NovelToon NovelToon
Becoming An Assassin Type In Another World

Becoming An Assassin Type In Another World

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Spiritual / Reinkarnasi / Identitas Tersembunyi / Epik Petualangan
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: KHAI SENPAI

Bercerita tentang seorang pekerja kantoran bernama Akagami Rio. Ia selalu pulang larut karena ingin menyelesaikan semua pekerjaannya hingga tuntas. Namun, takdir berkata lain. Ia meninggal dunia karena kelelahan, dan direinkarnasi ke dunia lain sebagai Assassin terkuat dalam sejarah.

Mari baca novelku, meskipun aku hanya menulis dengan imajinasi yang masih sederhana ~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KHAI SENPAI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Raja Iblis muncul

Dan pertandingan yang akan mengguncang arah Turnamen Pedang Kerajaan… akhirnya dimulai.

Sorotan mata semua orang tertuju ke tengah arena, di mana dua sosok kini saling berhadapan.

Wasit mengangkat tangan dan berseru lantang, “Apakah kalian berdua sudah siap?!”

Angin berhembus pelan, membawa tekanan yang kian menebal di udara.

Akagami Rio berdiri tenang di satu sisi, wajahnya sebagian tertutup oleh bayangan, tatapannya menusuk meski tanpa ekspresi.

Sementara itu, Nero Alzeth mengayunkan benang halus di jemarinya, senyum tipis menyeringai di wajahnya, penuh percaya diri.

Penonton serentak bersorak.

Tapi… semua sorakan hanya tertuju pada satu nama.

“Kalahkan dia, Nero!!”

“Habisi bocah topeng itu!”

“Benangnya pasti bisa tebas dia dengan mudah!”

Sorakan bergemuruh mengisi arena seperti badai dukungan.

Tak seorang pun di antara mereka percaya bahwa anak asing bernama Rio itu mampu berdiri sejajar dengan Nero Alzeth, sang favorit.

Namun, Rio hanya menunduk pelan… dan menghembuskan napas.

Sebuah aura samar menyelimuti tubuhnya. Tak menakutkan… tapi cukup membuat udara terasa dingin.

Wasit kembali menatap kedua peserta itu.

“Kalau begitu… MULAI!"

Pertarungan pun dimulai.

Tanpa membuang waktu, Nero Alzeth langsung melancarkan serangan pertamanya.

Benang-benang halus nan mematikan meluncur ke arah Rio dengan presisi mengerikan, tajam dan nyaris tak terlihat oleh mata biasa.

Namun...

Sret!

Rio menghilang dari tempatnya secepat kilat. Sebuah dash tajam menyamping menghindari serangan itu tepat di detik terakhir.

“Dia...menghindar?” salah satu peserta berseru kaget.

Sret! Clang! Srek!

Kedua pendekar muda itu mulai bertukar serangan dengan kecepatan luar biasa.

Pedang Rio melesat, menebas ke arah Nero, tapi ditangkis oleh benang perak yang tampak seperti cambuk halus di udara.

Cahaya logam beradu, menciptakan percikan tajam di tengah sorakan penonton.

Di atas tribun kehormatan, Putri Kerajaan Elvaria, yang awalnya tampak acuh, perlahan berdiri dari duduknya.

“Dia... dia bukan anak biasa...” bisiknya pelan, matanya membelalak saat melihat gerakan Rio yang nyaris seperti ilusi.

Raja dan Permaisuri saling menatap dengan ekspresi serius.

Sementara itu, di sisi penonton lain...

“Gila... bocah topeng itu bisa lawan Nero?”

“Aku kira dia bakal tumbang dalam satu serangan…”

Keraguan perlahan berubah menjadi keterkejutan.

Rio dan Nero terus bertarung dalam pertarungan yang tak hanya menguji kekuatan, tapi juga strategi dan insting.

Dan tanpa disadari oleh semua yang hadir…

sejarah turnamen itu pun sedang ditulis ulang di depan mata mereka.

Rio mundur selangkah ke belakang, napasnya tenang meski aura pertarungan semakin panas.

“Boleh tahan…” ucapnya pelan, mata di balik topengnya mulai memancarkan cahaya. “Tapi... bagaimana dengan ini!”

Dalam sekejap, aura terang menyelimuti tubuhnya. Rio mengaktifkan Skill: Eyes of Light LV 2, sebuah kemampuan yang membuat persepsinya terhadap waktu melambat, memungkinkan dirinya bergerak jauh lebih cepat daripada yang bisa dilihat mata biasa.

Seketika, tanah di bawah kakinya retak saat ia melesat ke depan bagaikan kilat putih.

