NovelToon NovelToon
Aku Dinikahi Untuk Balas Dendam

Aku Dinikahi Untuk Balas Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ars Asta

Bagi Dira pernikahan adalah sebuah mimpi indah. Dira tak menyangka pria yang tiba-tiba mau menikahinya di hari pernikahan, disaat calon suaminya menghilang tanpa jejak, ternyata menyimpan dendam masa lalu yang membara.

Denzo tak menikahinya karena cinta melainkan untuk balas dendam.

Namun, Dira tidak tahu apa dosanya hingga setiap hari yang ia lalui bersama suaminya hanya penuh luka, tanya dan rahasia yang perlahan terungkap.

Dan bagaimana jika dalam kebencian Denzo, perlahan tumbuh perasaan yang tidak ia duga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ars Asta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

"Tolong panggil Nasya mbak di kamarnya," perintah Dira pada salah satu pelayannya. 

Di meja makan sudah ada Denzo yang duduk di kursinya. Pria itu melirik Dira, wanita itu terlihat bahagia. 

Sambil menunggu Nasya datang, Dira mengambilkan nasi beserta lauk di piring suaminya. 

Nasya datang ke ruang makan. Dira yang sedari tadi menunggunya langsung berdiri dan menarik wanita itu duduk di kursi sampingnya. 

"Kamu juga makan, aku sudah masak," ucapnya sambil mengambilkan nasi juga lauk untuk wanita itu. 

Nasya tersenyum canggung. "Makasih, Dir."

"Badan kamu udah enakan?" tanya Dira penuh perhatian. 

Wanita itu mengangguk pelan. "Iya, aku udah agak mendingan." 

Dira tersenyum. Ia menyuapkan makanan ke mulutnya.

Pria yang ikut makan di meja itu hanya diam memperhatikan dua wanita yang berbincang di depannya. 

Nasya melirik Denzo sekilas, ekspresi pria itu terlihat dingin seperti biasanya. Ia tak melihat amarah yang tertuju padanya tapi juga tidak pada Dira. 

Wanita itu meminum airnya dengan perasaan was-was. Ia memperhatikan Dira yang terlihat bahagia saja. 

"Tambah lagi, Sya." ujar Dira. 

"Iya, Dir." Lagi-lagi Nasya hanya bisa tersenyum paksa. 

Suara gesekan kursi terdengar dari arah ujung. Denzo berdiri dari kursinya karena telah menyelesaikan makan malamnya. 

"Nasya, Ke ruang kerjaku."  Denzo hanya melirik sebentar lalu meninggalkan ruang makan itu

Kini hanya tinggal dua orang wanita yang masih makan di meja itu di temani Bi Nina juga beberapa pelayan yang berdiri tak Jauh dari meja makan. 

Nasya terlihat buru-buru menghabiskan makanannya. "Aku sudah kenyang, masakan kamu enak, Dir."

Ia beranjak Dari kursinya. "Aku keruangan kak Denzo dulu ya."

"Iya, Sya. Ingat nanti kita cerita ya." ucap Dira dengan suara agak keras karena Nasya sudah berjalan menjauh dari meja makan. 

Nasya berbalik lalu mengangguk tanda setuju. 

Dira melanjutkan makannya. Ia tidak terlalu  memikirkan apa yang mau Suami dan sahabatnya itu bicarakan. Karena menurutnya mereka sudah seperti adik-kakak dan bisa saja mereka hanya membahas urusan keluarga. 

***

Di Ruangan yang cukup luas itu, Nasya kini berada. Pria yang memanggilnya itu telah duduk membelakanginya di kursi kerjanya. 

"Bagaimana?" Suara Dinginnya terdengar di ruangan itu. 

Nasya meremas tangannya. Suhu ruangan itu terasa dingin di tubuhnya, entah karena AC yang terlalu dingin atau pria yang kini ia tatap. 

"Saya tidak memanggilmu untuk diam saja." Denzo berbicara lebih tajam saat wanita itu diam saja. 

Mendengar itu Nasya buru-buru membuka ponselnya, membuka sebuah video yang dia simpan. 

Wanita itu berjalan mendekat, memberikan ponselnya pada Denzo. 

