Paksaan sang ibu sukses merubah 'Status Hidup' Nadilla menjadi bertunangan.
Awalnya Nadilla punya rencana untuk membatalkan pertunangan karena si pria sudah mempunyai kekasih.
Semua situasi itu berubah saat mengetahui sisi baik pria yang ingin membahagiakan kedua orang tua melalui prestasi yang akan pria itu lakukan sendiri di sekolah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 04. Permintaan (Revisi)
"Ibu maaf saya telat, apa barang nya sudah semua di pindah?" Kata Disky yang begitu sampai di kediaman rumah baru nya Nadilla.
Bu Gita menjawab "Udah semua tadi di bantu sama novia dan yang lainnya"
"Tapi dimana Nadilla, Novia sama Sheva bu?" Tanya Disky.
"Tadi sih Nadilla diajak Novi sama Sheva ke toko seragam, ibu gak tau dimana tokonya"
Hening sejenak, Disky merogoh saku untuk mengambil ponsel, kemudian menelpon adik nya untuk menanyakan keberadaan.
Sayangnya sambungan telepon itu tidak di angkat, Novia sedang fokus menyetir motor memboncengi Nadilla.
"Bu, saya minta nomor ponsel Nadilla" Pinta Disky.
"Oh iya, tunggu sebentar" Bu Gita langsung mencari ponselnya, kemudian menyerahkan nomor ponsel Nadilla kepada Disky.
Disky menelpon Nadilla.
Disana,
Nadilla mengerut kening menatap layar ponsel, nomor yang tidak ia kenal sedang menelpon nya.
Tulisan tolak ia pencet, gadis itu sukar untuk mengangkat telpon dari nomor asing.
Disky menelpon kembali Nadilla.
"Nov, berhenti dulu" Titah Nadilla. Novia menuruti keinginannya.
"Ada apa kak dilla?" Tanya Novia.
"Tau gak nomor siapa?" Jawab Nadilla seraya memaparkan layar ponsel berisi nomor disky.
"Belakangnya 470... Wait" Novi pun membuka ponsel, ia ingat ga ingat nomor ponsel abang nya.
Mencocokan nomor itu dengan kontak yang betuliskan Kakaku. benar saja apa yang novi pikirkan terbukti. "Itu nomornya abang kak"
"Oh gitu, oke bentar nov" Nadilla menjawab, sekaligus menerima panggilan telepon dari disky.
"Novi ada apa? Kok berhenti?" Tanya Sheva setelah memberhentikan laju kendaraannya.
"Pssst" Novia menyuruh Sheva untuk tidak berisik. Menunjuk ke arah Dilla yang sudah mengobrol dengan Disky di balik sambungan telepon.
"Saya cuma diajak, habisnya kan kamu sibuk sama cewek kamu" Kata Nadilla
'Iya tapi kata ayah saya, saya harus dampingi kamu belanja peralatan sekolah, saya tadi pulang cepat karena ingat sama suruhan ayah saya'
"Ya tinggal nyusul aja tuh" Kata Dilla.
'Iya, posisi kamu dimana'
"Ya mana saya tau, saya belum hafal jalan di jakarta" Nadilla sedikit menjauhkan ponsel dari jangkauan mulutnya.
"Nov ini jalan apa?" Tanya Nadilla ke Novia.
"Mau apa kak?" Tanya balik Novia.
"Abangmu nanya Nov"
"Lah sih, ada apa sama ceweknya? kok malah nanyain dimana kakak. Gak jelas banget"
"Nov, jalan apa?" Tanya Nadilla tidak sabaran.
"Pangeran antasari kak" Jawab Novia.
"Oke sip, makasih nov" Kata Nadilla, sekaligus memberi tahu dimana ia berada kepada disky.
"Abang mau kesini kak?" Tanya Novia.
"Iya"
"Ampun dah"
Nadilla tersenyum sembari berpikir. "Oh Nov, Shev, kalian kalau mau ke salon duluan aja ya, gak apa-apa kan?"
"Terus kamu?" Sheva kali ini berbicara.
"Saya nungguin Disky disini, dia lagi otw"
"Aih, giliran begini disamperin" Kesal Novia.
"Bisa lain waktu Nov main barengnya"
"..." Novia turun dari motor, kemudian gadis itu menghampiri Sheva untuk duduk di jok motor nya.
Nadila mengerut kening "Kok pindah tempat duduk nov?"
"Kakak bawa motor novi ya, nanti Novi ke rumah kakak kalau sudah selesai dari salon"
"Lah nov kalau saya nyasar gimana? saya masih belum tau jalan disini"
"Selagi ada yang jagain kakak, Novia yakin kakak enggak bakalan nyasar"
"..." Nadilla terdiam.
