Kejadian satu malam dengan pria yang sangat membencinya membuat Vara memutuskan untuk meninggalkan kota dan mengubur harapannya dalam-dalam untuk melanjutkan pendidikan.
Kehidupan baru yang Vara kira akan tenang dan melupakan peristiwa buruk yang dialaminya ternyata hanya sementara saja. Hadirnya dua malaikat kecil di hidupnya membuat Vara mendapatkan cacian dari warga sekitar dari masa kehamilan sampai kedua anaknya lahir.
Setelah empat tahun berlalu Ibu yang mendapatkan tawaran untuk mengelola cafe milik kakaknya mengajak Vara untuk kembali ke kota. Ternyata nasib baik tidak berpihak kepada Vara. Setelah enam bulan ia pun dipertemukan kembali dengan Rangga ayah dari kedua anaknya. Perjalanan hidup baru Vara pun di mulai dengan terbongkarnya rahasia yang diketahui Rangga bahwa ia memiliki anak kembar dari Vara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dasar pengadu!
"Huh, Rasanya aku malu sekali mengirim pesan kepadanya, apa yang akan nanti dia fikirkan tentangku." gumam Vara setelah membaca pesan terakhir yang ia kirimkan kepada Rangga dan mematikan layar ponselnya.
"Apakah ayah jadi menemui kita nanti siang bunda?" gadis kecil itu nampak tak sabar menunggu kedatangan ayahnya.
Vara mengangguk seraya tersenyum. "Ya, nanti siang ayah akan datang kemari." jawabnya.
"Holeee.. Apakah ayah akan membawakan gula kapas untuk Yula bunda?"
"Entahlah, bunda rasa tidak. Ayah kan tidak tau jika Yura menyukai gula kapas."
"Yahhh, nanti Yula akan bilang sama ayah kalau Yula suka gula kapas."
"Terserah Yura saja, bunda kebelakang dulu. Pengunjung cafe sudah mulai ramai. Jika bosan, Yura bermain saja bersama kakak Aidan. Tapi jangan ke dekat jalan raya ya sayang."
"Baik bunda."
***
"Kamu terlalu rajin bekerja Rangga." Ucap Audi yang baru saja mendudukkan tubuhnya di sofa ruangan kerja Rangga.
Rangga hanya melirik Audi sekilas dan melanjutkan pekerjaannya.
Audi berdehem. "Apa kamu tidak menganggap aku ada di sini Ngga?" kesal Audi.
Rangga pun melepas kacamata yang bertengger di hidung mancungnya dan menegakkan tubuhnya di sandaran kursi. "Ada urusan apa lo ke sini?" tanyanya.
Audi menyilangkan kakinya dan tersenyum manja. "Emang harus ada apa-apa dulu baru aku boleh datang ke sini Rangga?"
"Apa lo gak tau ini masih jam kerja? Gue sibuk! Jika tidak ada urusan lagi lo boleh keluar." ucap Rangga yang sudah mulai kesal akan tingkah laku Audi yang kekanak-kanakan.
"Kenapa kamu selalu mengacuhkan ku Rangga?? Apa tidak bisa kamu sedikit saja berperilaku baik kepadaku Rangga??" ucap Audi yang sudah mulai berkaca-kaca.
Rangga menghela nafasnya kasar. "Gue memang seperti ini dari dulu. Kalau lo gak suka, itu bukan urusan gue dan gue gak perduli!" ucap Rangga tegas.
"Sebentar lagi jam makan siang Rangga, aku udah bawain kamu makan siang, kita makan siang bareng ya Ngga." pinta Audi.
"Gue gak bisa! Gue ada urusan siang ini."
Rangga pun mengetikkan sesuatu di layar ponselnya yang tidak tau kepada siapa ia berkirim pesan.
Tok, Tok, Tok.
"Masuk!" titah Rangga.
Jo pun masuk setelah mendapatkan jawaban dari Tuannya. "Ada yang bisa saya bantu Tuan?" tanya Asisten Jo seraya membungkukkan badannya.
"Jo, kamu temani Audi makan siang di sini! Saya ada urusan dan tidak bisa menemaninya. Sayang jika makanan yang di bawanya tidak dimanfaatkan dan di bawa lagi pulang."
Audi merasa kesal akan penolakan Rangga pun berdiri dari duduknya. "Maksud kamu apa Rangga? Aku mengajak kamu bukan mengajak dia." tunjuk Audi ke arah asisten Jo.
"Itu sama saja Nona, yang penting anda ada yang menemani makan siang." jawab asisten Jo.
"Cih, makan aja sendiri lo! Gak sudi gue makan bareng sama lo?" ucap Audi ketus.
Anda sudah menunjukkan taring anda Nona?
"Terserah anda saja Nona, itu pintu keluarnya Nona." tunjuk asisten Jo ke arah pintu keluar.
"Lo ngusir gue!!" bentak Audi kesal.
"Tidak Nona. Saya fikir anda tidak ada keperluan lagi di sini Nona."