Pria itu memperhatikan video yang ada di ponsel, satu tangannya memukul sandaran tangan kursi. 

"Hanya ini?" tanya Denzo, ia membalikkan kursinya menghadap Nasya. 

Wanita itu menunduk, "iya hanya itu."

"Cchh, ini nggak cukup!" bentak Denzo, wajahnya terlihat memerah,tangannya mengepal. Ia tidak puas dengan bukti yang diberikan wanita di depannya. 

"Ma-maaf, Kak. Bukti yang lain langsung menghilang begitu saja saat aku mencarinya," ucap Nasya terbata, jantungnya berdetak kencang, keringat dingin membasahi punggungnya.Ia takut melihat wajah marah Denzo. 

"Akhh, sudahlah. Saya akan cari buktinya sendiri." Denzo menahan amarahnya, ia tak mau bersikap kasar pada wanita yang bisa dibilang adiknya itu. 

Pria itu memberikan ponsel Nasya ke tangan wanita itu. 

"Saya harap kau tidak berbohong tentang bukti yang kamu tahu ini, jangan sampai karena wanita itu sahabatmu kau jadi tidak tega," ucap tegas Denzo. 

"Nggak, Kak. Aku nggak berani dan gak akan berbohong sama Kak Denzo." Nasya menggeleng. 

"Baguslah, kau boleh keluar. Oh iya jangan lupa jika kau menemukan bukti lain beritahu padaku segera," pinta Denzo tatapannya tidak sedingin tadi. 

Suara Denzo sudah terdengar lebih lembut, wanita itu mengangkat wajahnya. 

"Kak." panggil Nasya, wanita itu menelan ludahnya kasar. Ia ingin bertanya tentang keberadaan Dira dirumah ini. 

Denzo menatap balik, menunggu Nasya kembali bertanya. 

"Kenapa Kak Denzo dan Dira bisa menikah? Kenapa kakak menikahinya?" Pertanyaan beruntun Nasya berikan. 

Denzo menyandarkan punggungnya di kursi. "Saya sengaja menikahinya." Ia tersenyum senyum yang terlihat licik. 

"Sengaja?" 

"Iya, saya tidak ingin dia kabur makanya saya menikahinya." jawab Denzo. 

"Tapi kenapa harus menikahi kak? Bukannya Kak Denzo sangat membencinya?" Nasya kembali bertanya akan keputusan Denzo. 

"Saya memang sangat membencinya, dengan menikahi Wanita itu saya bisa menyiksanya dan selalu mengawasi pergerakannya." Denzo menyilangkan kakinya. 

"Bukti kejahatan yang kita punya tidak cukup, dengan cara ini aku berharap bisa menemukan bukti yang lebih kuat," lanjutnya

"Jadi itu alasannya, aku jadi aman untuk sekarang." ucap nasya dalam hati merasa lega. 

"Aku harap kita bisa menemukan bukti yang lebih kuat secepatnya," timpal Nasya.

"Yah, karena wanita itu juga tidak mau mengaku," ungkap Denzo. 

Pria itu menghela napas berat. "Sudahlah kau boleh keluar sekarang."

"Iya kak, kalau gitu aku keluar ya." Nasya menatap Denzo, mengangguk lalu keluar dari ruangan kerja itu. 

Sementara Denzo kembali mengambil satu batang rokok di atas mejanya. Ia menghisap rokok itu pelan. 

"Pak Brata benar-benar mampu menghilangkan bukti itu. Aku harus berhati-hati dalam melangkah... Karena semuanya bisa hancur jika aku salah langkah."

1
Alphonse Elric
Thor, gimana sih? Kok blm update lagi? 😩
Ars Asta: Hai, makasih udah nunguin ceritaku ya🥰, Ars cuma bisa up 2 bab perhari. kedepan bakalan aku usahain buat crazy up, jangan lupa like dan beri rating 5 ya kak🩵
total 1 replies
Bea Rdz
Ngga nyangka sebagus ini!
Ars Asta: Senang banget dengarnya, makasih sudah mampir baca ceritaku🥰. Semoga enjoy dengan bab-bab selanjutnya ya...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!