Nero hanya sempat menyipitkan mata sebelum sebuah tinju mengarah langsung ke dadanya. Refleksnya luar biasa, ia mengangkat kedua lengannya untuk menahan serangan itu. Namun dampaknya tetap kuat.

BAAAGH!

Nero terhempas beberapa meter ke belakang, menghantam tanah dengan keras hingga menimbulkan debu tebal di sekeliling arena.

Penonton terdiam... seolah waktu benar-benar berhenti sejenak.

Putri kerajaan yang duduk di atas tribun bangsawan berdiri dari tempat duduknya, matanya membelalak.

"Itu... kecepatannya tadi... hampir tak terlihat!" gumamnya.

Sorakan yang sebelumnya mendukung Nero kini berubah menjadi bisik-bisik penuh kekaguman dan keraguan.

“Siapa sebenarnya bocah bertopeng itu...?”

Namun Rio tetap berdiri dengan tenang di tempatnya, cahaya matanya perlahan meredup… seolah serangan tadi hanyalah permulaan dari kekuatannya yang sebenarnya.

Nero perlahan bangkit dari debu, tubuhnya tertutup luka ringan namun matanya bersinar tajam penuh kegembiraan.

“HAHAHAHAHAHAHAHA!!” Tawa kerasnya menggema di seluruh arena. “Hmm, kau benar-benar menarik sekali, bocah!”

Dia menjulurkan tangannya ke depan, dan dari ujung jarinya, benang-benang halus berkilau mulai menari di udara.

“Kalau begitu... aku akan serius!”

Tanpa memberi jeda, Nero melesat ke arah Rio sambil mengendalikan benangnya dengan presisi mematikan. Benang-benang itu menyayat udara, membentuk formasi seperti jaring laba-laba untuk mengurung Rio dari segala arah.

Namun, Rio tidak mundur. Matanya yang bersinar tenang mengikuti setiap gerakan benang.

Clang!

Zzt!

Whssh!

Rio menangkis semua serangan itu dengan kecepatan yang luar biasa, menghindar dan menepis benang satu demi satu dengan kelincahan yang hampir tidak masuk akal.

Namun salah satu benang Nero berhasil menyentuh topeng Rio ... CRACK!

Topeng itu retak... lalu pecah.

Potongan topeng jatuh perlahan ke tanah.

Wajah Rio kini terlihat jelas, diterangi cahaya matahari pagi, wajah yang muda namun misterius, dengan tatapan tajam.

Dan saat itu…

Di atas tribun bangsawan, sang Putri yang sebelumnya tenang kini menatap dengan mata membesar.

“Itu… wajahnya…”

Pipinya memerah seketika. Wajahnya yang biasanya penuh wibawa kini kehilangan kata. Dia menggenggam dadanya, jantungnya berdetak lebih cepat tanpa dia mengerti kenapa.

“Dia… sangat tampan…” bisiknya pelan, hampir tak terdengar, namun cukup untuk membuat sang Permaisuri menoleh dengan senyum kecil.

Sementara itu, para penonton yang sebelumnya menganggap remeh Rio kini terpaku, tak percaya bahwa anak bertopeng yang mereka remehkan ternyata menyimpan kekuatan dan wajah yang mengejutkan semua orang.

Namun di sisi lain… begitu topeng itu hancur dan wajah Rio terlihat jelas, Nero tiba-tiba terdiam.

Wajahnya yang semula dipenuhi semangat bertarung, kini dipenuhi keterkejutan dan kebingungan.

"...A-Apa… Kau… anaknya Akagami Zero?" tanyanya dengan suara rendah, hampir tidak percaya.

Rio sedikit menyipitkan mata, lalu menjawab dengan nada datar tapi penuh makna.

"...Kau kenal dengan ayahku?"

Mendengar itu, Nero menurunkan tangannya perlahan. Aura membunuhnya mereda seketika, dan arena tiba-tiba terasa sunyi.

Nero mengangguk pelan.

“...Apa kau ingat kejadian di hutan waktu kamu masih kecil... diserang oleh seorang petualang busuk yang mengikuti kamu dari belakang?”

Rio diam sejenak. Tatapannya menerawang, seolah menarik kembali ingatannya yang lama terkubur.

“Hmm... ingat,” jawab Rio pelan. “Saat itu aku ceroboh dan kehabisan mana... hampir mati kalau bukan karena seseorang menyelamatkanku di rumahnya."

Nero tersenyum kecil.

“Dan sekarang kau sudah tumbuh sebesar ini, huh…”

Dia menoleh, seolah sedang berbicara kepada masa lalu.

