NovelToon NovelToon
Perjalanan Menuju Surga Abadi

Perjalanan Menuju Surga Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Morning Sunn

Di dunia di mana kekuatan spiritual menentukan segalanya, Yu Chen, seorang pelayan muda dengan akar spiritual abu-abu, berjuang di dasar hierarki Sekte Awan Hening. Di balik kelemahannya tersembunyi rahasia kuno yang akan mengubah takdirnya. Dari langkah kecil menuju jalan kultivasi, ia memulai perjalanan yang perlahan menantang langit itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morning Sunn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 16: Pencarian Teknik Jiwa dan Ujian Rahasia Sekte

Langit sore di Kota Abadi Fana berwarna keperakan.

Awan spiritual melayang rendah, memantulkan cahaya dari menara kultivasi yang menjulang di tengah kota.

Yu Chen berjalan sendirian melewati jalan utama distrik timur, matanya menatap peta kecil di tangan—peta yang diberikan Ning Rou pagi tadi.

Tulisan kecil di sudutnya berbunyi:

“Tempat ini aman. Gunakan hanya saat benar-benar perlu.” – N.R.

Ia menggulung peta itu kembali dan menyimpannya di dada.

Setelah insiden di Aliansi Alkimia, Ning Rou memanggilnya secara pribadi sebelum ia pergi.

“Orang-orang Paviliun Langit Gelap bergerak cepat,” katanya dengan nada serius. “Mereka mencari seseorang dengan energi anomali—dan aku yakin itu kau.”

Yu Chen tidak membantah. Ia tahu mereka bisa merasakan jejak energi naga di tubuhnya.

Ning Rou lalu memberinya satu gulungan kecil.

“Ini teknik penyembunyian aura. Bukan teknik tempur, tapi bisa menutupi fluktuasi Qi-mu selama dua jam. Gunakan dengan hati-hati.”

Sekarang, di jalanan ramai, Yu Chen menatap gulungan itu dengan rasa hormat. Ia tahu betapa berharganya teknik seperti ini.

Sore itu ia tiba di tempat yang ditandai peta—sebuah kuil kecil tua di pinggiran kota, dikelilingi pohon bambu dan kabut spiritual tipis.

Dari luar tampak seperti tempat ibadah yang sudah lama ditinggalkan, tapi begitu ia masuk, udara di dalam berubah drastis.

Dinding kuil penuh dengan ukiran kuno bergambar pedang dan naga, tapi simbolnya asing—tidak seperti teknik sekte mana pun yang ia kenal.

Di tengah ruangan, sebuah lingkaran formasi samar terukir di lantai, dan di atasnya terletak satu meja batu dengan gulungan kitab yang tertutup debu.

Yu Chen menyalakan batu giok penerang, lalu membuka kitab itu perlahan.

Tulisan di halaman pertama bergetar samar oleh Qi lama yang masih tersisa:

“Teknik Ranah Roh: Jurus Pedang Abadi Kesembilan — Seni Menyatukan Jiwa dengan Senjata.”

Matanya menyipit.

Teknik ini… jelas tidak sederhana.

Ia membaca dengan saksama.

Isi kitab itu menggambarkan tahap awal pembentukan Inti Emas, dengan dasar penguatan Roh Jiwa melalui sinkronisasi Qi tubuh dan pikiran—sebuah konsep yang jarang ditemukan di sekte-sekte kecil.

Namun ada catatan tambahan di bagian bawah halaman:

“Hanya mereka yang mampu mendengar gema kekosongan dalam diri yang bisa memulai.”

Yu Chen menghela napas. “Jadi ini ujian jiwa.”

Ia duduk bersila di tengah formasi batu dan mulai menyalurkan Qi-nya perlahan.

Kristal naga di dadanya bergetar halus, memandu aliran energi menuju pusat kesadarannya.

Udara di dalam ruangan mulai bergetar.

Simbol-simbol kuno di dinding memancarkan cahaya lembut, dan kabut spiritual naik dari lantai, mengelilinginya seperti arus air.

Dalam beberapa detik, kesadarannya tersedot masuk ke ruang kosong.

Gelap. Tak ada bentuk, tak ada arah, hanya gema suara yang seolah berasal dari dalam pikirannya sendiri.

“Apa yang kau cari, Yu Chen?”

Suara itu berat dan datar, seolah berbicara langsung ke jiwanya.

Ia menjawab tanpa ragu. “Kebenaran.”

“Kebenaran… atau kekuatan?”

Ia terdiam sejenak.

Lalu menjawab, “Keduanya. Karena tanpa kekuatan, kebenaran tak bisa dijaga.”

Hening. Lalu suara itu kembali terdengar, lebih lembut kali ini.

“Jika begitu, hadapi dirimu sendiri.”

Cahaya meledak.

Dari kegelapan, sosok lain muncul—salinan dirinya sendiri, tapi dengan mata gelap seperti arang, aura dingin, dan senyum kejam di bibir.

“Begini rupanya wajahku kalau menyerah,” gumam Yu Chen pelan.

Bayangan itu tertawa. “Tidak, ini wajahmu kalau menerima kekuatan tanpa batas. Mengapa menolak sesuatu yang sudah ada di tubuhmu? Energi naga itu… bisa menaklukkan langit.”

Yu Chen menatapnya dingin. “Menaklukkan langit tanpa memahami langit bukan kekuatan, tapi kesombongan.”

