NovelToon NovelToon
Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pengantin Pengganti
Popularitas:37k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Arum Mustika Ratu menikah bukan karena cinta, melainkan demi melunasi hutang budi.
Reghan Argantara, pewaris kaya yang dulu sempurna, kini duduk di kursi roda dan dicap impoten setelah kecelakaan. Baginya, Arum hanyalah wanita yang menjual diri demi uang. Bagi Arum, pernikahan ini adalah jalan untuk menebus masa lalu.

Reghan punya masa lalu yang buruk tentang cinta, akankah, dia bisa bertahan bersama Arum untuk menemukan cinta yang baru? Atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

08. Semua orang punya tujuan masing masing

Sore itu, langit Surabaya mulai berubah jingga keemasan. Bayangan panjang pepohonan jatuh di halaman belakang rumah keluarga Argantara, tempat taman mawar putih tumbuh subur di antara batu bata dan jalur setapak yang berliku.

Taman itu dulunya dirancang khusus oleh Reghan sendiri, tempat yang dulu ia rawat bersama Alena, sebelum semuanya hancur. Setelah kecelakaan itu, tak ada seorang pun yang diizinkan menyentuhnya lagi. Namun sore ini, taman yang biasanya sunyi menjadi saksi amarah yang mendidih.

Alena baru saja melangkah keluar dari ruang tamu ketika sebuah tangan kuat menariknya kasar dari belakang. Tubuhnya terhuyung, hampir kehilangan keseimbangan sebelum diseret ke arah taman yang sepi itu.

“Elion!” serunya tertahan, suaranya bergetar di antara terkejut dan takut. “Lepas! Apa yang kau...”

“Diam!” bentak Elion, suaranya berat dan tajam. Tatapannya menyala seperti bara yang tak bisa padam. Dia terus menyeret Alena hingga ke tengah taman, di mana mawar-mawar putih hampir layu diterpa angin sore. Jemarinya mencengkeram lengan Alena begitu kuat hingga kulit wanita itu memucat.

“Apa kau pikir aku tidak melihat bagaimana kau menatapnya?” desis Elion, napasnya berat. “Kau pikir aku buta, Alena?”

Wajah Alena menegang. “Kau salah paham, aku hanya...”

“Cukup!” potong Elion, suaranya menggelegar di antara desiran angin. “Aku tahu cara kau memandang, Reghan!” katanya penuh amarah, matanya membara. “Dia lumpuh, Alena! Dia bahkan tak bisa menyentuhmu lagi ... tapi kau masih berani menatapnya seperti itu? Kau berharap dia akan bergairah? Itu tidak akan pernah terjadi lagi, Alena!”

Cengkramannya semakin keras, membuat Alena meringis.

“Elion, sakit ... lepaskan!” suaranya pecah, tapi Elion tidak peduli. Ia menatapnya lama, seolah ingin membakar wajah wanita itu dengan pandangan matanya sendiri.

“Kau main-main denganku, ya?” gumamnya, rendah tapi tajam seperti pisau yang menempel di kulit. “Kau pikir aku ini sekadar pengganti? Kau lupa siapa yang memberimu tempat di rumah ini? Aku bisa membuatmu menyesal jika terus mempermainkan aku, Alena.”

Alena menggigit bibirnya, menahan sakit dan harga diri yang tercabik. Dengan sisa tenaga, ia menghempas tangan Elion dari lengannya, membuat pria itu mundur satu langkah.

“Jangan sentuh aku seperti itu lagi,” katanya dingin, napasnya memburu. “Aku tidak main-main, Elion. Tapi jika kau terus memperlakukanku seperti sampah, mungkin aku akan benar-benar kembali pada Reghan.”

Tatapan Elion menajam. Ada kebencian dan ketakutan di sana, takut kehilangan, tapi juga takut kalah dari bayangan abadi bernama Reghan Argantara. Dia menatap mawar putih di belakang Alena, mawar yang tampak seolah menyaksikan pertengkaran itu dengan diam yang mengancam.