“Oh ya… aku ini salah satu murid ayahmu. Beliau banyak membimbingku dalam ilmu sihir kawalan dan teknik benang. Gimana kabarnya sekarang?”

Suasana hening seketika, sebelum...

“EHEM!!”

Wasit tiba-tiba berdiri dari tempatnya, suaranya menggema di arena.

“Sampai kapan kalian mau ngobrol di tengah pertandingan!? Ini arena turnamen, bukan tempat reuni keluarga!!”

Tawa kecil meletus dari sebagian penonton, mengurangi ketegangan sesaat. Bahkan Putri Raja yang tadi terpukau, kini menutup mulutnya menahan senyum melihat momen konyol itu.

Rio dan Nero saling menatap… lalu keduanya sama-sama tersenyum tipis.

Pertarungan mereka belum berakhir, dan kini punya makna yang jauh lebih dalam dari sekadar perebutan kemenangan.

Nero mengepalkan tinjunya, aura sihir di sekelilingnya mulai berputar liar.

“Ayo kita selesaikan pertarungan ini, Rio!” teriaknya penuh semangat. “Bertarunglah dengan serius!”

Rio hanya tersenyum lebar, meski nafasnya sedikit berat.

“...Oke,” jawabnya singkat tapi padat, lalu mengaktifkan energi dalam tubuhnya sekali lagi.

Keduanya melesat bersamaan!

BOOOOM!!

Tiba-tiba, ledakan besar terjadi di tengah arena saat keduanya bertabrakan. Debu dan cahaya memenuhi udara, membuat penonton menutup mata mereka karena cahaya yang menyilaukan.

"APA ITU?!"

“Gila... kekuatan mereka setara monster!” teriak salah satu peserta lain dari kejauhan.

Pertarungan pun berlanjut dengan kecepatan dan kekuatan luar biasa. Langkah kaki mereka menciptakan retakan di tanah, tebasan udara mereka menciptakan gelombang tekanan. Mereka tak lagi tampak seperti dua remaja biasa, mereka kini adalah pejuang sejati.

Nero akhirnya berhasil memanfaatkan celah kecil dan melancarkan pukulan telak ke arah Rio, menghantamnya hingga terpental jauh.

DUGHHH!!

Rio jatuh keras di ujung arena, tubuhnya terguling beberapa kali sebelum berhenti. Darah mengalir dari bibirnya. Penonton menahan nafas.

Nero tidak memberi waktu.

“AKU AKAN MENGALAHKAN KAMU, RIO!!” teriaknya, aura benangnya menyelimuti seluruh tubuhnya. Dengan kecepatan kilat, ia melesat ke arah Rio, siap mengakhiri segalanya.

Rio perlahan membuka matanya. Dia mengangkat tangannya, menyeka darah dari bibir dengan punggung tangan. Senyum tipis tapi berbahaya muncul di wajahnya.

"...Mari sini kau, bangsat!”

Matanya menyala terang. Aura cahaya di sekelilingnya meledak kembali dengan intensitas yang lebih tinggi.

Arena pun kembali diguncang pertarungan yang sesungguhnya baru saja dimulai.

Pertarungan belum selesai. Mereka kembali saling menyerang, seolah-olah tubuh mereka tidak mengenal lelah.

Nero meluncurkan benang halusnya ke arah Rio dengan kecepatan yang bahkan sulit dilihat dengan mata biasa. Tapi Rio, dengan refleks tajam dan tatapan penuh fokus, mengayunkan pedangnya dan menangkis serangan itu.

CLANG!!

Benturan antara pedang dan benang menghasilkan percikan cahaya kecil di udara. Tanpa memberi celah, Rio berbalik dan menghantam Nero dengan tebasan kuat. Nero terpental beberapa langkah ke belakang, namun tetap bertahan.

Tubuh mereka sudah berdarah, wajah mereka penuh luka, napas memburu, baju koyak di sana-sini. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang menunjukkan tanda menyerah.

Pertarungan mereka bukan lagi sekadar duel biasa, ini adalah ujian harga diri, kehormatan, dan tekad.

Wasit sudah mulai gelisah. Ia melangkah ke depan, mencoba memberi tanda.

“Cukup! Pertarungan ini terlalu berbahaya!” teriaknya.

Namun, dua pendekar muda itu tidak mendengar. Dunia mereka berdua hanya terisi oleh satu hal: lawan di depan mereka.

Penonton terdiam, tak seorang pun berani bersuara. Suasana arena begitu tegang hingga suara napas pun terasa berat.

Di tribun utama, Raja Ragnar berdiri dari singgasananya.

