NovelToon NovelToon
Diceraikan Suami, Dipinang Sahabat Kakakku

Diceraikan Suami, Dipinang Sahabat Kakakku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengganti / Cerai / Wanita Karir / Angst / Romansa
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: Anjana

Adinda tak pernah membayangkan bahwa pernikahan yang ia jaga dengan sepenuh hati justru kandas di tengah jalan. Sejak mengalami insiden yang membuatnya harus menjalani perawatan panjang, ia kehilangan banyak hal—termasuk komunikasi dengan suaminya sendiri. Berbulan-bulan ia berjuang seorang diri, berharap ketika pulih, rumah tangganya masih bisa dipertahankan.

Namun harapan itu runtuh seketika. Saat suaminya akhirnya pulang dan berdiri di hadapannya, bukan pelukan hangat atau kabar baik yang datang… melainkan satu kalimat yang menghancurkan seluruh dunianya: ia diceraikan.

Adinda hanya bisa terpaku, tak pernah menyangka bahwa ketegarannya selama ini justru berakhir pada kehilangan yang lebih besar daripada rasa sakit yang pernah ia derita.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 20 Canggung

Adinda berdiri terpaku beberapa detik, menatap tubuh Vikto yang meringkuk di sofa. Wajah pria itu tampak pucat, bahunya sesekali bergetar kedinginan meski sudah dibalut selimut tipis. Hujan di luar masih menderu, angin malam merayap masuk lewat celah kecil jendela, membuat udara menusuk tulang.

Adinda menggigit bibirnya, hatinya terasa ngilu melihatnya seperti itu.

“Kalau dibiarkan begini… bisa-bisa Kak Vikto sakit,” gumamnya lirih.

Dengan langkah pelan, hampir ada rasa ragu, ia mendekati sofa. Vikto memejamkan mata, namun napasnya terlihat tidak stabil, seakan tubuhnya berusaha melawan dingin yang tidak ramah.

“Kak…” panggil Adinda pelan.

Vikto membuka mata perlahan, menoleh. Begitu melihat Adinda berdiri di sampingnya dengan wajah cemas, ia buru-buru bangun setengah duduk.

“Kamu belum tidur?” tanyanya, berusaha tersenyum meski giginya hampir bergemeletuk.

Adinda menunduk, meremas ujung bajunya.

“Kak… dingin banget, ya?”

Vikto tertawa kecil, menepis. “Nggak apa-apa. Kakak bisa tahan. Kamu masuk aja, nanti masuk angin.”

Namun suara lelaki itu terdengar jelas gemetar. Jelas sekali ia berbohong demi membuat Adinda merasa tenang.

Adinda menghela napas panjang, lalu memberanikan diri bicara.

“Kak… tidur di sofa itu dingin. Selimutnya juga tipis… hujannya deras… anginnya masuk…” Ia berhenti, wajahnya makin merah. “Kak Vikto bisa sakit kalau begini.”

Vikto menatapnya, tiba-tiba merasa bersalah, bukan karena kedinginan, tapi karena membuat istri barunya khawatir.

Beberapa saat keduanya terjebak dalam kesunyian canggung. Hanya suara hujan yang memecah keheningan.

Kemudian Adinda, dengan keberanian yang ia kumpulkan setengah mati, berkata lirih:

“Kak… kalau Kak Vikto mau… kita tidur di kamar aja. Maksudnya… di dalam kamar… bukan di sini. Lebih hangat.” Ia buru-buru menambahkan dengan gugup, “Tapi… kita tidur terpisah kok! Dinda bisa tidur di lantai, atau di pojok, pokoknya… Kakak nggak usah di sofa… nanti sakit.”

Vikto sampai terdiam, tak menyangka Adinda mengatakan hal itu.

Ia tersenyum, lembut, penuh perasaan.

“Dinda… Kakak nggak mau kamu tidur di lantai,” jawabnya pelan. “Kalau kamu nggak nyaman tidur bareng, nggak apa-apa. Kakak bisa tidur di karpet saja. Yang penting kamu tetap hangat.”