“Kau berani mengulang masa lalu itu, Alena?”

“Tidak,” jawab Alena lirih, matanya menatap lurus ke mata Elion. “Tapi mungkin masa lalu itu belum benar-benar selesai.”

Udara di antara mereka membeku. Elion mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras, namun sebelum kata berikutnya terucap, langkah pelayan terdengar mendekat dari arah rumah.

“Tuan Elion, Tuan Argantara memanggil Anda ke ruang kerja,” ucap pelayan itu hati-hati, menunduk dalam. Elion menatap Alena sekali lagi, tatapan tajam, menyimpan ancaman tanpa kata.

“Jangan coba-coba ulangi itu lagi,” desisnya pelan, sebelum melangkah pergi meninggalkan taman. Alena berdiri mematung di antara hamparan mawar putih yang bergoyang diterpa angin. Sinar mataharinya yang terakhir menyoroti wajahnya yang memucat. Ia menatap bunga-bunga itu dalam diam, lalu tersenyum samar, getir, dan penuh rahasia.

Saat malam tiba, suasana di rumah besar keluarga Argantara terasa dingin dan sunyi. Lampu-lampu di koridor meredup, menyisakan bayangan panjang di sepanjang dinding marmer yang dingin. Hanya cahaya samar dari kamar Reghan yang masih menyala. Alena berdiri di depan pintu kamar itu, mengetuk perlahan.

“Reghan … aku masuk, ya.”

Tak ada jawaban, hanya bunyi lembut alat pernapasan otomatis dan deru napas berat dari dalam. Dia membuka pintu pelan, aroma obat dan balsem khas fisioterapi memenuhi ruangan itu. Di meja kerja, Reghan duduk di kursi rodanya, matanya menatap kosong ke arah jendela terbuka, tempat angin malam berembus membawa hawa lembap hujan sore tadi.

“Aku bawa sop ayam dari Tante Maya,” ucap Alena lirih sambil berjalan pelan mendekat. “Katanya, ini buatan khusus … untuk bantu pemulihanmu.”

Reghan hanya menoleh sekilas, tanpa ekspresi. “Aku tidak lapar.”

Nada suaranya datar, tapi tegas. Namun, Alena tetap melangkah, meletakkan mangkuk sop itu di atas meja kecil di sampingnya. “Reghan, tolong makan sedikit saja,” katanya, suaranya lembut, hampir seperti berbisik. “Kalau kamu tidak mau demi dirimu, makanlah … demi orang-orang yang masih peduli.”

Reghan menatapnya lama, pandangan itu tajam, tapi lelah.

“Orang-orang yang peduli?” gumamnya, dingin. “Lucu, mereka baru peduli setelah aku tidak bisa berjalan.”

Alena menelan ludah, matanya berkaca. “Aku … aku tidak tahu semua ini akan terjadi, Reghan.”

“Tidak tahu?” Reghan mendengus pelan, menunduk menatap sop yang masih mengepul. “Atau pura-pura tidak tahu?”

Sunyi beberapa detik. Lalu, tanpa berkata lagi, ia mengambil sendok itu dan mulai makan perlahan, sendok demi sendok, dengan wajah datar. Alena menatapnya, seolah ingin menebus dosa masa lalu yang bahkan tak bisa dihapus dengan permintaan maaf. Tepat saat itu, pintu kamar terbuka sedikit.

Arum berdiri di sana. Di tangannya, sebuah nampan dengan mangkuk sop yang sama. Uapnya masih hangat, namun langkahnya terhenti begitu melihat Alena berdiri di dekat Reghan, dan pria itu memakan sop dari tangan Alena tanpa keberatan sedikit pun.

