NovelToon NovelToon
Bride Of The Fate

Bride Of The Fate

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Duda / CEO / Beda Usia / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:675
Nilai: 5
Nama Author: Rustina Mulyawati

Anya Safira adalah gadis berusia 20 tahun. Ia bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah hotel. Suatu hari Anya tengah membersihkan kamar hotel yang sudah ditinggalkan oleh tamu. Namun, Seketika seorang pria masuk dan menutup pintu serta menguncinya. Pria itu mabuk dan tidak sadar kalau ia salah masuk kamar.

Melihat tubuh seksi Anya pria tersebut tidak tahan dan segera mendorong tubuh Anya ke atas ranjang. Pria itu pun naik dengan hasrat yang tidak tertahankan. Anya yang ketakutan hendak berteriak. Namun, pria itu segera membekap mulut Anya sambil berbisik.

"Jangan berteriak. Aku akan memberimu satu miliyar asal kau layani aku, " bisiknya.

Anya yang memang sedang membutuhkan uang, tidak pikir panjang dan menerima tawarannya. Dan disitulah awal dari semuanya.

Anya tidak tahu, kalau pria itu adalah tuan Elvaro. Duda kaya raya seorang Presdir perusahaan ternama YS.

Lalu, apakah yang akan terjadi selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rustina Mulyawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22. Pura-pura Pingsan

 "Selamat pagi, Pak El! "

 Amira menyapa Elvaro dengan ceria seperti biasanya sambil membawakan kopi kesukaan Elvaro. Ia menaruh kopi itu diatas meja.

 "Amira! Proposal untuk rapat hari ini sudah siap, kah? "

 "Sudah, Pak. Saya juga sudah mencetak beberapa untuk diberikan kepada yang lainnya dirapat nanti. "

 "Baiklah. Kalau begitu, terima kasih. "

 "Iyah, Pak. Kalau begitu saya pamit lanjut kerja. "

 Amira berbalik untuk melangkah pergi dari ruangan Elvaro.

 "Amira? "

 "Iyah, Pak? "

 "Nanti malam kamu ada waktu? " tanya Elvaro.

 "Ada apa yah, Pak? "

 "Mamah mengundang kamu ke rumah malam ini. Sepertinya, dia mau membahas pernikahanmu sama Aiden. Jadi datanglah nanti malam. "

 Amira tersenyum. "Baik, Pak. "

 "Kalau begitu, kamu bisa kembali bekerja. "

 Amira melanjutkan langkahnya. Tetapi ia berhenti sejenak di depan pintu.

 [Sepertinya Pak El sangat senang hari ini. Wajahnya begitu bersinar. Aku harus melakukan sesuatu untuk menarik perhatiannya. ] Bathin Amira.

 Dan begitulah Amira berpura-pura pingsan di depan pintu keluar. Elvaro terkejut melihat tubuh Amira yang jatuh ke lantai dan tidak sadarkan diri.

 "Amira? "

 Elvaro segera menghampirinya. Ia mengangkat tubuh Amira yang lemas ke pangkuannya. Ia mencoba untuk membangunkan Amira.

 "Amira, kamu kenapa?"

 Elvaro dengan sigap mengangkat tubuh Amira dan menggendongnya. Dan adegan itu kebetulan dilihat oleh Anya yang datang untuk mengantarkan handphone milik Elvaro yang tertinggal. Anya yang main masuk itu, melihat Elvaro dan Amira.

 Elvaro Menaruh tubuh Amira di sofa.

 "Ada apa ini? "

 Anya bertanya dengan tenang dan menghampiri mereka.

 [Suara ini? Apakah cewek sialan itu datang? Sialan! Dia mengacaukan rencanaku. Kenapa dia datang kesini? ] Bathin Amira.

 "Anya? Kenapa kamu kesini? " tanya Elvaro.

 "Ponselmu ketinggalan. Ada beberapa panggilan yang masuk. Saya pikir itu hal penting jadi saya datang untuk memberikan ini."

 "Oh, saya sama sekali tidak sadar. Terima kasih, yah. "

 Anya hanya tersenyum mengangguk. Kemudian ia melirik Amira yang masih berpura-pura pingsan.

 "Dia kenapa? "

 Anya bertanya karena penasaran.

 "Entahlah. Tiba-tiba dia pingsan. Apa harus kita bawa dia ke rumah sakit? "

 "Rumah sakit? Tidak perlu!"

 Anya menghampiri Amira yang terbaring di sofa dan menatap sedikit lama.

 [Cewek sialan! Dia mau ngapain? ] Bathin Amira lagi.

 "Kamu mau ngapain? "

 Elvaro pun bertanya-tanya apa yang akan dilakukan oleh istri kecilnya itu.

 "Cuma ingin memeriksa, apakah dia benar-benar pingsan atau cuma pura-pura saja, " jawab Anya begitu tenang mencubit pipi Amira dengan cukup kuat.

 Amira memang kesakitan. Tetapi ia memilih untuk menahannya. Namun, tidak disangka alisnya bergerak dan mengerut sedikit. Anya pun tersenyum kecil.

 "Saya tahu cara membangunkannya, " ujar Anya.

 Lalu, ia pun pergi menuangkan setetes air ke tangannya dan mencipratkan air itu ke wajah Amira berulang kali.

 Amira yang merasa risih dengan apa yang dilakukan Anya. Akhirnya berpura-pura sadar dan berakting.

