NovelToon NovelToon
HAMIL ANAK CEO : OBSESI IBU TIRI

HAMIL ANAK CEO : OBSESI IBU TIRI

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Ibu Tiri / Pelakor jahat / Nikahmuda / Selingkuh
Popularitas:876
Nilai: 5
Nama Author: EkaYan

Dikhianati sahabat itu adalah hal yang paling menyakitkan. Arunika mengalaminya,ia terbangun di kamar hotel dan mendapati dirinya sudah tidak suci lagi. Dalam keadaan tidak sadar kesuciannya direnggut paksa oleh seorang pria yang arunika sendiri tak tahu siapa..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EkaYan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terciduk

Setelah Pramudya pergi, Sarah hanya bisa mengepalkan tangannya. Senyum manis di wajahnya menguap, digantikan oleh ekspresi marah dan penuh perhitungan. Pramudya tiba-tiba pergi, menolak ajakannya untuk bicara, dan itu jelas bukan pertanda baik. Pikiran Sarah berputar cepat, mencoba menebak kemana Pramudya pergi dengan terburu-buru. Ia tahu betul bagaimana Pramudya membencinya, dan Pramudya tidak akan pernah menghindarinya kecuali ada sesuatu yang sangat penting.

"Pasti ada sesuatu yang disembunyikan," gumam Sarah pada dirinya sendiri, matanya menyipit. "Apa yang lebih penting dari urusan kantor di jam kerja?"

Ia mencoba menghubungi beberapa kenalan di kantor Pramudya, mencari tahu apakah ada rapat mendadak atau kunjungan klien penting. Namun, hasilnya nihil. Tidak ada jadwal khusus yang bisa menjelaskan kepergian Pramudya. Kecurigaannya semakin menguat. Mungkinkah ini ada hubungannya dengan berita yang baru saja ia sebarkan? Atau adakah rahasia lain yang Pramudya tutupi?

Sarah mengeluarkan ponselnya, jarinya lincah mengetikkan nama Pramudya di mesin pencarian. Ia mengecek akun media sosialnya, mencari petunjuk sekecil apa pun. Sebuah ide licik terlintas di benaknya. Ia akan mencari tahu keberadaan Pramudya, dan jika ia menemukan sesuatu, ia akan memastikan itu menjadi kartu as terbarunya.

Setelah pemeriksaan selesai, Pramudya dan Arunika keluar dari ruang dokter. Pramudya masih merasa ada kehangatan aneh dalam dadanya setelah mendengar detak jantung itu. Namun, ia segera menepisnya, kembali memasang wajah datarnya. Arunika, di sisi lain, tampak lebih lega dan bahagia.

"Terima kasih, Pram," ujar Arunika pelan, memecah keheningan saat mereka berjalan menuju area parkir. "Aku tidak tahu harus berbuat apa jika kau tidak datang."

Pramudya hanya mengangguk, tanpa membalas tatapan Arunika.

Ia merasa canggung dan bingung dengan perasaannya sendiri. Di satu sisi, ia ingin menjaga jarak. Di sisi lain, melihat senyum tipis di wajah Arunika dan membayangkan detak jantung kecil itu, ada sesuatu yang menariknya mendekat.

Saat mereka tiba di mobil, Pramudya segera membuka pintu untuk Arunika. Saat Arunika masuk, mata Pramudya tak sengaja menangkap sekilas bayangan mobil hitam yang tampak mencurigakan terparkir cukup jauh. Ia segera menyadari ada sesuatu yang tidak beres, tetapi ia tidak ingin menakuti Arunika. Ia memutuskan untuk tetap waspada.

Sepanjang perjalanan pulang, Pramudya sesekali melirik spion, memastikan mobil itu tidak mengikuti. Namun, ia tidak melihat mobil itu lagi. Pramudya mencoba meyakinkan dirinya bahwa itu hanya kebetulan, mungkin saja orang lain yang juga baru saja meninggalkan rumah sakit. Tapi firasatnya mengatakan sebaliknya.

Sesampainya di apartemen Arunika, Pramudya hanya mengantar sampai lobi. "Aku pergi dulu," katanya, singkat.