Dada Arum terasa sesak. Ia menggenggam nampan itu kuat-kuat, ujung logamnya bergetar di jari-jarinya. Ia menatap sebentar ke arah Reghan, lalu menunduk, melangkah mundur perlahan tanpa suara.

Di koridor gelap itu, Maya berdiri tak jauh dari pintu kamar, menyaksikan semuanya dari balik dinding. Senyum miring perlahan merekah di bibirnya. Tatapan matanya menyala licik.

“Bagus…” gumamnya pelan. “Biarkan semuanya berjalan seperti ini.”

Dia tahu Arum adalah ancaman. Gadis itu punya sesuatu yang bisa membuat Reghan berubah. Dan Maya tidak akan membiarkan itu terjadi. Jika Arum harus tersingkir dari rumah ini maka malam ini adalah awal dari rencana panjangnya.

1
sryharty
ka kasih jalan lain lah
udah jangan bersinggungan lagi dengan reghan,
walaupun Revan anak reghan kayanya terlalu sakit kalo Arum dan reghan harus bertemu lagi,,takut banget nanti keluarga reghan mengusik Arum lagi,,
Asyatun 1
lanjut
Kar Genjreng
luka batin Arum sangat dalam,,,, walaupun reghan berniat baik tulus iklas dan siap menerima risiko apa pun. ,,,tapi hati dan raga Rumi masih sangat sakit berlipat bahkan,,ya butuh proses,,
siti maesaroh
semoga ada jln lain buat sembuhin revan,, biar bisa hidup brsma arum
siti maesaroh
basi dg omongsnmu han g bs dipecat dr dulu mau melindungi arum nyatanya nihil, skrg bilang gitu jg alah omong ksong
siti maesaroh
kamu kn emang tolol han ,,makanya arum dh g prcya lg sejak saat itu
siti maesaroh
g usah tanya apa yg dilalui arum han mata.km buta kali udah tahu pasti susah hidup tanpa kluarga,punya suami pun pekok kyak km
siti maesaroh
g usah sok peduli km han tk tonjok mulut mu ntar , km bilang orang tua macam apa ninggalin anaknya diruang inap, lahh km suami macam apa biarin istrinya dituduh tanpa bukti dn dicambuk, dsar bjingan km han
siti maesaroh
ihh ngapain lg ktemu penjahat yg memberi putusan hukuman pd mamamu revan g suka bngt aku
siti maesaroh
pokoknya jgn mau klo.diajak belikan ya rum, km udah trlalu hancur untuk kmbli ke reghan, setan itu reghan ksih keputusan untuk hukum kn waktu itu😢
siti maesaroh
smoga dpt donor tp bukn dr klurga nya
siti maesaroh
ingin ku 6unuh itu reghan mnjgkelkn
siti maesaroh
baguslah prgi dr km ,bebas dr siksaan yg kau putuskan untuk mncambuknya ,dasar tolol km han tolol tolol tolol
siti maesaroh
persetan dg km han, g membiarkan arum pergi tp mlh menyiksa arum apa itu namanya, dasar tolol blo on ya km han
siti maesaroh
dasar pembodohan aturan.ini sbgai suami juga bodoh dn tolol.reghan, arum jg ngapain mau kmbli lg sm deg gan udah bner dia pergi, dadar munafik km reghan ktanya mau mencintai arum tp mudanya hnya msa lalu km sj yg kau pikirkn, banci km reghan
siti maesaroh
knp km mlh bohong rum bilang ja emng km ktemu sm elion waktu ambil.air minum gitu , suka bngt deh bohong bohong heran
siti maesaroh
jgan kasih cinta ke reghsn arum biarkan dia berjuang dulu enak ja lngsg dimaafkan
Asyatun 1
lanjut
siti maesaroh
pinter km tu udah g usah mbghdpi reghan lg rum, biar kn reghsn ,sibuk dg mslhnya
siti maesaroh
udahlh arum km pergi jauh aja, aku nyesek lihat nasibmu disitu 😢😢
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!