Adinda mendongak, memandangnya.

“Tapi Kak… Kakak kedinginan.”

Keduanya kembali tenggelam dalam tatapan yang tak berani diartikan. Hujan di luar masih turun, seakan sengaja memberikan waktu bagi dua orang yang tiba-tiba menjadi suami istri ini untuk menemukan kehangatan mereka sendiri.

Akhirnya, Adinda mengangguk pelan.

“Ya sudah, Kak… kita tidur di kamar sama-sama…” ucapnya lirih, pipinya memerah.

Vikto menatapnya lama, seperti memastikan ia tidak salah dengar.

“Serius?” suaranya pelan, penuh hati-hati.

Adinda mengangguk lagi, kali ini lebih meyakinkan.

“Dinda… nggak mau Kak Vikto sakit.”

Untuk pertama kalinya sejak dinyatakan menikah, Vikto tersenyum dengan tulus, senyum yang dalam, hangat, dan membuat hatinya sendiri bergetar.

“Baik,” katanya dengan suara lembut yang hampir berbisik. “Ayo kita masuk.”

Dengan canggung, keduanya berjalan menuju kamar. Tidak ada sentuhan, tidak ada kata-kata manis. Hanya dua orang yang saling kikuk, namun diam-diam saling menjaga.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya, rumah kecil itu terasa sedikit lebih hangat. Meski di luar hujan masih belum mau berhenti sepenuhnya.

Adinda berdiri beberapa detik di ambang pintu, memandangi pria yang kini sah menjadi suaminya. Vikto tampak menggigil halus, meski sudah membungkus tubuhnya dengan selimut tipis yang ada di rumah sederhana itu. Hawa malam yang lembap, ditambah suara hujan yang menghantam genteng tanpa henti, membuat suhu ruangan terasa seperti menusuk kulit.

Adinda menggigit bibir, bimbang. Ia menatap gelas yang semula ingin diambilnya, tiba-tiba terasa tidak penting lagi. Tatapannya kembali jatuh pada Vikto, yang kini meringkuk dengan mata terpejam sambil sesekali menarik napas panjang, jelas sedang menahan dingin.

Tanpa sadar, langkah kecilnya mendekat.

“Kak Vikto…” panggilnya pelan.

Vikto membuka mata, menoleh cepat. “Dinda? Masih belum tidur?”

Adinda menggeleng. “Mau ambil minum… terus lihat Kakak kedinginan.”

Vikto tersenyum tipis, berusaha tetap terlihat tenang meski wajahnya pucat menahan hawa dingin. “Gak papa… Kakak sudah biasa tidur begini.”

Adinda tahu itu bohong. Bahkan cara Vikto menggosok lengannya sendiri pun jelas memperlihatkan sebaliknya.

Ada jeda hening. Hanya suara hujan deras dan angin yang menembus sela-sela dinding kayu.

“Kak…” Adinda menelan ludah. “Tidur di sofa itu dingin. Kalau Kakak sakit, gimana?”

“Aku gak apa-apa, Dinda.” Vikto kembali mengatur selimutnya. “Kamu istirahat aja."

Namun Adinda tetap diam di tempat. Hatinya tergerak oleh rasa iba… dan rasa nyaman yang akhir-akhir ini sering muncul setiap dekat dengan Vikto.

Keduanya berdiri canggung di pinggir ranjang.

“Kita… tidur di sisi masing-masing,” kata Adinda lirih.

“Ya… tentu,” balas Vikto cepat, bahkan terlalu cepat, membuat Adinda hampir tertawa kecil.

Keduanya berbaring membelakangi satu sama lain. Hujan masih terdengar deras, namun kini ada kehangatan baru yang mengisi ruang kecil itu, kehangatan dari dua hati yang sama-sama kikuk, sama-sama bingung, tapi diam-diam mulai saling mendekat.

