Mayor Arsenio yang bertugas sebagai pasukan kontingen Garuda telah mengalami patah hati sebelum dirinya pergi satgas ke Lebanon. Sang tunangan tidak mau menunggunya dalam jangka waktu lima tahun, Mayor Arsenio sempat trauma untuk kembali menjalin kasih dengan seorang wanita.
Setelah lima tahun bertugas di Lebanon, sang Mayor kembali ke Indonesia dan dipertemukan dengan seorang wanita bernama Ainun. Ainun sendiri telah mengalami kehidupan yang pahit ketika suaminya ditembak mati secara misterius oleh seseorang yang tidak dikenal.
Ainun meminta bantuan Mayor Arsenio untuk mengusut tuntas kematian suaminya. Sang Mayor yang masih trauma dengan pengalaman masa lalunya, awalnya ragu-ragu untuk terlibat dalam kasus ini. Namun, setelah mengetahui Ainun dan kasus yang dialaminya, Mayor Arsenio mulai merasa tertarik dan ingin membantu.
mampukah Sang Mayor mengusut kasus ini?
akankah ia kembali menemukan cintanya bersama dengan Ainun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rapat tertutup
Pagi ini Mayor Arsen sudah berada di Batalyon untuk mengikuti apel pagi bersama beberapa petinggi dari kesatuannya.
Letnan kolonel Suprapto kali ini di utus untuk memimpin apel di pagi hari ini, sedangkan Mayor Arsenio berdiri di jajaran barisan paling depan bersama para prajurit lainnya.
Kali ini kehadiran Brigjen TNI Ad yakni Sutoyo Rahadi di sambut meriah oleh para anggota lainnya.
Setelah melakukan apel pagi, Mayor Arsenio di utus untuk menghadap Brigjen Sutoyo Rahadi.
Mayor Arsenio dengan sigapnya bergegas menghampiri.
Dalam satu ruangan khusus untuk para petinggi di Batalyon Yonif 6 Marinir, Mayor Arsenio bergabung bersama Letkol suprapto.
Kini mereka bertiga mengadakan rapat pertemuan tertutup.
"Jadi ini adalah Mayor Arsenio pemimpin pasukan kontingen Garuda XXIII-B, yang berkekuatan delapan ratus lima puluh personel dan bertugas di Libanon?" tanyanya sambil menatap tajam ke arahnya.
"Siap, betul Brigjen Sutoyo Rahadi!" jawabnya sembari memberikan hormat dan berdiri tegap dengan pandangan lurus ke depan.
"Baiklah, silahkan duduk!" ucapnya melempar senyum ke arahnya.
Kemudian Brigjen Sutoyo mulai membahas masalah pemberontakan yang akhir-akhir ini telah meresahkan pemerintah menjelang HUT hari kemerdekaan. Mayor Arsenio mendengarkan apa yang di jelaskan oleh sang Brigjen dengan serius.
"Apakah yang bapak maksud itu adalah si pemberontak yang mengibarkan bendera bulan bintang dan mengatas namakan jihad Mujahidin?" tanya Letkol Suprapto untuk memastikan.
Sambil mendesah kasar, Akhirnya Brigjen Sutoyo membenarkan apa yang di jelaskan olehnya.
Sedangkan Mayor Arsenio, ia hanya menyimak percakapan mereka.
"Pemerintah mulai bertindak tegas atas aksi mereka yang sangat meresahkan, bahkan ada Tim yang di khususkan untuk memberantas mereka, identitas para pasukan ini telah disembunyikan, dan kita sebagai prajurit yang menjunjung tinggi perdamaian di bumi ibu pertiwi ini, ikut bergabung untuk memberantas aksi mereka, bahkan di beberapa daerah, mereka mulai melakukan pergerakan seperti ancaman bom bunuh diri!" imbuhnya dengan tegas.
