitar enam meter lagi.

Setelah sampai, mereka langsung duduk di barisan depan. Arunika tak lagi merasa risih semenjak Medi membawanya duduk di sini. Selain ia lebih mudah mengerti dan mendengar penjelasan dosen. Ia tak perlu melihat punggung teman-temannya jika duduk di belakang.

Tak lama, mata kuliah berakhir, semua mahasiswa dan mahasiswi keluar setelah dosen meninggalkan kelas. Arunika tetap duduk, Media langsung mengambil bekal yang ia masak sendiri dari rumah.

"Kita makan di taman yuk!" ajaknya.

Arunika menurut, ia mengikuti langkah teman baiknya itu. Sampai di taman, mereka duduk di sebuah bangku yang ada mejanya. Medi duduk di sisi Arunika.

"Hai, boleh gabung!' Raka datang dengan nafas terengah-engah.

"Wih, baru dari mana lari. Nggak habis dikejar dep kolektor kan?" tanya Medi berkelakar.

Raka hanya tersenyum saja, ia duduk berhadapan dengan Arunika. Tangannya juga meletakkan bungkus nasi dan juga tiga minuman es teh.

"Ini buat kalian!" ujarnya lalu memberi es dalam kemasan gelas pada Arunika dan Medi.

"Wah ... Makasih!" seru Medi senang.

"Makasih Raka!" ujar Arunika dengan suara halus.

"Astaganaga! Ngomong itu yang tegas Nik! Orang tak akan ada yang mau mendengarkan jika kamu bersuara pelan!" sembur Medi.

"Nggak apa-apa, aku denger kok! Dan kembali kasih!" sahut Raka tak masalah.

Mereka membuka bekal makannya masing-masing. Ketiganya pun makan tanpa bicara. Sampai makanan itu habis tanpa sisa.

"Puji Tuhan! Besok aku bawa bekal lagi ah. Aku jarang bisa makan sebanyak ini!" seru Medi senang.

"Alhamdulillah kalau begitu!" sahut Arunika sedikit keras suaranya.

Media dan Raka menatap Arunika, keduanya tersenyum. Medi yang paham jika Raka ingin berduaan saja dengan Arunika memilih menyingkirkan diri.

"Med!" larang Arunika.

"No sayang!" geleng Media.

"Aku nggak mau jadi obat nyamuk. Kalian bicaralah. Utarakan apa yang ingin kalian utarakan!" lanjutnya menyuruh, ia pun melangkah menjauhi keduanya.

"Makasih pengertiannya, Med!" seru Raka bersyukur.

"No, probelmo!' sahut Medi santai.

"Run!" panggil Raka setelah sekian detik diam.

"Ya," sahut Arunika lirih.

"Aku ingin berbagi rencana sama kamu. Apa kamu bersedia?" tanya Raka.

Deg!. Tiba-tiba detak jantung Arunika berhenti berdegup sepersekian detik. Rona merah menjalar dari pipi hingga telinga Arunika. Tapi karena cuaca sedikit terik, Raka tak melihat itu rona malu.

"Ren-rencana?" tanya Arunika pelan.

"Ya, aku punya sejuta rencana yang hanya ingin aku bagikan denganmu!" jawab Raka.

"Me-memang ... Apa rencanamu?" tanya Arunika lagi-lagi hanya dengan suara lirih.

"Kau tau, aku membayangkan jika kita berumah tangga. Kita akan diam tak banyak bicara!' jawab Raka dengan mata menerawang.

Detum jantung Arunika makin keras, wajahnya makin memerah. Raka lalu membuang bungkus sisa makannya ke tempat sampah begitu juga gelas es teh miliknya dan Arunika yang sudah habis.

Kring! Bunyi bel tanda masuk terdengar. Arunika dan Raka tersentak, keduanya langsung bangkit dan berlarian ke kelas mereka masing-masing.

Tepat Arunika mendaratkan bokongnya di kursi dosen killer datang dengan wajah datar.

"Buka buku kalian. Saya akan kasih kesempatan belajar lima menit, ada kuis dadakan!" serunya dengan tampang datar.

Semua bersorak mengeluh, tapi mereka semua menurut dan membuka buku, begitu juga Arunika dan Medi.

Tiga jam berlalu, dosen memaksa menambah sks. Semua mahasiswa keluar dengan wajah lelah. Arunika dan Medi juga keluar dengan wajah sama.

Mata Arunika melirik ujung koridor, letak tangga dan lift. Raka biasanya datang dari tempat itu.

"Nak!" suara Purnomo mengagetkan dirinya.

"Siang Om!' sapa Medi ramah.

"Sore Nak!" sambut Purnomo juga sopan.

"Saya belum memperkenalkan diri! Nama Media Gisela, anak bungsu dari empat bersaudara tapi tinggal saya seorang yang hidup. Kakak-kakak saya disayang sama Tuhan. Jadi dipanggil duluan!" sambung Medi yang .mengejutkan Arunika dan Purnomo.

Purnomo tersenyum, ia suka keterbukaan sahabat putrinya itu. Ia mengelus kepala Medi lembut.

"Makasih Medi, tolong jaga Arunika ya!" kekeh Purnomo.

"Oke Ayah!" seru Medi ceria tak masalah.

Purnomo tak masalah panggilan Medi padanya. Mereka pun pamit dan meninggalkan tempat itu. Medi pun berlalu, sementara sepasang mata Raka menatap kendaraan yang membawa Arunika.

"Maaf Run, aku belum berani bertemu dengan ayahmu!" gumamnya.

Bersambung.

Semangat Raka!

Next?

1
Cindy
lanjut kak
nurry
💪💪💪💪💪
nurry
maju terus Raka terjang rintangannya, kamu pasti bisa 💪
nurry
kaya manggul beras sekarung kali ya kak othor 🤭🤭🤭
Deyuni12
Raka
kamu bisa datang d saat kamu sudah siap dalam hal apapun,buat ayah Purnomo terkesan dengan perjuangan mu
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
datanglah saat kau siap raka.
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ayah.. 🥹🥹🥹... pasti sulit mengajarkan mandiri pada putri yang selalu ingin kau lindungi seperti dalam bola kristal, ya kan?setidaknya dirimu sudah mencoba ayah
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
memang berat, raka. tapi kalau cinta ya berjuang donk.
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ayah, jangan rusak mental arunika dengan ke posesif an muuuu
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kalau perhatian di rumah cukup. tak perlu cari perhatian di luar lagi
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
arunika & media cocok
Deyuni12
keren
Deyuni12
butuh perjuangan,cinta tak segampang itu,,hn
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
sedikit lagi, raka. arunika di fakultas ekonomi.
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
arunika begitu banyak mendapatkan limpahan kasih orang tuanya. sementara raka?
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kalian pasti akan dipertemukan oleh author. sabar ya
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
UI itu besar banget. wajar kalau pakai kendaraan. seharusnya ayah jemput di fakultasnya aja
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kenapa kemarin gak tanya raka fakultas apa?
Ni nyoman Sukarti
ceritanya bagus....jadi kangen sm ibu dan bapak😇😇🙏
Ni nyoman Sukarti
Author....semua karya novel mu sangat bagus dan berkesan, baik dari alur cerita, tema dan karakternya, mempunyai value, edukatif dan motivasi bagi pembaca. Tidak membosankan. Sukses selalu ya Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!