Dan malam pertama itu… bukan tentang sentuhan atau keberanian.

Tapi tentang dua jiwa yang perlahan belajar merasa aman.

Di bawah suara hujan yang panjang, akhirnya Vikto berbisik,

“Selamat malam, istriku.”

Dinda memejamkan mata, senyumnya kecil namun tulus.

“Selamat malam, Kak Vikto.”

Malam itu, untuk pertama kalinya… keduanya tidur dengan tenang.

1
Uba Muhammad Al-varo
akhirnya tuan Abdi dan nyonya wirna dihukum berat dan Adinda dan Vikto dapat hidup bersama dengan damai dan bahagia
Sunaryati
Riko sekarang sadar syukurlah, semoga Dinda bahagia selalu dan cepat tumbuh kecebong Vikto di rahimmu
Sunaryati
Ada tiga pasangan, yo yang dua segera dihalalkan
Uba Muhammad Al-varo
akhirnya cinta mendekati Erizon-tia,Diva-Ziro akankah menuju pernikahan
Uba Muhammad Al-varo
Diva renungankan apa yang dikatakan Vikto, hidup itu pilihan dan yang menentukan hidup mu mau dibawa kemana itu diri mu sendiri Diva.
Sunaryati
Kamu jadilah perempuan baik, Diva. Ikuti kata kakak Vikto, jangan seperti kedua orang tuamu.
Sunaryati
Dinda mau jadi mak comblang kakaknya 🤣🤣🤭
Uba Muhammad Al-varo
kebenaran apa yang sebenarnya ditunjukkan oleh Oma Hela ke Vikto membuat Vikto letih dan menanggung berat beban
Sunaryati
Bikin penasaran apalagi yang di dapat dari oma Hela, semoga masalah lancar ditangani
Uba Muhammad Al-varo
waktunya kamu bahagia dengan berkumpul kembali dengan kakak mu dan hidup bersama dengan suami yang mencintaimu dengan tulus
Uba Muhammad Al-varo
kasih banyak misteri yang tersembunyi, apa sebenarnya pesan yang disampaikan orang kepercayaan Oma Hela sehingga nggak boleh ada yang tahu🤔🤔🤔
Sunaryati
Kesalahan kedua orang tuamu, namun kamu kena getahnya Diva
Uba Muhammad Al-varo
ternyata banyak konspirasi yang terjadi antara pak abdi,Bu wirna dan keluarga Hambalang demi keserakahan harta mereka membunuh keluarga goawana (kedua orang tuanya Adinda dan Erijon)dan Kesuma ( kedua orang tuanya Vikto)semoga aja pak abdi dan Bu wirna dan keluarga Hambalang dapat hukuman yang berat
Sunaryati
Makanya Ny Hela memberikan saham dan aset paling banyak untuk Adinda ternyata itu milik keluarganya. Selamat menikmati masa tua di penjara Pak Abdi dan Ny Wirna dan juga keluarganya Hambalang. 💪Thoor
Sunaryati
Seharusnya sudah curiga sejak Pak Abdi da Bu Warna memaksamu menikah dengan wanita pilihan mereka. Ternyata hanya anak angkat Nenek Hela. Semoga segera terungkap
Uba Muhammad Al-varo
ternyata banyak misteri yang terjadi pada kehidupan nya Vikto
Sunaryati
Kenapa Oma Hela tidak mengungkapnya, ketika masih sehat. Apa ada ancaman Abdi?
Sunaryati
Rahasia apa sih Oma kok bikin penasaran saja
Sunaryati
Suka
Sunaryati
Semoga liburan kalian membuahkan hasil, segera tumbuh Victo yunior, Otw bahagia Dinda. Untuk Riko demoo kamu dapat jodoh lagi, buka hati kamu untuk dicintai dan mencintai wanita. Jodoh kamu bukan Dinda. Semoga orang tua dan adik Victo segera sadar akan kesalahannya jika belum juga sadar semoga dapat karma
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!