Sequel Empty Love Syndrome
IG elis.kurniasih.5
Alexander Kenneth adalah CEO yang dikenal killer. Tidak ada yang bisa bertahan lama menjadi sekretarisnya, hingga dia meminta seorang wanita untuk menjadi sekretarisnya.
Bilqis Thalita wanita bar bar yang ceroboh dan kerap melakukan kesalahan, ternyata menarik perhatian Alex karena kemiripannya dengan mendiang istri.
"Dasar Bos Killer. Lihat saja, aku akan menaklukkanmu," janji Bilqis pada dirinya sendiri saat berdiri di depan cermin kamar mandi kantor.
Bagaimana Kisah Bilqis dan Alex selanjutnya? Akankah Bilqis mampu menaklukkan bos killer itu hingga ke dasar hatinya? Lalu bagaimana dengan phobia Bilqis yang tidak mau memiliki hubungan dengan pria?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertandang ke rumah Bilqis
Bilqis kembali dibuat maulu oleh Alex. Sepanjang perjalanan di dalam mobil, bibir alex terus saja tersenyum.
Sempet terbesit di benak Alex, apa wanita ini pernah menggunakan benda bergerigi dan beraroma yang ditawarkan kasir tadi? Karena sepertinya Bilqis tahu betul fungsi dan kegunaan benda itu.
Tak berapa lama kemudian, alex memberhentikan mobilnya tepat di sebuah rumah minimalis dengan berbagai tanaman di halamannya.
“Daddy, apa kita sudah sampai?” tanya Aurel yang melihat mobil sang ayah berhenti di sebuah rumah.
“Iya, Sayang.” Alex tetap duduk di tempatnya sembari menatap kaca spion dalam dan melihat sang putri yang hendak keluar dari mobil.
Di sebelah Alex, Bilqis pun sudah membuka seatbelatnya dan hendak turun.
“Non, mau ke mana?” tanya baby sitter Aurel yang melihat anak majikannya itu hendak turun.
“Ke rumah Mommy,” jawab Aurel polos.
“Kita hanya mengantar Mommy saja, Sayang,” jawab Alex yang memang tidak berniat memasuki rumah Bilqis. Ia masih merasa canggung untuk melakukan hal itu.
“Ayo, Daddy! Aku ingin masuk ke rumah Mommy.”
Alex menatap Bilqis yang kebetulan juga sedang menoleh ke arahnya. “Boleh?”
Bilqis terdiam dan menggaruk pelipisnya yang tak gatal. “Hmm … gimana ya?” tanyanya bingung.
“Mommy tidak mengizinkan kita untuk masuk, Sayang. Jadi lebih bak kita pulang,” ujar Alex dengan mennegok ke belakang.
“Bu – bukan. Bukan begitu maksudku.” Bilqis menggerakkan kedua tangannya dengan mimik bingung.
“Lalu?” tanya Alex dengan menatap bilqis intens.
“Jangan tatap aku seperti itu, Sir,” jawab Bilqis dalam hati. Sungguh, berdekatan dengan pria ini membuat jantung Bilqis ikut senam dan naik turun.
Bilqis mengangguk.
“Jadi boleh? Boleh kami singgah di rumahmu?” tanya Alex menegaskan.
Bilqis menoleh ke arah Aurel. Wajah imut nan menggemaskan itu membuat Bilqis tak bisa menolak. Apalagi pesona bapaknya. Oh my God.
Bilqis tersenyum dan mengangguk. “Boleh. Ayo masuk!”
“Yeay …” Aurel bersorak dan keluar dari mobil diikuti baby sitter yang bernama Maya.
Alex pun ikut keluar dan mengikuti langkah Bilqis dan memasuki rumah.
Ting Tong
Bilqis menekan bel setelah melewati pekarangan kecil yang hanya diisi oleh tanaman serta parkir satu mobil di sampingnya. Namun, saat ini jatah ruang untuk menempatkan mobil Bilqis terasa kosong karena mobil itu memang belum dipindahkan dari restoran tempat bertemunya Bilqis dan Aurel tadi.
Ceklek
Laila membuka pintu rumahnya. “Bilqis, sudah pulang?” tanyanya sembari melirik ke arah Alex dan anak kecil serta serorang wanita muda yang memakai seragam baby sitter.
“Iya, Bu.”
“Ini siapa?” tanya Laila langsung menembak Alex dengan menatap ke arah pria itu.
“Ini …”
“Saya Alex, Bu. Alexander Kenneth.” Alex langsung menyela jawaban Bilqis.
“Alex. Alexander apa? Kenek,” jawab Laila.
“Kenneth, Ibu. Bukan kenek. Dikira temennya sopir mikrolet,” sahut Bilqis cemberut.