Hingga Sheva tiba-tiba berbisik kepada Novia "Kamu sengaja biar mereka bisa dekat ya?"
"Iya, kalau tau diem aja shev"
"Ada baiknya juga sih, oke"
Novia kembali menatap Nadilla, sekaligus pamit meninggalkan Nadilla di tepi jalan dekat toko buku.
Kini Nadilla bergeser untuk duduk menunggu di halte terdekat, teriknya matahari sedikit membuat nya tidak nyaman.
Melihat jam di tangan beberapa kali, melihat layar ponsel untuk mengirim pesan kepada Disky.
Hingga yang ditunggu akhirnya muncul, Disky datang sendirian dan menghampiri. "Dilla"
"Iya"
"Maaf lama"
"Gak apa-apa"
"Kemana Novi sama Sheva?" tanya Disky
"Pergi duluan, saya capek nunggu kamu disini kaya anak hilang, Ayo buruan!" Kata Nadilla dengan nada kesal.
"Kena lampu merah tiga kali"
"Enggak nanya"
"Yaudah"
"Kemanakan cewekmu?" Tanya Nadilla
"Pulang"
"Kamu usir dia?" Tanya Nadilla.
"Enggak.."
"Apa jangan-jangan kamu itu sengaja ninggalin cewekmu untuk temanin saya beli seragam sekolah?"
"Jangan sok tau, saya udah bilang ada urusan keluarga sama Maurel, jadi aman aja"
"Parah si, pembohong!"
"Kalau itu yang terbaik, mana mungkin saya bisa kesini"
"Saya gak nyuruh kamu kesini!"
"Tapi ayah sayang yang minta!"
Nadilla menatap disky dengan tatapan dingin, sesaat ia di tatap balik dengan tatapan yang sama, gadis itu langsung mengalihkan pandangan sekaligus bangun dari tempat duduk.
"Kamu yang pemandu jalannya, tolong jangan ngebut"
Disky mengerut kening "Pemandu jalan?"
"Novia ninggalin motor, jadi saya kesana pakai motor dia"
"Astagaaa.. Oke" Disky menarik nafas, tanpa berkata lagi ia langsung menuju ke motor, Nadilla mengikuti dari belakang.
**
Di luar toko seragam, keadaan itu setelah semua seragam yang dibutuhkan Nadilla terbeli.
Teriknya panas matahari membuat Nadilla terus membeo tanpa henti.
"Disky" Panggil Nadilla.
"Kenapa?"
"Tolong nanti untuk kedepan nya rahasiakan pertunangan ini dari teman sekolah, termasuk pacar kamu"
"Kenapa?" Tanya Disky.
"Gak apa-apa"
"Its oke, gak masalah"
"Makasih"
"Udah itu aja?" Tanya Disky
"Enggak. Ada satu lagi"
"Apa?"
"Untuk sekarang perasaan saya sedang cidera. Mungkin saya akan mati rasa untuk sementara"
"Oke, Saya juga ada permintaan"
"Apa?"
"Saya mau nurutin semua keinginan orang tua saya, jadi izinkan saya jaga kamu selama adaptasi di sekolah"
"Oke"
Disky mengangguk dan kali ini ia tersenyum.
Senyuman itu langsung di balas oleh Nadilla.
Sehabis dari toko seragam, Disky membawa Nadilla ke tempat yang barusan ia singgahi bersama Maurel.
"Bentar ya" Kata Disky seraya berjalan menuju kasir.
Nadilla hanya memperhatikan apa yang akan di lakukan pria itu.
Membeli makanan yang sama dengan pesanan Maurel, namun makanan itu akan Disky bawa pulang.
Setelah urusan di kasir selesai, Disky menghampiri Nadilla yang sudah duduk di meja makan.
Gadis itu menopang pelipis tanpa melihat Disky yang sudah ada di dekatnya.
"Lagi di masak makanannya" Kata Disky.
"Ngapain juga mampir kesini, emang saya bilang minta dibelikan makanan? kebiasaan dari kemarin gitu mulu"
"Kamu pasti capek belum makan?"
"..."
"Sabar, gak lama kok"
"Iya, untuk kali ini saya tunggu, tumben kamu peka"
"Hm"
Setelah itu, mereka diam-diaman tanpa ngobrol apapun, yang pria sibuk main ponsel, yang wanita gabut potong-potongin lembaran tissue.
"Berasa sama patung" Kata Nadilla.
"Ngomong apa tadi?" Disky menoleh ke arah Dilla.
"Enggak, makananya lama datangnya"
Disky melihat jam di layar ponsel nya, kemudian pergi ke kasir untuk menanyakan pesanan.
Saat itu Disky tidak kembali lagi ke meja makan, memilih menunggu sampai makanan itu di proses hingga sampai di tangan nya.