"Pram," Arunika menahan kepergiannya. "Aku... aku akan mengirimkan salinan hasil pemeriksaan nanti. Kau berhak tahu."

Pramudya terdiam sejenak. "Tidak perlu," jawabnya, suaranya sedikit lebih lembut dari yang ia duga. "Yang penting kau dan bayi itu baik-baik saja." Ia berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Arunika di lobi, merasa campur aduk antara kelegaan dan keraguan.

Sementara itu, di sebuah sudut tersembunyi, seorang wartawan yang dihubungi Sarah baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Ia mengambil beberapa foto dari kejauhan, mengabadikan momen kebersamaan Pramudya dan Arunika saat masuk dan keluar dari rumah sakit. Senyum licik tersungging di bibirnya. Berita ini akan lebih besar dari yang Sarah bayangkan.

Sarah sedang menikmati kopi paginya di kantor, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk, disertai lampiran beberapa foto. Senyum licik langsung merekah di bibirnya saat ia melihat gambar-gambar itu: Pramudya dan seorang wanita, Arunika, keluar dari rumah sakit ibu dan anak. Wajah Pramudya tampak kaku, tapi ada kilatan kelegaan di mata Arunika.

Salah satu foto bahkan menangkap Pramudya saat membuka pintu mobil untuk wanita itu, gestur yang sangat tidak biasa bagi Pramudya yang dikenal dingin.

"Sempurna," bisik Sarah, jemarinya mengusap layar. "Ini jauh lebih baik dari yang kubayangkan."

Ia segera menelepon wartawan yang disewanya. "Kerja bagus. Pastikan berita ini booming di semua media. Aku ingin detail lengkapnya: siapa wanita itu, kenapa mereka di rumah sakit itu, dan pastikan ada kesan 'hubungan terlarang' di sana."

Sarah menutup telepon dengan senyum puas. Ia tahu ini akan menghancurkan Pramudya, tidak hanya reputasinya di mata masyarakat, tetapi juga di mata Dewangga.

Sebuah ide lain muncul di benaknya. Ini bukan hanya tentang Pramudya, ini juga tentang Dewangga. Sarah punya cara untuk memancing Dewangga lebih dalam ke dalam perangkapnya.

Dewangga duduk di ruang kerjanya, membaca laporan keuangan yang rumit. Pikirannya masih dipenuhi kekhawatiran tentang Pramudya dan berita yang beredar. Ia memijat pelipisnya saat pintu terbuka dan Sarah masuk, membawa tablet di tangannya.

"Mas, lihat ini," kata Sarah, suaranya terdengar prihatin, namun matanya berbinar licik. Ia menyodorkan tablet itu, menampilkan berita daring dengan judul besar: "PUTRA PENGUSAHA TERKEMUKA TERCYDUK BERSAMA WANITA MISTERIUS DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK!"

Dewangga merebut tablet itu. Matanya membelalak melihat foto Pramudya dan Arunika. Wajahnya memerah padam. Ia membaca cepat artikelnya, yang dengan gamblang mengimplikasikan adanya hubungan terlarang dan kemungkinan kehamilan. Darahnya mendidih.

"Apa-apaan ini, Pramudya?!" raung Dewangga, suaranya menggema di ruangan itu. "Aku sudah bilang untuk membereskan masalah, bukan menambah masalah baru! Siapa wanita ini? Apa yang dia sembunyikan?!"

Sarah duduk di sofa terdekat, pura-pura terkejut dan sedih. "Saya... saya tidak tahu, Mas. Saya sudah berusaha menasihati Pramudya, tapi dia memang selalu punya masalah dengan wanita. Dulu saya, sekarang wanita ini. Saya khawatir, Mas. Ini bisa menghancurkan nama baik keluarga kita."

Dewangga mengabaikan Sarah. Ia segera meraih ponselnya, tangannya gemetar. Ia harus menghubungi Pramudya, menuntut penjelasan. Kali ini, ia tidak akan membiarkan Pramudya menghancurkan semua yang telah ia bangun.

