NovelToon NovelToon
Lelaki Dari Satu Malam

Lelaki Dari Satu Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Keluarga
Popularitas:755
Nilai: 5
Nama Author: Keke Utami

Rinjani hanya ingin hidup tenang.
Tapi semua hancur saat ia terbangun di kamar hotel bersama pria asing. Dan beberapa jam kemudian mendapati kedua orang tuanya meninggal mendadak.

Dipaksa menikah demi melunasi utang, ia pingsan di hari pernikahan dan dinyatakan hamil. Suaminya murka, tantenya berkhianat, dan satu-satunya yang diam-diam terhubung dengannya ... adalah pria dari malam kelam itu.

Langit, pria yang tidak pernah bisa mengingat wajah perempuan di malam itu, justru makin terseret masuk ke dalam hidup Rinjani. Mereka bertemu lagi dalam keadaan tidak terduga, namun cinta perlahan tumbuh di antara luka dan rahasia.

Ketika kebenaran akhirnya terungkap, bahwa bayi dalam kandungan Rinjani adalah darah daging Langit, semuanya berubah. Tapi apakah cinta cukup untuk menyatukan dua hati yang telah hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keke Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Rencana Langit

Lampu di ruang rapat kembali menyala, cahayanya memantul di meja marmer tempat semua orang berkumpul. Satu persatu dari mereka kembali ke work station. Menyisakan Langit, Taufan dan Evan yang masih belum beranjak.

“Malam ini Papa dan Mama akan ke Makassar. Kamu gantiin Papa meeting di perusahaan Mahanta grup,” ujar Evan, membuka pembicaraan.

“Baik, Pa.” 

Evan akhirnya bangkit, namun sebelum berlalu  ia  kembali berujar, “Gimana kabar keluarga Harsa?” 

“Masih aku selidiki,” jawab Langit. Evan berlalu, meninggalkan ruang meeting. Menyisakan Langit yang menarik sudut bibirnya.

“Saya udah tahu gimana caranya dapatin rambut Rinjani, Fan.” 

Taufan mengangguk. Mereka berdua keluar ruangan dan melanjutkan pekerjaan. 

***** 

Ponsel Olivia berdering, Evan menghubunginya, “Halo, Pa? Ya … Mama udah mau pulang.”

Panggilan terputus, Olivia menatap Darren yang terus mengintimidasi Rinjani lewat tatapan tajam. 

“Tante duluan Darren,” ujarnya, ia menoleh ke Rinjani yang menunduk di belakang, “Ayo Rin. Suami saya udah mau pulang.” 

Elevator kembali terbuka,  Olivia dan Rinjani segera masuk, meninggalkan Darren yang juga membiarkan Rinjani berlalu. 

“Malam ini saya mau ke Makassar,” Olivia memecah hening saat hall indicator bergerak turun. Rinjani menoleh, menunduk.

“Saya titip Nafa,” ujar Olivia. 

“Baik, Bu.” 

Setelah mereka sampai di lobi, keduanya segera menuju mobil. Mobil berlalu, tidak lama sampai rumah. Rinjani segera ke kamar ART. Berbaring. Ngilu di perutnya masih terasa. 

Rupanya Rinjani terlelap. Dan terbangun saat waktu sudah menunjukkan makan malam. Ia segera bangkit, mengingat perkerjaannya yang belum selesai.

“Teh … makan malam?” 

Ami dan Sulis yang duduk di dapur menatapnya, “Aman, Non. Tuh lagi makan.”

“Maaf tadi aku ketiduran.” 

“Nggak apa-apa, ayo duduk di sini,” ajak Ami.

Rinjani mendekat, duduk di meja makan untuk ART. Ia ikut menikmati makanan yang di siapkan Ami.

“Nyonya emang sering pergi-pergi ya, Mi?” tanya Sulis.

Ami mengangguk, “Udah biasa. Pernah 6 bulan nggak pulang.”

Sulis mangut-mangut. Lalu, dari arah meja makan keluarga Alexander terdengar suara Olivia memanggil.

“Biar aku aja, Bi.” 

Rinjani bangkit untuk membereskan bekas makan malam. Dan turut mendengar percakapan di meja makan itu.

“Aku nggak bisa tinggal di sini kalau Mama dan Papa nggak ada di rumah,” ujar Langit. 

“Kenapa? Apa masalahnya?” tanya Olivia. 