“Mereka bisa mati kalau ini diteruskan…” ucapnya cemas.

Permaisuri Elviera menggenggam tangan suaminya. “Mereka terlalu kuat... dan terlalu keras kepala.”

Sementara itu, sang putri yang sejak awal memerhatikan bocah bertopeng itu, menatap dengan wajah cemas dan air mata yang mulai menggenang.

“Mereka akan saling membunuh kalau begini terus…” gumamnya.

Namun di tengah semua kegelisahan itu… Rio dan Nero tetap berdiri.

Tubuh mereka mungkin nyaris runtuh, tapi api di mata mereka masih menyala.

Mereka berdua masih berdiri, meski tubuh sudah luka, napas tersengal, dan stamina hampir habis. Namun tekad di mata mereka belum padam.

Nero menyeka darah di sudut bibirnya. Dengan senyuman yang menyeringai lelah, dia berkata dengan lantang:

“Ini… belum… selesai!”

Suara itu menggema di seluruh arena, membuat penonton terdiam seketika.

Rio, yang sudah hampir berlutut karena kelelahan, menatap lawannya dari balik sisa-sisa kekuatan yang masih tersisa. Peluh membasahi wajahnya. Nafasnya berat. Tangannya gemetar menggenggam pedang. Dalam hati, ia menggertakkan gigi.

“Sial… mana-ku hampir habis… Kalau begini terus, aku...” pikirnya dengan cemas.

Namun saat dia melihat Nero, seseorang yang dulu menyelamatkannya di hutan, berdiri dengan semangat menyala, kenangan akan ayahnya kembali melintas di benaknya.

“Jika suatu hari kau bertarung untuk kehormatan, jangan pernah mundur. Tunjukkan apa yang telah kau pelajari dariku.”

Itu adalah kata-kata Akagami Zero, sang ayah, yang selalu melekat dalam ingatannya.

Rio menggenggam pedangnya lebih erat. Tatapannya berubah menjadi tajam dan penuh tekad.

“Ayah... lihat aku sekarang. Aku tidak akan mundur.”

Sementara itu, penonton mulai merasa janggal. Mengapa mereka berdua masih ingin melanjutkan? Apa yang mereka kejar?

Salah satu petarung veteran di antara peserta berkata pelan, “Ini bukan cuma pertarungan... Ini adalah pembuktian.”

Mereka berdua kini berdiri diam, saling menatap. Tak ada lagi kata-kata.

Hanya satu hal yang mereka ingin buktikan, bahwa latihan dari Akagami Zero tidak akan hilang.

Dan di tengah kegaduhan yang mulai mereda... duel mereka kembali dimulai.

Pertarungan yang penuh luka dan emosi itu masih berlanjut. Kedua petarung, Akagami Rio dan Nero Alzeth, saling menyerang tanpa ragu. Tubuh mereka babak belur, tapi tekad di mata mereka lebih tajam dari sebelumnya.

Rio menjerit dengan penuh amarah, menggertakkan giginya saat melancarkan serangan.

"KAU AKAN KALAH, BANGSAT!!"

Nero membalas dengan teriakan yang tak kalah sengit, meski napasnya mulai tak stabil.

"KAU JUGA, BODOH!!"

Kedua serangan mereka bertabrakan, energi dan tekad meledak di antara mereka. Untuk sesaat, seluruh arena senyap. Mata semua penonton, dari rakyat jelata hingga Raja dan Putri, tertuju pada satu titik di tengah debu dan cahaya yang menguar dari benturan itu.

Dan kemudian... tubuh Nero terhempas jauh ke belakang. Ia terbanting keras ke tanah dan tak bergerak, pingsan.

Rio masih berdiri... meski tubuhnya gemetar, dan darah menetes dari pelipis dan sudut bibirnya. Nafasnya berat. Matanya menatap kosong ke depan.

"Akhirnya... selesai…" gumamnya pelan dengan suara serak.

Lalu, perlahan, lututnya lemas. Tubuhnya jatuh ke tanah...pingsan, tapi masih berdiri untuk sesaat seperti patung sebelum roboh sepenuhnya.

Wasit yang tadi hampir tak sanggup menghentikan pertarungan itu akhirnya maju dengan suara tegas:

“Pemenangnya adalah... Akagami Rio!!”

Sorakan dan keterkejutan membanjiri arena. Beberapa penonton hanya bisa ternganga, yang lain masih diam karena tak menyangka anak bertopeng aneh itu mampu mengalahkan Nero Alzeth.

Putri Raja menatap Rio dengan perasaan yang rumit...kekaguman, keterkejutan, dan sesuatu yang tak ia mengerti di dadanya.