"Kurang ajar banget sih lo!! Awas saja jika gue nikah sama majikan lo, lo orang pertama yang gue pecat!" ancam Audi.
"Saya tunggu kabarnya, Nona."
Menyebalkan!
Audi pun keluar dari ruangan seraya menghentakkan kakinya dan membanting pintu dengan kasar.
"Kerja bagus Jo!" ucap Rangga tersenyum tipis ke arah Jo.
Jo mengangguk seraya membalas senyum tipis Tuannya. "Memang sudah menjadi tugas saya, Tuan." jawab Jo.
"Saya akan pergi ke cafe Vara siang ini Jo, kemungkinan tidak akan kembali. Kamu tolong urus perusahaan dengan benar jo." titah Rangga.
"Baik, Tuan."
"Saya pergi dulu Jo."
"Hati-hati di jalan Tuan."
Rangga mengangguk dan berlalu dari hadapan Jo.
***
Di cafe tampak ricuh dengan suara tangisan Yura yang sedari tadi tidak berhenti menangis. Sudah berbagai bujukan yang Vara lakukan tapi tak kunjung mendapatkan respon dari putrinya. Sudah lebih dua jam mereka menunggu kedatangan ayahnya tiba di cafe. Tapi sampai sekarang yang ditunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
"Huaaaa... Bunda bohongg.. Kata bunda ayah akan kemali.. Sampai sekalang kenapa ayah tak kunjung tiba... Hiks.. Hikss.."
Vara mengelus rambut pirang putrinya itu untuk menenangkannya. "Mungkin ayah masih sibuk sayang... Tunggulah sebentar lagi yah!" bujuk Vara lagi.
"Nda mauuuu.. Maunya sekalang bunda.. Huaaa..."
Huh, sebenarnya Rangga dimana? Kalau tidak jadi kemari kenapa tidak menghubungiku.
"Kamu berisik banget sih Yura! Liat tu orang-orang pada liatin kamu dari tadi." cebik Aidan.
Bukannya berhenti Yura malah menambah kencang tangisannya. "Huaaa... Huaaa... Ayahhh manaaa... Hiks..."
Seorang laki-laki tampan nampak berjalan ke arah Vara dan kedua anaknya dengan kemeja biru muda yang melekat di tubuh atletisnya dan kata mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya.
Rangga mendudukkan tubuhnya di samping Yura sembari meletakkan kantong kresek yang di bawanya di atas meja. "Loh anak ayah kenapa menangis?" tanya Rangga.
"Ayah?"
Yura pun langsung memeluk Rangga dan menangis sesegukan. "Yula pikir ayah nda jadi kemali... Yula sangat menantikan ayah tiba sedali tadi... Huaaa"
Rangga menepuk jidatnya. "Maaf kan ayah ya Yura dan Aidan, tadi jalanan sangat macet di tambah ayah membelikan sesuatu dulu untuk kalian." ucap Rangga seraya menunjukkan kantong kresek yang di bawanya.
Dengan sisa air mata yang masih tertinggal di kelopak matanya Yura pun mengintip isi kresek tersebut.
Mata Yura yang awalnya sembab seketika berbinar melihat adanya gula kapas kesukaannya di dalam sana.
"Gula kapas? Yeee, Yula sangat suka gula kapass... Bagaimana ayah bisa tau jika Yula suka gula kapas?" ucapnya seraya melihat ke arah Rangga dengan kening yang berkerut.
"Apa sih yang ayah tidak tau." ucapnya mengacak rambut Yura.
"Jangan di acak ayah! Nanti lambut Yula jadi jelek. Kakak Aidan sering sekali melusak rambut Yula." adu Yura melirik tajam Aidan.
Aidan mencebikkan bibirnya mendengar penuturan dari Yura yang menyudutkannya.
"Dasar pengadu!"
"Apa?" ucap Yura melototkan kedua matanya.
"Yura, Aidan. Sudah jangan bertengkar. Nih kan ayahnya sudah datang, ajak ayahnya makan dulu." ucap Vara yang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka.
"Ayuk ayah, Yula belum makan dali tadi menunggu ayah. Yula mau disuapin ya ayah! Daddy Felo kalau kesini suka suapin Yula makan."
"Baiklah, ayah akan menyuapi Yura makan. Apa Aidan mau di suapi juga? goda Rangga.
"Tidak! Aidan bukan anak kecil seperti dia." ucap Aidan menunjuk Yura.
"Yula kan memang masih kecil, emang kakak Aidan tidak kecil?" ledek Yura.
"Tidak!" seru Aidan.
Vara dan Rangga pun hanya menggelengkan kepala melihat pertengkaran Tom and Jerry yang tidak akan ada habisnya.
Begitu dekatnya anak-anak gue dengan Fero! Apa Vara berniat menggantikan gue dengan dia? Ini tidak boleh gue biarkan. Batin Rangga kesal.
RANGGA KAMU SALAH MENILAI VARA YG MSH LUGU SUCI