“Aku dan Nafa udah dijodohkan. Dan kami bukan lagi sebagai adik dan kakak. Aku takut nanti … kalian pasti ngerti apa yang aku maksud.”

Evan membuang napas, “Ya … antisipasi. Kamu boleh kembali ke apartemen.”

Langit tersenyum tipis, ia melirik Rinjani membawa nampan berisi piring kotor ke dapur. Tidak lama lagi ia akan mengetahui apa yang ia cari selama ini.

******

Setelah melepas Olivia dan Evan di Bandara. Langit segera ke apartemen, ia akan bermalam di sana sampai Olivia dan Evan kembali. Dan sebisa mungkin, ia akan memanfaatkan kesempatan yang ada.

Langit menghubungi telepon rumah. Dan suara Ami terdengar menyapanya.

“Halo, Teh. Ini saya, Langit.”

“Ya, Mas. Ada yang bisa Teteh bantu?” tanya Ami.

Langit tersenyum tipis, “Saya tidur di apartemen. Besok pagi saya ada meeting. Saya mau sarapan di antar dari rumah.”

“Baik, Mas. Besok diantar,” ujar Ami.

“Saya mau Rinjani yang antar, Teh. Sekalian beresin apartemen ini,” terunjuk Langit mengusap sofa kulit, lalu menatap telunjuknya, “Banyak debu. Udah lama nggak dibersihin.”

“Baik, Mas. Besok  Rinjani ke sana.” 

Panggilan terputus. Langit tertawa pelan. Ia bangkit dan segera ke kamar untuk istirahat. Besok ia akan mulai pada rencananya. 

Sementara itu, Rinjani baru saja kembali dari kamar mandi. Ia bisa sedikit bebas karena Olivia dan Evan tidak di rumah.

“Rin … besok kamu harus bangun awal, ya. Antar sarapan ke apartemen Mas Langit,” ujar Ami sebelum tidur.

“Iya, Teh.”

Rinjani naik ke ranjang. Mulai memejamkan matanya, agar besok bisa bangun lebih awal dan lebih segar.

******** 

Di tangan Rinjani sudah ada sarapan untuk Langit, ia diantar oleh sopir keluarga Alexander. Berbekal alamat dari Ami, Rinjani sudah sampai di tower apartemen tersebut. Ia segera menuju elevator, menekan lantai 20, dan saat sampai di lantai yang dituju, ia segera menuju pintu apartemen. Jemari Rinjani menekan bel, tak lama pintu terbuka.

“Selamat pagi, Mas,” sapanya saat pintu terbuka, “Saya mau antar sarapan,” ia menuduhkan bento di tangannya.

Langit membuka pintu kian lebar, memberi jalan, “Masuk!”

Rinjani melangkah memasuki apartemen, di belakangnya pintu sudah ditutup oleh Langit.

“Kamu letakkan di meja pantry aja,” tunjuk Langit. Rinjani mendekati meja pantry, menata sarapan itu di piring. Langit menyusul, duduk di stool dan bersiap untuk makan.

“Rin, bikinin kopi, ya.”

“Iya, Mas,” Rinjani segera membuatkan kopi secangkir untuk Langit.

“Sini … kamu pasti belum sarapan ‘kan?” 

“Saya udah sarapan, Mas. Saya permisi dulu mau lanjut bersih-bersih,” Rinjani membuka lemari kecil di belakang pintu pantry, tempat semua alat bersih-bersih di simpan. 

Ia segera menyalakan robot vacum, dan Langit memperhatikannya, terlihat luwes, seolah Rinjani sering melakukannya. 

“Kamu bisa nyalain robot vacum? Teh Ami mau pakai ini tanya dulu ke saya caranya gimana,” ucap Langit. Rinjani yang fokus mengvacum sofa, tidak menoleh.

“Udah, Mas. Aku kan tinggal sendiri di Australia. Bersih-bersih juga sendiri.”

“Australia?” tanya Langit.

Rinjani terdiam, aktivitasnya terhenti. Ia keceplosan.

Langit bangkit, mendekati Rinjani yang sudah menunduk, “Kamu pernah tinggal di Australia?” selidiknya.

Rinjani tercekat oleh salivanya, ia memutar otak mencari alasan, “Mm … maksudnya, aku pernah jadi TKW di Australia. Dan majikanku dulu sering pergi. Jadi tinggal sendirian di sana,” dustanya, melirik Langit takut-takut.