Di apartemennya, Arunika terkejut saat melihat berita tentang dirinya dan Pramudya. Jantungnya berdebar kencang. Ia tidak menyangka kehadirannya di rumah sakit akan menjadi bahan berita. Komentar-komentar di media sosial mulai bermunculan, beberapa mencemooh, beberapa menghakimi. Ia merasa takut dan malu.

Ponselnya berdering. Itu Roy.

"Nika, kamu sudah lihat beritanya?" suara Roy terdengar cemas. "Maafkan aku, Nika. Ini semua salahku. Seharusnya aku yang menemanimu."

"Tidak, Roy," jawab Arunika lirih. "Ini bukan salahmu. Aku hanya... aku tidak tahu harus berbuat apa sekarang."

Arunika memandang perutnya. Keberadaan bayi ini adalah rahasia terbesar yang ia simpan, dan sekarang, separuh dari rahasia itu seolah terungkap.

Ponsel Dewangga berdering tanpa henti, namun ia mengabaikannya. Amarahnya sudah di ubun-ubun. Dengan langkah besar, ia menuju ruang tamu, tempat Sarah duduk berpura-pura sedih.

"Pramudya akan datang," ucap Dewangga dingin, matanya menyala. "Dan kau, Sarah, akan diam. Aku tidak ingin ada drama tambahan darimu."

Sarah hanya mengangguk patuh, namun senyum kemenangan tersungging tipis di bibirnya begitu Dewangga memunggungi dirinya. Ia tahu, permainannya baru saja dimulai.

Tak lama kemudian, suara mobil Pramudya terdengar memasuki halaman. Dewangga segera membuka pintu, menyambut putranya dengan tatapan murka yang tak dapat disembunyikan.

"Apa-apaan ini, Pramudya?" Dewangga langsung menyerang, tanpa basa-basi. Ia melemparkan tablet berisi berita daring ke arah Pramudya. "Rumah sakit ibu dan anak? Wanita misterius? Apa yang kau sembunyikan dariku?!"

Pramudya menatap tablet itu, kemudian pada ayahnya. Wajahnya mengeras, namun ia tahu ini bukan waktunya untuk membantah. Sarah duduk di sofa, mengamati adegan itu dengan tatapan puas.

"Dia bukan wanita misterius, Pa," jawab Pramudya datar, mencoba mengendalikan emosinya. "Namanya Arunika."

"Arunika?" Dewangga mengernyitkan dahi. "Siapa dia? Kenapa kau bersamanya di rumah sakit itu? Apakah dia... kekasihmu?"

Pramudya menatap Sarah, kemudian kembali ke ayahnya. Ia tahu ia tidak bisa lagi menyembunyikan kebenaran sepenuhnya, tidak setelah berita ini tersebar. Namun, ia juga tidak bisa langsung mengatakan segalanya.

"Dia... dia bukan kekasihku, Pa. Aku hanya menolongnya," kata Pramudya, memilih kata-kata dengan hati-hati. "Roy, teman lamaku, seharusnya menemaninya, tapi anaknya sakit. Jadi aku menggantikannya."

Dewangga menatapnya tak percaya. "Menolong? Kau pikir aku sebodoh itu, Pramudya? Kenapa kau harus pergi ke rumah sakit khusus wanita hamil dan anak-anak untuk menolongnya? Dan kenapa wartawan bisa tahu?"

Sarah menyela, suaranya lembut namun penuh provokasi. "Mungkin karena ada sesuatu yang disembunyikan, Mas. Pramudya ini memang ahli dalam menyimpan rahasia."

Pramudya melirik tajam Sarah, namun ia memilih untuk tidak terpancing. Ia tahu Sarah ingin melihatnya meledak.

"Tidak ada yang disembunyikan, Pa," kata Pramudya, berusaha menjaga ketenangannya. "Aku bersumpah."

Namun, Dewangga sudah terlanjur dipenuhi amarah dan kecurigaan. Ia merasa dibohongi, dan reputasi keluarganya kembali dipertaruhkan. "Aku tidak percaya padamu, Pramudya. Ada sesuatu yang tidak beres. Aku akan selidiki wanita ini. Dan jika aku menemukan kebohonganmu, kau akan tahu akibatnya."

1
partini
wah temen lucknat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!