'Aku tidak menyangka, di negeri yang selalu aku lihat aman ini mulai terjadi kegaduhan kembali, semoga tidak adalagi pemberontakan seperti ini dan ini adalah yang terakhir!' ucapnya dalam hati.
Kemudian Mayor Arsenio mulai di libatkan dalam operasi ini.
"Dan untukmu Mayor Arsenio, tugasmu adalah mengamati warga sekitar, jika ada hal yang mencurigakan segera kau selidiki!" perintah Letkol Sutoyo.
"Siap laksanakan Letkol!" jawabnya dengan sikap yang sigap
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Seperti biasa, sekitar pukul sembilan pagi sesuai permintaan dari Batalyon Yonif 6 Marinir, Ainun mulai mengirimkan pesanan nasi uduk yang berjumlah seratus lima puluh box.
Ia yang saat ini sudah berada di dalam area sekitar pintu masuk, mulai merapikan dan menata makanan tersebut untuk segera ia bawa ke dalam Batalyon.
"Mari saya bantu Mba!" ucap Serda Jaka.
Ainun yang agak kerepotan pun akhirnya mengiyakan Serda Jaka untuk membantunya.
Dan saat Mayor Arsenio melintas setelah melakukan pertemuan tertutup, ia merasa kesal karena saat dirinya ingin menolongnya selalu saja mendapatkan penolakan, berbeda sekali saat bersama Serda Jaka.
Kini Ainun dan Serda Jaka masuk ke dalam Batalyon tepatnya di salah satu ruangan khusus untuk menyediakan makanan para prajurit. Lalu Ainun menata nasi box tersebut di atas meja.
Saat Ainun membalikan tubuhnya, ia terkejut ketika melihat sosok Mayor Arsenio tepat berada di hadapannya. Sedangkan Serda Jaka yang melihat kelakuan sang Mayor, ia hanya bisa menggeleng dan pergi meninggalkan mereka berdua.
"Oalah... sepertinya saya berada dalam situasi yang tidak tepat, maafkan saya Mayor!" Serda Jaka buru-buru pergi ketika melihat ekspresi wajah Mayor Arsen yang tak bersahabat.
Sedangkan Ainun sendiri, ia mulai merasa canggung akan situasinya saat ini.
"M maaf, kalau begitu saya permisi dulu!" ucapnya yang segera bergegas pergi dari hadapan Mayor Arsen.
Namun sang Mayor malah mencoba mencegahnya.
"Tunggu sebentar Nun!" cakapnya sembari meraih pergelangan tangannya dan mencengkram nya cukup kuat.
Ainun sampai terkejut tak percaya atas apa yang telah Mayor Arsenio lakukan padanya
Kini kedua pasang bola mata mereka saling bertemu.
'Ainun, tatapan matamu telah menggetarkan hatiku, aku semakin tidak bisa mengendalikan perasaan ku ini!' batinnya mulai menggebu
Sedangkan untuk Ainun sendiri, tubuhnya mendadak gemetar saat tangannya di sentuh oleh sang Mayor.
"L lepas!" pintanya seraya berupaya melepaskan tangannya dari cengkraman kuat tangan kekar sang Mayor. Tak bisa di pungkiri bahwa Mayor Arsen menunjukan sikap rasa cemburunya saat melihat kejadian barusan, dimana Ainun cukup akrab bersama dengan Serda Jaka.
"Ops..maaf Nun! Saya tidak sengaja!" jawabnya terlihat kikuk bahkan ia sampai menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Berbeda dengan Ainun, ia malah terlihat kesal atas sikap Mayor Arsenio yang mulai berani padanya atau tepatnya sedikit kurang ajar.
Akhirnya Sang Mayor melepaskan cengkraman tangannya, lalu Ainun buru-buru pergi dari hadapannya dengan tatapan tidak sukanya.
Sambil melangkah cepat menuju area pintu gerbang Batalyon, Ainun terus saja menggerutu dan mengumpat kesal terhadap Mayor Arsen.