 "Lihat! Ampuh, kan? " ujar Anya sambil bersedekap dada.

 Amira mengusap air yang ada di wajahnya dengan lembut dan perlahan bangkit untuk duduk.

 Elvaro menyungging senyum kecil.

 "Maafkan saya Pak El. Saya sudah merepotkan Pak El, " sesal Amira memelas.

 "Tidak papah. Apakah kamu sakit? "

  Elvaro bertanya karena peduli padanya.

 "Entah kenapa kepala saya tiba-tiba pusing. Mungkin karena saya belum sarapan tadi pagi. "

 Amira memasang wajah lesu dan pucat sambil memegang kepalanya.

 "Kalau begitu, mau saya temani untuk makan sebelum kembali bekerja?" usul Anya menawarkan diri dengan senang hati.

 "Tidak perlu, Bu Anya. Saya bisa pergi beli sendiri. "

 Amira menolak secara lembut dan sok imut.

 "Eh, nggak papah Mbak Amira. Lagi pula kita perlu kenal satu sama lain. Kan Pak Elvaro?"

 Sahut Anya melirik ke arah Elvaro dengan tersenyum lebar.

 "Iyah, kalian pergilah bersama dan makan diluar. Masih ada satu jam untuk rapat nanti, " balas Elvaro.

 Amira sejenak terdiam melirik ke arah Elvaro. Tetapi sepertinya ia tidak bisa menolak lagi. Melihat Elvaro yang begitu patuh kepada Anya. Akan sulit baginya mendapat perhatian Elvaro jika terus menolak ajakan Anya.

 "Baiklah."

 "Nah, kalau begitu ayo, kita pergi! "

 Anya menarik tangan Amira dan bergegas pergi dari kantor. Anya terlihat begitu ceria dan polos layaknya anak-anak. Anya bahkan berjalan sambil melompat-lompat seperti anak kecil yang diajak jalan sama ibunya Sementara Amira begitu anggun.

 Anya mengajak Amira ke salah satu restauran yang tidak jauh dari kantor Elvaro. Mereka duduk di salah satu meja. Pelayan datang menghampiri mereka.

 "Selamat datang!" sapa pelayan itu. "Silahkan mau pesan apa? "

 "Mmm... saya mau pesan... " Anya melihat-lihat daftar menu.

 "Saya mau bubur ayam yang spesial ini dengan tambahan telor, dan ayamnya tolong yang banyak. Saya juga pesen ikan gurame asam pedas sama minumnya saya pesen jus mangga, " ucap Anya dengan begitu penuh semangat.

 "Kalau Ibunya ingin pesan apa? " tanya pelayan itu ke Amira.

 "Ibu? Siapa yang kamu panggil Ibu?" sahut Amira nyolot.

 "Saya minta maaf, " balas pelayan itu merasa tidak enak.

 "Saya mau pesan bubur ayam yang biasa saja sama es teh manis saja."

 "Baik. Mohon tunggu sebentar! "

 Pelayan itu pun pergi untuk menyampaikan pesanan mereka ke koki dapur. Amira terus saja memasang wajah kesal dan muram.

 "Mbak harus jaga kesehatan. Jangan sampai lupa sarapan. Apalagi sampai sakit. Bukankah minggu ini Mbak mau menikah sama Aiden? " ujar Anya.

 Amira menyungging senyum terpaksa.

  "Terima kasih."

 "Sama-sama. Hmmm... tapi rasanya aneh juga yah. Karena sebentar lagi. Saya akan jadi mamah mertuamu. Dan mungkin, kamu harus siap untuk memanggil saya Mamah, " ucap Anya lagi.

 Amira semakin merasa kesal mendengar ucapan Anya. Ia benar-benar tidak tahan terhadapnya. Tetapi, ia tidak boleh emosi dan harus tetap bersabar.

 "Jika itu yang kamu mau. Saya akan berusaha. "

 "Eyyy... Tidak perlu. Karena aku juga tidak suka di panggil Mamah oleh mu. Daripada kita membangun hubungan sebagai mertua dan menantu. Bagaimana kalau kita berteman saja. Bukankah akan terdengar lebih baik? Lagi pula, saya masih sangat muda untuk dipanggil Mamah sama kamu, " balas Anya lagi.

 Amira mengepal kuat kedua tangannya. Ia membuang nafas dengan sekaligus. Tetapi ia tetap menyungging senyuman di wajahnya.

 "Tentu. Itu terdengar sangat bagus. "

 Anya tersenyum dan melihat Amira dengan seksama. Walau pun usianya masih kecil tapi pikiran Anya sebenarnya sangat dewasa. Ia memperhatikan Amira sejak pertama kali bertemu. Ada beberapa hal yang membuat Anya ragu terhadap Amira. Memang dari luar, Amira terlihat seperti orang yang tulus dan baik. Tetapi ia menjadi curiga karena waktu di pernikahannya hari itu bersama Elvaro. Anya sempat melihat Anya memberikan sebauh amplop cokelat kecil kepada salah satu pelayan.

  Dan kebetulan pelayan itu adalah orang yang telah menyerangnya waktu. Jadi, Anya berasumsi apakah Amira adalah dalang dari apa yang ia alami waktu itu. Anya hanya penasaran mengapa Amira sampai melakukan hal buruk seperti itu padanya? Anya ingin tahu maksud dari tujuan Amira melakukan hal jahat itu. Maka dari itu Anya ingin mendekatinya terlebih dahulu. Untuk memastikan kecurigaannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!