Cinta Sang Mafia

Beberapa hari kemudian...

Maya menghubungi seseorang lewat telepon satelit pribadi—orang yang dulu membantunya menghancurkan reputasi beberapa orang. Ia sudah menyusun permainan baru: menghapus nama Viola dari hidup Jovan… dengan cara yang lebih licik dan menyakitkan.

Jovan dan Viola kini hidup dalam pelarian di kota lain, berusaha membangun awal yang baru… tanpa menyadari bahwa bayangan gelap dari masa lalu sedang perlahan mendekati mereka. Intrik, kebencian, dan perang antara cinta dan ambisi seorang ibu baru saja dimulai.

Malam itu, di ruang kerja pribadi Maya Adiwangsa,lampu gantung kristal menyinari wajah wanita elegan itu dengan pancaran tajam. Di meja kerjanya berserakan map hitam, foto, serta dokumen yang berisi laporan pergerakan Viola sejak kabur dari kota. Bibir Maya menyeringai tipissenyum yang bukan kebahagiaan, melainkan awal dari sebuah permainan licik.

"Kau pikir, Jovan… aku akan diam saja?" bisiknya pelan, nyaris seperti ular melata.

Di depannya berdiri seorang pria tinggi tegap, berpakaian jas rapi. Sorot matanya tajam, namun penuh dendam dan obsesi. Namanya Davin Armanda—seorang pengusaha muda kaya raya, ambisius, dan memiliki obsesi terhadap Viola sejak bertahun-tahun lalu.

"Jadi… kau ingin Viola?" tanya Maya datar.

"Bukan ingin," jawab Davin sambil mengepalkan tangan. "Tapi harus memilikinya. Aku sudah mengejarnya sejak kami masih kuliah, dan dia selalu menolak. Tapi aku tahu… cepat atau lambat, dia akan menjadi milikku.!"

Maya menyilangkan tangan di dada, memandang pria itu dengan sorot tajam menilai. Ia tahu Davin bukan pria biasa. Ia kaya, licik, dan punya banyak koneksi gelap. Sempurna untuk rencananya.

"Jika aku membantumu mendapatkan Viola,"ujar Maya pelan namun jelas, "kau harus memastikan… dia menjauh dari Jovan selamanya."

"Kau punya rencana?" Davin mencondongkan tubuh.

Maya tersenyum miring.

 "Tentu saja. Aku selalu punya rencana."

Langkah pertama Maya adalah menghancurkan benteng dalam diri Viola sendiri, Ia tahu gadis itu tidak mudah dijebak dengan uang. Jadi ia mengincar "rasa takut" dan "rasa bersalah" Viola.

  "Pertama-tama sebarkan kabar bahwa Jovan mulai dekat dengan wanita dari kalangan atas seolah-olah Viola hanyalah persinggahan.

Kedua cari salah dan bayar satu rekan kerja Viola di kota barunya untuk mengawasi dan melaporkan setiap pergerakan Viola kepada ku...

Dan ketiga membuat kecelakaan kecil di tempat kerja Viola, dan buat gadis itu merasa tidak aman di mana pun ia berada."jelas Maya.

"Ketakutan membuat orang melakukan hal-hal yang tak pernah mereka bayangkan, ujar Maya lagi saat menjelaskan rencananya pada Davin.

Davin mengangguk kecil, namun apa yang di rencanakan oleh wanita itu terdengar masuk akal.

Davin memainkan perannya dengan licik. Ia mulai muncul di sekitar lingkungan kerja Viola pura-pura kebetulan, padahal setiap gerakannya terencana. Ia menawarkan bantuan, menjadi "penolong"saat Viola sedang dalam masa sulit.

"Vio...aku masih seperti dulu,"ujar Davin suatu malam saat Viola kelelahan sepulang kerja.

"Davin… ku minta jangan mulai lagi," jawab Viola dengan suara lelah.

"Aku hanya ingin kau tahu, tidak semua orang akan membuatmu menderita seperti Jovan."

Viola terdiam. Ia tidak membalas. Tapi dalam hati, luka akibat teror dan kabar tentang Jovan mulai menggerogoti kepercayaannya.

Dan itu adalah celah yang Maya dan Davin butuhkan.

Maya mengatur jebakan yang lebih besar. Ia bekerja sama dengan Davin untuk menyebarkan rekaman palsu yang seolah-olah Jovan bersama wanita lain.

 Mempercepat tekanan di lingkungan kerja Viola, sehingga gadis itu tidak punya tempat aman.membuat Davin menjadi satu-satunya tempat bergantung, bagi Viola.

Viola ingin bertanya langsung kepada Jovan akan kabar yang beredar, namun Viola yakin, mana ada orang mengaku akan kesalahan mereka,dan sudah pasti Jovan pun akan membantah.

Aku tidak akan memaksa kamu untuk percaya, tapi sampai kapan kamu akan bertahan....? Kata Davin...

"Aku , mohon jangan memperkeruh keadaan itu tuan davin yang terhormat...!"Davin tersenyum samar,ia tidak perlu memaksa wanita itu untuk percaya, namun ia hanya perlu membuatnya menyerah.

Melihat perubahan ekspresi Viola saat melihat sepenggal vidio yang di siapkan oleh Maya membuat Davin tersenyum puas.

 "Dan saat,kau benar-benar menyerah maka itu terjadi, dan kau akan menjadi milikku.!"

Di sisi lain kota, Jovan mendapat kabar dari raka orang kepercayaannya,dan ia perlahan mulai mengendus adanya permainan kotor dari ibunya.

Di tambah lagi orang-orang kepercayaannya berhasil menemukan jejak Davin dalam setiap pergerakan yang mengarah pada Viola.

Maya mungkin cerdas… tapi Jovan bukan lagi anak penurut.

"Kalau mama pikir bisa menghancurkan hidupnya,"ucap Jovan sambil menatap peta lokasi di meja kerjanya, "maka mama belum pernah melihat aku bertarung untuk sesuatu yang benar-benar kucintai."ucapnya bermonolog.

Malam itu, ia mengeluarkan kartu as-nya,menyusun tim kecil rahasia untuk membuntuti Davin dan mengamankan Viola dalam waktu dekat.kini permainan itu bukan lagi tentang restu keluarga…tapi kini telah berubah menjadi tentang cinta yang diperjuangkan vs ambisi yang dipaksakan.

Maya dan Davin membangun jaringnya perlahan…

Sementara Jovan bersiap membalas langkah demi langkah.

Dan Jovan ingin membuktikan Cinta yang tulus tidak akan tumbang oleh tipu daya. Tapi untuk bertahan, seseorang harus berani menjadi api."

Namun saat itu Jovan harus menghadapi keraguan Viola terhadap dirinya, mampukah Jovan meyakinkan wanita yang dicintainya itu....?