NovelToon NovelToon
Suami Satpamku Ternyata Miliarder

Suami Satpamku Ternyata Miliarder

Status: tamat
Genre:Romantis / Reinkarnasi / Balas Dendam / CEO / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Tamat
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Ayuna Sekar, gadis yatim piatu yang tulus dan pekerja keras, dikhianati oleh tunangannya sendiri—pria yang selama ini ia biayai hidup dan kuliahnya. Di hari pernikahan yang seharusnya menjadi hari bahagianya, ia justru dipermalukan dan dihina hingga mengalami serangan jantung.

Namun takdir memberinya kesempatan kedua—kembali tiga hari sebelum hari itu. Kali ini, Ayuna membalikkan takdir. Ia membatalkan pernikahan dan nekat menikahi seorang satpam tampan bernama Arjuna.

Tanpa ia tahu, Arjuna adalah seorang miliarder yang menyamar. Pernikahan sederhana mereka penuh tawa, cinta, dan kejutan. Dan Ayuna akan membuktikan bahwa cinta sejati tak pernah butuh harta... tapi hati yang setia.

Ayo ikuti keseruan ceritanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Beberapa hari kemudian, Ayuna dan Nauval diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Arjuna menyiapkan segala sesuatunya dengan hati-hati mulai dari memasang kursi bayi di mobil, hingga memastikan kamar Nauval sudah rapi.

Saat mobil berhenti di halaman rumah, Sekar langsung berlari kecil dari teras bersama Ibu Amalia. “Bunda! Adik!” teriaknya girang, sambil melambai-lambaikan tangan.

Arjuna membantu Ayuna turun, sementara Ibu Amalia dengan cekatan menggendong Nauval. “Masya Allah… ganteng sekali cucu Mama ini,” ucapnya sambil menciumi pipi mungil Nauval.

Di dalam rumah, Sekar tak sabar ingin menunjukkan sesuatu. Ia menarik tangan Ayuna ke kamarnya. “Bunda, lihat! Aku bikin gambar ini buat Nauval.” Di dinding, tergantung kertas besar bergambar matahari, rumah, dan dua anak kecil yang bergandengan tangan.

“Wah, ini cantik sekali, Kakak,” kata Ayuna tersenyum, memeluk Sekar. “Nanti kalau adik sudah besar, Bunda tunjukin gambar ini, ya.”

Malamnya, suasana rumah mulai terasa berbeda. Tangisan Nauval terdengar setiap beberapa jam, membuat Arjuna dan Ayuna harus bergantian bangun. Sekar, yang awalnya ingin tidur satu kamar dengan adiknya, akhirnya terlelap di kamar sendiri karena “adik terlalu berisik”.

Namun, di tengah rasa lelah itu, ada momen-momen yang membuat hati hangat—seperti saat Sekar datang membawa selimut kecil untuk menutupi Nauval, atau ketika Arjuna tertidur sambil duduk di sofa dengan Nauval di pelukannya.

Suatu pagi, Ayuna duduk di teras sambil menyusui Nauval. Sekar datang membawa dua gelas susu hangat yang ia minta pada neneknya. “Bunda, nanti kalau adik sudah bisa jalan, aku mau ajarin dia main sepeda,” katanya penuh semangat.

Ayuna mengangguk. “Boleh, tapi pelan-pelan ya, jangan ngebut.”

Arjuna yang baru pulang dari belanja roti tersenyum melihat pemandangan itu. “Wah, keluarga kecil kita makin lengkap,” katanya sambil mencium kening Ayuna dan memeluk Sekar dari belakang.

Dan di saat itu, mereka sadar hidup akan semakin ramai, rumah akan selalu penuh suara, tapi di situlah letak keindahan keluarga yang mereka bangun bersama.

 

Beberapa minggu pun berlalu, dan perlahan rutinitas baru mulai terbentuk di rumah itu.

Ayuna sudah mulai terbiasa begadang menyusui Nauval, sementara Arjuna semakin lihai menidurkan bayi dengan ayunan tangan atau nyanyian lembut yang kadang membuat Sekar ikut tertidur di sofa.

Sekar sendiri kini resmi menjadi “kakak besar” yang bangga. Ia sering menemani Ayuna mengganti popok atau memilihkan baju untuk Nauval. Kadang, meski belum sempurna, ia mencoba menyanyi untuk menenangkan adiknya.