Bayangan itu mengangkat tangan, menciptakan pedang Qi hitam pekat.

Yu Chen menyalurkan Qi-nya, membentuk pedang spiritual emas yang berkilau di udara.

Dua kekuatan bertabrakan.

Cahaya emas dan hitam saling menghantam, membentuk pusaran besar di ruang kehampaan itu.

Pertarungan berlangsung singkat tapi intens.

Setiap kali pedang mereka bertemu, serpihan energi jiwa beterbangan seperti bunga api.

Namun perlahan, bayangan itu melemah—karena Yu Chen tidak bertarung dengan amarah, melainkan dengan ketenangan mutlak.

Satu tebasan terakhir.

Bayangan itu lenyap, meninggalkan gema suara lembut.

“Kau belum siap menguasai kekosongan, tapi kau telah menaklukkannya untuk malam ini.”

Ruangan kembali hening.

Ketika Yu Chen membuka matanya, tubuhnya basah oleh keringat, tapi Qi-nya berputar lebih stabil dari sebelumnya.

Di Dantian, pusaran energi yang dulu berputar dalam satu arah kini berbalik membentuk siklus ganda sempurna—awal dari pemurnian jiwa.

Tahap 7 — Roh Murni — telah terbentuk.

Ia menatap kitab di depannya. Tulisan di halaman berikutnya kini tampak jelas:

“Langkah berikutnya: menyatukan jiwa dan pedang. Di situlah kekuatan abadi dimulai.”

Namun sebelum ia sempat berdiri, suara langkah pelan terdengar di luar kuil.

Ia langsung mengaktifkan teknik penyembunyian aura pemberian Ning Rou. Cahaya tipis mengelilingi tubuhnya dan meredam seluruh Qi keluar.

Dua sosok memasuki kuil dengan langkah hati-hati.

Jubah mereka hitam pekat, dengan simbol naga melingkar di bahu.

“Tempat ini masih aktif,” kata salah satu dengan suara berat. “Tanda formasi beresonansi. Ada seseorang yang membukanya baru-baru ini.”

Yu Chen menahan napas, matanya menyipit.

Dari cincin jari salah satu pria itu, ia melihat simbol samar—gelap, berkilau seperti darah beku.

Paviliun Langit Gelap.

Salah satu pria berjongkok, menelusuri formasi batu di lantai.

“Ini teknik dari Sekte Timur Langit, tapi modifikasinya… berbeda. Jangan-jangan—”

Sebelum kalimat itu selesai, seluruh ruangan bergetar hebat.

Sebuah simbol naga emas muncul samar di udara, menutupi formasi.

Aura pelindung kuno bereaksi terhadap Qi gelap mereka.

“Kita harus pergi!” teriak salah satunya. Tapi terlambat — formasi itu meledak dengan cahaya suci.

Yu Chen melompat keluar tepat saat kabut cahaya menelan seluruh kuil.

Dari balik hutan bambu, ia menoleh, melihat dua agen itu lenyap dalam kilatan cahaya keemasan.

Ia menghela napas panjang.

“Bahkan tempat ini pun masih melindungi rahasianya…”

Malam turun cepat.

Yu Chen kembali ke penginapan dengan langkah tenang tapi mata tajam.

Ia tahu sekarang: jejak Sekte Timur Langit masih tersebar — dan Paviliun Langit Gelap akan melakukan apa saja untuk menutupinya.

Di tangannya, kitab “Jurus Pedang Abadi Kesembilan” bergetar halus, seolah hidup.

Ia menatapnya dalam diam, lalu tersenyum samar.

“Baiklah,” katanya pelan. “Kalau dunia ini menutup kebenaran, maka aku akan membukanya dengan pedang.”

Cahaya api giok dari lentera menari di matanya — memantulkan dua hal yang kini menyala bersamaan: kekuatan dan keyakinan.

1
sitanggang
diawal namanya siapa berubah jd siapa 🤣🤣
sitanggang
buruknya terlalu banyak tingkatan dan namanya gak jelas
Nanik S
Jadikanlah cerita ini lebih hidup
Nanik S
NEXT
Nanik S
Darah boleh sama tapi perjalanan hidup dan waktu pasti berbeda
Nanik S
Cuuuuuuus#t
Nanik S
Akhirnya Mu Feng dan Bsi Luang pergi juga
Nanik S
Laaaanjutkan Tor
Nanik S
Ceritanya bagus tapi kurang hidup
Nanik S
Lanjutkan terus
Nanik S
Dunia Beku... berarti hamparan Es
Nanik S
Siapakah yang menatap Yu Chen diatas langit
Nanik S
Siap mengambil Kunci ke Tiga
Nanik S
Bai Luang.... ternyata msh mengejar Yu Chen
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
kalau bayangan Yu Chen bisa bertarung.. hebat sekali seperti Klon
Twilight: terimakasih ya kak sudah membaca novel saya😄🙏
total 1 replies
Nanik S
Mu Feng apakah masih mengejar lagi
Nanik S
Sungguh bagus ceritanya
adi ambara
dalam tak sedar..dirinya sombong yg tak kelihatan walau dirinya sendiri...org yg sombong tak bisa berfikiran jernih..
Nanik S
Naik Tingkat... Yu Chen.. musuhmu selalu mengejsrmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!