"Menyebalkan, jangan mentang-mentang semalam aku bersikap baik padamu kau malah ngelunjak seperti ini, dasar pria tak tahu malu!" monolognya sambil menyalakan starter motor matic miliknya.
Sedangkan Mayor Arsen malah tersenyum lebar ketika ia melihat Ainun gugup saat di sentuh olehnya.
"Aku benar-benar sudah tidak waras, apa yang sudah kau lakukan pada wanita itu, Arsenio?" tanyanya pada dirinya sendiri.
Dan akhirnya Sang Mayor memerintahkan pasukan yang lainnya untuk membagikan nasi kotak kepada para prajurit yang selesai melaksanakan apel di pagi hari ini, tak lupa Mayor Arsenio mengambil satu untuk ia santap.
Sambil duduk di kursi yang berada di dalam ruangannya, Mayor Arsen begitu menikmati nasi uduk buatan Ainun.
"ini sih dari makanan langsung turun ke hati!" ujarnya sampai tersenyum seorang diri
Sedangkan Ainun, yang saat ini sudah berada di rumahnya Kayla, masih tampak kesal atas kejadian tadi.
Kayla mulai memperhatikan sikap Ainun yang tak seperti biasanya.
" Kamu kenapa Nun? Pulang dari Batalyon malah cembetat cembetut kaya gitu, jelek tau!" tegur Kayla sampai tertawa geli.
"Bukan urusanmu, kau tak perlu tahu!" jawabnya sembari merapikan kantong kresek bekas membawa nasi box.
Kemudian Ainun melengos pergi menuju ke arah dapur, dan Kayla pun segera menyusulnya.
"Eh Ainun, kamu kok main pergi begitu saja sih! Tadi saat kamu mengantarkan nasi Box ke Batalyon, kau bertemu dengan si Mayor tampan itu tidak?" tanyanya begitu penasaran.
Ainun menoleh sejenak ke arah Kayla kemudian dengan sorot matanya yang tajam, ia seolah malas membahas manusia yang barusan disebutkan oleh Kayla.
"Untuk apa kau menanyakan dia?" tanyanya dengan nada ketus.
Kayla yang mendengar nya pun tampak kesal atas jawaban dari Ainun.
"Yaelah masa sih kamu lupa sama perkataanku tadi pagi sama kamu, Nun?" tanya Kayla mencoba untuk mengingatkan.
"Memangnya tadi pagi kamu ngomong apaan? Perasaan aku gak denger kamu ngomong sesuatu deh."
Kayla sampai menepuk jidatnya sendiri atas kelakuan Ainun."Jiahhh...mulai deh pikunnya kumat, masa sih kamu gak tahu? Padahal saat aku ngomong cukup kenceng loh!" balasnya masih terasa kesal akan sikap Ainun.
"Yaudah, emangnya tadi pagi kamu ngomong apaan?" tanya kembali Ainun.
Kayla sendiri sampai menghela napasnya atas sikap Ainun yang selalu menyebalkan.
"Aku bilang tadi sama kamu, kalau nanti kamu bertemu Mayor Arsenio, bilang padanya salam rindu dariku!" jawabnya sampai tersipu
Ainun yang mendengarnya seolah tercekat tak percaya.
"Apa? Salam rindu, maksudmu apaan Kayla? Kau suka sama pria menyebalkan itu, hah?" tanyanya masih tak percaya.
Tiba-tiba Kayla menundukkan kepalanya, wajahnya sudah merona seperti buah tomat yang sudah busuk.
"Iya Nun, aku suka sama Mayor Arsenio!" Kayla tak berani menatap Ainun.
Sedangkan Ainun, kini giliran dia yang menepuk jidatnya.
'Aih Kayla...apa coba yang kau lihat dari pria menyebalkan itu, seleramu memang payah, huft...!' ejeknya dalam hati.
Bersambung...
🌸🌸🌸🌸🌸
Semangat terus kak othor 💪💪❤️