Dan di tengah riuh rendah itu, dua petarung muda terbaring di tanah… tapi mereka telah membuktikan siapa diri mereka, bukan hanya kepada dunia… tapi kepada diri mereka sendiri.

Namun… sebelum sorak sorai itu benar-benar pecah, langit tiba-tiba mendung. Awan bergulung hitam pekat, petir menyambar, seolah langit sendiri menahan napas.

Lalu...BOOM!

Ledakan aura kegelapan menggetarkan udara. Angin kencang berpusar turun dari langit, dan dari pusaran hitam itu... muncul satu sosok misterius melayang angkuh di atas arena.

Sosok itu tinggi, berjubah hitam pekat yang berkibar melawan angin magis. Dua tanduk melengkung keluar dari kepalanya, dan matanya menyala merah darah. Suaranya bergema seperti bisikan kematian.

"Wah, wah, wah... ternyata pertarungan manusia sungguh membosankan..." ucap sosok itu sambil menyeringai lebar.

Seluruh arena langsung gempar.

Para penonton menjerit ketakutan.

Para peserta turnamen gemetar.

Bahkan para kesatria kerajaan langsung menarik pedang dengan gugup.

"RAJA IBLIS...!?"

“B-bagaimana bisa dia ada di sini?!”

Putri Raja mundur satu langkah, tubuhnya menggigil. Raja Elvaneiros berdiri dengan wajah serius, mengangkat tangan untuk melindungi keluarganya.

Dan di tengah arena… dua petarung muda, Rio dan Nero, masih tak sadarkan diri, tak tahu bahwa badai yang jauh lebih besar… telah tiba.

1
Fiqar Bilam
Kok mundur Raja iblisnya?🗿
AZZAM KAMIL ROBBANI
next Thor
JustError
semangat
AZZAM KAMIL ROBBANI
next Thor
Fiqar Bilam
lanjut Thor, tapi jangan paksa diri kalo lagi sakit takut typo atau cerita gk nyambung
Reyhan
ditunggu next cepter nya
KHAI SENPAI
maafkan Aku kalo kurang bagus, soalnya Imajinasi aku tidak sebagus penulis yang lain 🙏🏻
azkar044
mana nih nextnya
Fiqar Bilam: lagi hiatus bg
total 1 replies
Nstar
gg punya 4 krya, semuanya bkalan dilanjutin tuh??
KHAI SENPAI: yang udah di end karya gagal, karya pertama ku soalnya...paksa ku buat end terus
total 1 replies
iimnnwkyy
nexttt
AZZAM KAMIL ROBBANI
ditunggu updaten terbarunya Thor👍
Reyhan
anomali satu ini agak lain giliran MC udah turu baru login 🗿
Hafiz
btw skill Eyes of light dapet dari siapa bg, atau gw terlupa baca../Frown/
KHAI SENPAI: kan udah ada di prolog bg sebelum di reinkarnasi 🙏🏻
total 1 replies
Hafiz
giliran mc udah pingsan malah muncul Maou nya
AZZAM KAMIL ROBBANI
nama raja iblisnya siapa nih jadi penasaran
AZZAM KAMIL ROBBANI: biasa itu mah😂
Fiqar Bilam: giliran Mc udah pingsan malah muncul sosok anomali
total 2 replies
AZZAM KAMIL ROBBANI
Thor kapan up lagi?
AZZAM KAMIL ROBBANI: lah sama saya juga lagi bikin ini pertarungan sengitnya😁
KHAI SENPAI: lagi buat, soalnya bakal ada pertarungan epik
total 2 replies
Fiqar Bilam
Rio lawan Nero yang bakal menang siapa ya?/Hammer//Gosh/
Fiqar Bilam: biar dapat tunangan sama Putri raja
Fiqar Bilam: moga aja Rio menang turnamen itu
total 2 replies
Filan
Oke Thor. Semangat menulis, ya.
Maaf kalau ada komentar yang kurang sreg.
Filan
payah apanya? bukankah tubuhnya dulu lebih payah dari sekarang?
Filan
latihan melelahkan kalau dibarengi motivasi yang kuat akan terasa perjuangannya.
Misal kalau dia adalah orang yang dulunya OP dan ingin membangkitkan kembali kekuatannya untuk balas dendam. itu bisa dimengerti dibanding dia yang dulunya hanya kerja kantoran aja udah repot dan banyak mengeluh.

Dia pasti motivasinya bisa hidup lebih santai menikmati dibanding sebelumnya yang terlalu sibuk bekerja.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!