Alex pun tertawa dengan sosok yang berdiri tegap dan memasukkan tangan kanannya ke saku untuk menghilangkan kegugupan. Jujur saat ini, Alex pun tengah gugup bertemu dengan keluarga Bilqis. Jika dengan Anatasya ia tidak merasa gugup bertemu orang tua Tasya karena kedua orang tua mereka memang bersahabat, tapi tidak dengan Bilqis. Alex tidak mengenal sama sekali orang tua Bilqis.
“Oh, maaf ya Mas. Lidah ibu suka susah kalau nyebut nama orang barat.” Laila tersenyum ramah dan mempersilahkan tamunya untuk masuk. “Ayo masuk! Silahkan.”
Lalu Laila melihat ke arah Aurel. Ia menjadi ingat saat Bilqis kecil dulu. Wajahnya pun hampir miri[ dengan anak kecil ini.
“Ini siapa namanya?” tanya Laila yang ikut berjongkok agar bersejajar dengan Aurel.
Alex memberi kode pada sang putri untuk menyalami Laila dan Aurel pun mengerti.
“Aurel, Oma.” Anak kecil itu mengulurkan tangannya pada Laila.
“Ah, lucu sekali. Kebetulan, Ibu juga sudah ingin dipanggil Oma.” Laila nyengir dan menerima uluran tangan Aurel yang langsung Aurel cium. Laila juga ingin seperti wanita seusianya di komplek ini yang juga sudah dipanggil Oma.
“Ibu apa-apaan sih?” tanya Bilsi lirih di telinga sang Ibu sembari menarik ujung bajunya.
“Ih, memang iya. Kamu tuh nikahnya lama banget. Padahal kan Ibu udah pengen dipanggil Oma.”
Alex hanya bisa tersenyum mendengar penuturan Ibunya Bilqis.
“Ayo duduk! Silahkan. Adah Ibu seneng banget Bilqis siapelin. Walau udah punya buntut ga apa deh, yang penting Bilqis laku.”
“Ibu …” teriak Bilqis kesal. Lagi-lagi sang Ibu membuatnya malu. Padahal sebelum ini pun, ia sudah dipermalukan dengan menyebut fungsi dan manfaat benda menyeramkan di mini market tadi.
Bilqis menatap Alex yang sedang tersenyum ke arahnya. Senyum yang tak bisa Bilqis artikan.
“Ayo Silahkan! Anggap saja rumah sendiri.”
Laila membuka makanan camilan yang ada di meja tamu. Kebetulan setiap saat ia menyediakan makanan camilan di sana, karena terkadang Radit membawa teman-temannya saat pulang kuliah, atau ada saja ibu-ibu komplek yang datang main ke rumah ini saat ia sendiri di rumah.
“Sebentar ya, Ibu buatkan minuman dulu,” kata Laila yang hendak bangkit dari sofa.
“Tidak usah, Bu. Biar Bilqis saja yang membuatkan minuman,” jawab Bilqis cepat dan menyuruh sang Ibu untuk tetap duduk.
Alangkah lebih baik memang, sang ibu yang menemani Alex dibanding dirinya. Sumpah saat ini Bilqis benar-benar canggung plus dag dug dug.
“Sir, ingin kopi?” tanya Bilqis dengan menatap mata bosnya.
Alex pun mengangguk.
“Aurel mau apa?” tanya Bilqis.
“Es coklat.”
“Sayang, kemarin kamu baru saja sembuh dari batuk.” Alex memperingatkan putrinya yang hanya ditanggapi cengiran oleh Aurel.
“Kalau begitu coklat hangat saja ya. Kebetulan Mommy juga senang itu.”
Aurel langsung menganggukkan kepalanya cepat, beberapa kali.
“Mommy?” tanya Laila dalam hati.
“Kalau Bibi mau minum apa?” tanya Bilqis pada Maya.
“Apa aja, Non. Yang penting dingin.”
Bilqis pun mengangguk dan segera menuju dapur. Ia mencari sosok sang adik yang sepertinya tidak sedang berada di rumah.
“Untung aja ga ada Radit. Kalau ada bisa dibully lagi deh,” gumam Bilqis saat kakinya menuju dapur.
“Oma, Aurel ingin naik ayunan ya.” Sedari tadi Aurel memang melihat ayunan yang ada di taman minimalis depan, tepat berhadapan dengan kursi teras yang ada di luar.
Laila mengangguk. “Silahkan!”
Maya mengikuti Aurel untuk menemani anak majikannya di sana. Tinggalah, Alex yang hanya berdua dengan Laila.
Alex tampak bingung untuk memulai pembicaraan. Laila pun demikian, karena ini adalah kali pertama sang putri membawa teman lawan jenisnya.
Laila mengira bahwa Alex adalah pacar sang putri. Ia tidak tahu bahwa Alex adalah bos outrinya di kantor, sekaligus pemilik perusahaan yang selama ini membantu perekonomian keluarga mereka hingga menjadi seperti sekarang.
bolh take away g thor🤣🤣
g prnh tau salahnya mrasa g prnh punya salah
radit bar barr