Langit diam, menatap Rinjani yang tertunduk. Ia menarik senyum tipis. Pintar sekali Rinjani menipunya.

“Ya udah, lanjutkan. Saya mau meeting dulu.”

Rinjani menatap kepergian Langit yang masuk ke ruangan kerja. Ia menghembuskan napas berat. Mulutnya kembali kelepasan. 

Sementara Langit, ia menyalakan macbook, memantau Rinjani dari CCTV selama Rinjani bekerja. Gadis itu terlihat sudah selesai membereskan setiap sudut apartemen, semua barang kembali ia simpan di lemari, Rinjani mendekati pintu. Dan Langit menunggu pintu diketuk.

“Masuk!” ia menutup tab, mengganti ke halaman kerja saat Rinjani masuk.

“Perkerjaan udah selesai, Mas. Saya mau izin pulang dulu.”

Langit tidak langsung menyahut, ia menoleh ke arah jendela, “Di luar hujan,” Rinjani ikut menoleh ke arah pandang Langit.

“Sebentar lagi juga mau makan siang,” Langit bangkit, “Saya pengen kamu masak makan siang di sini, nggak perlu antar dari rumah,” Rinjani melangkah mundur saat Langit meraih pengait pintu dan ikut keluar, “Kita belanja di supermarket.”

Langit melangkah lebih dulu ke pintu, ia menatap Rinjani yang hanya diam mematung, “Ayo!” 

Rinjani segera melangkah dan keluar bersama Langit. Mereka  turun ke lantai 3, dan memasuki supermarket apartemen. Langit menarik troli, mendorongnya. 

“Mas Langit mau makan siang pakai apa?” tanya Rinjani, menoleh.

Langit mengangkat bahu, tidak ada ide, sebab alibi ke supermarket hanya untuk menjebak Rinjani agar terus di sisinya.

“Sekalian aja belanja mingguan,” ujarnya.

Mereka mulai memilih sayuran, buah dan daging, kemudian semua bahan yang mereka butuhkan.

“Rin,” panggil Langit, Rinjani menoleh, ada dua susu ibu hamil di tangan Langit dengan rasa berbeda.

“Stawberry atau coklat?” tanya Langit.

Rinjani terdiam, sejak mengetahui dirinya hamil, ia tidak pernah minum susu bahkan vitamin. Jangankan itu semua, periksa saja tidak pernah.

Langit memasukkan kedua susu itu ke troli, “Kelamaan, Rin,” ujarnya. Ia kembali mendorong troli, menyisakan Rinjani yang hanya menatap punggung Langit saat pria itu sudah melangkah lebih dulu. Ada satu getaran di hatinya saat Langit memperlakukannya terkesan istimewa?

“Nggak Rin… Mas Langit calon suami Non Nafa,” bisik separuh hati Rinjani.

Rinjani membuang napas, geleng-geleng, “Mikir apa sih aku,” gumamnya.

Rinjani menyusul langkah Langit yang sudah menjauh.

“Kaki kamu sering pegal?” tanya Langit. Ditangannya ada dua alat pijat kaki elektrik khusus untuk ibu hamil.

Langit menolah saat Rinjani hanya diam, ia menghela napas, tanpa menunggu jawaban dari Rinjani, Langit menyimpan satu alat pijat kaki yang paling bagus di troli. Kemudian ia melangkah, meraih dua botol kompres untuk perut keram. 

“Suka yang mana?” tanyanya pada Rinjani.

“Mas … nggak perlu,” Rinjani menolak, ia menyimpan kembali semua benda ada di troli ke tempat semula.

“Kenapa?” tanya Langit, ia menahan lengan Rinjani, “Kamu membutuhkan semua ini, tapi kamu menolaknya.”

Langit mengambil kembali semua beda yang sudah ia pilih untuk di beli. Tanpa menunggu Rinjani ia kembali melangkah. Meninggalkan Rinjani yang menggigit bibirnya. Terdiam. Ia tidak bisa berkata-kata. Hatinya makin bergetar. 

1
Nadin Alina
Hebat sih, Rinjani. Yang semula tuan putri mau berjuang untuk hidup🙃
Nadin Alina
next bab Thor....
Nadin Alina
Ceritanya keren, semangat Thor 🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!