“Tenang, adik… kakak Sekar di sini…” ucapnya dengan nada pelan, membuat Ayuna tersenyum terharu.

Suatu sore, ketika hujan turun, mereka semua berkumpul di ruang keluarga. Arjuna sedang memangku Sekar sambil membacakan buku cerita, sementara Ayuna menggendong Nauval yang tertidur pulas. Ibu Amalia datang membawa teh hangat dan pisang goreng.

“Mama senang lihat kalian begini… lengkap, hangat, dan rukun,” ucapnya sambil duduk.

“Ya, Ma,” jawab Arjuna sambil menatap keluarganya. “Aku ingin anak-anak tumbuh di rumah yang selalu penuh cinta. Supaya mereka nanti punya kenangan indah, seperti sore ini.”

Sekar lalu menoleh, matanya berbinar. “Berarti nanti kalau aku sudah besar, aku harus sayang sama Nauval terus, kan?”

Ayuna tersenyum, mengelus kepala putrinya. “Iya, Kakak. Sayang dan jaga adik, selamanya.”

Di luar, hujan terus turun, membasahi halaman dan mengalir di kaca jendela. Di dalam rumah itu, ada tawa, percakapan lembut, dan rasa syukur yang tak pernah habis—sebuah awal baru untuk keluarga kecil mereka.

...----------------...

Beberapa tahun kemudian, rumah itu masih sama hangatnya hanya saja kini lebih ramai oleh suara langkah kecil yang berlarian di lorong dan tawa yang menggema dari ruang keluarga.

keluarga besar Arjuna selalu datang berkunjung untuk berkumpul

Sekar yang dulu malu-malu saat pertama kali memeluk Nauval, kini sudah menjadi kakak yang tangguh. Ia sering mengajari adiknya membaca, mengikat tali sepatu, bahkan membelanya saat teman-teman sebaya mencoba menggodanya.

“Adik nggak sendirian, ada Kakak di sini,” ucap Sekar dengan nada tegas namun penuh kasih, membuat Arjuna dan Ayuna bangga diam-diam.

Nauval pun tumbuh menjadi anak ceria yang selalu mencari kehangatan pelukan keluarganya. Tak jarang, di malam hari, ia mengetuk pintu kamar orang tuanya hanya untuk memeluk mereka sebentar sebelum kembali tidur.

“Biar mimpi indah,” katanya polos, membuat Ayuna dan Arjuna tertawa.

Ibu Amalia yang mulai menua sering duduk di teras, memandangi halaman sambil mendengar suara cucu-cucunya bermain. Kadang ia berkata pelan pada Arjuna, “Mama sudah tenang. Kalian saling sayang, itu sudah cukup.”

Dan sore itu, seperti sore hujan bertahun-tahun lalu, mereka kembali berkumpul di ruang keluarga. Ada teh hangat, camilan sederhana, dan cerita-cerita kecil yang membuat mereka saling tertawa. Di luar, rintik hujan turun membasahi kaca, sementara di dalam, hati mereka penuh.

Arjuna merangkul Ayuna dan menatap anak-anaknya yang bercanda. “Inilah yang aku impikan,” katanya lirih.

Ayuna membalas senyumnya. “Dan kita akan menjaganya… selamanya.”

Rumah itu tetap berdiri kokoh tidak hanya oleh dinding dan atap, tetapi oleh cinta yang mereka tanam, rawat, dan wariskan. Sebuah rumah yang akan selalu menjadi tempat pulang, tak peduli ke mana waktu membawa mereka.

1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
babak baru buat Ayuna
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
kenapa sampe Arjuna nyamar segala
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
pernikahan kilat nih jd saksinya indomaret ya 😅😅
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
cewek dulu yg ngajak nikah ke cowok 😅😅
Tiara Bella
singkat dan padat.....
Giandra
terimakasih Thor 🙏
partini
next novel pls
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪
Cindy
lanjut kak
miss blue 💙💙💙
cepet banget kak ceritanya, berasa mau tamat, padahal baru 23 bab.
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪💪
Rohmi Yatun
cerita yang menarik 🌹🌹🌹👍
Rohmi Yatun
ada typo di nama2 pemeran nya Thor..
Lisa
Suka banget bacanya
Cindy
lanjut kak
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪💪
miss blue 💙💙💙
ini udah 3 bulan lagi, kemarin setahun ayuna.masih hamil, 3 bulan kemudian masa belom lahiran juga.
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪
Cindy
lanjut kak
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!