Tak pernah terbersit di pikiran siapapun, termasuk laki-laki rasional seperti Nagara Kertamaru jika sebuah boneka bisa jadi alasan hatinya terpaut pada seorang gadis manja seperti Senja.
Bahkan hari-hari yang dijalaninya mendadak hambar dan mendung sampai ia menyadari jika cinta memang irasional, terkadang tak masuk akal dan tak butuh penjelasan yang kompleks.
~~~
"Bisa-bisanya lo berdua ada main di belakang tanpa ketauan! Kok bisa?!"
"Gue titip anak di Senja."
"HAH?!!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19# Meidina day part 2
Kini kelima wanita ini sudah rapi dengan dresscode berwarna biru langit. Diantara kaki-kaki telan jangnya dan warna keoranyean sore mereka melingkar di tengah halaman sepetak kediaman Vio dan Shaka.
Beralaskan karpet tanpa barang apapun kecuali kotak-kotak kado di belakang badan masing-masing personel, lampu bohlam hias yang tergantung cantik melambai zig-zag di atas halaman sepetak itu.
"Oke. Gue buka acara private party kita ya dengan ucapan selamat dan do'a." lirih Lula.
"Bismillah..." lanjutnya, mereka sudah memejamkan mata dan percayalah jika kelimanya kini melingkar berdiri saling berpegangan tangan, "Ya Allah, terimakasih untuk kesehatan yang diberikan, rejeki dan kelancaran urusan kami semua."
"Satu persatu dari kita mulai melepas masa lajang, dan hari ini...adalah waktunya untuk Meidina, yang besok...statusnya bakalan berubah jadi seorang istri...memulai perjalanan bahteranya bersama suami." Jedanya.
"Berkahilah ya Allah, ridhoi...do'a terbaik selalu terpanjat untuk Mei dan Jingga dari kita semua yang ada disini. Semoga pernikahan Mei--Jingga membawa berkah usia dan rejeki. Membawa kemudahan untuk segala urusan keduanya. Sakinah, mawadah warahmah..."
"Aamiin."
Kini Lula dan yang lain membuka matanya, lalu menatap Mei, "hari ini, kita masih bebas buat peluk lo tanpa harus ijin siapapun, bebas ajak lo, bebas buat milikin lo...tapi besok lusa, ada ijin yang harus kita dapetin buat lakuin itu semua. Happy married Mei." Mereka berpelukan bersama dengan mata yang telah berkaca-kaca.
"Thanks girls...sampai detik ini, kalian separuh kehidupan gue. Terimakasih ya Allah, sudah hadirkan orang-orang baik ini ke kehidupan gue." jawab Mei memantik isakan yang lain.
Ada kedipan lampu kamera di sudut angle pas yang merekam kegiatan mereka ini, yang sebelumnya telah Syua nyalakan.
Lantas selanjutnya, Vio menyalakan pemutar musik dimana lagu mulai terputar, membuat lingkaran para wanita ini ikut berputar sambil menari kecil nan kompak dengan tawa-tawa kecilnya.
Bukan tanpa alasan mereka melakukan itu, namun ada kotak-kotak hadiah yang mereka putarkan disana.
Selesai dengan itu, kelimanya duduk dan membuka kado satu sama lain. Tawa tercipta saat Mei justru mendapatkan satu set panci, termasuk Senja yang menemukan satu set pisau dapur di kotak kado miliknya.
Lain hal dengan acara pesta lajang orang lain yang menyertakan cocktail, minuman beralkohol atau soda dan jus. Usulan Senja kali ini memang selalu di luar nalar.
Susu coklat bumil tersaji 5 gelas untuk mereka minum bersama.
"Cheers!"
Nalula sampai dibuat tertawa tergelak, apalagi saat Senja sudah memaksa Syua untuk meminumnya. Hilang sudah mendung di wajah Vio berganti dengan bahagia tak terkira.
"Biar Vio ngga ngerasa mesti minum ini sendirian...." ujar Senja.
"Mereka kan emang calon ibu dalam waktu dekat, Nja...lah gue sama lo kan, hilal jodohnya aja belum keliatan! Senjaaaa!" jerit Syua memancing Mei, Vio dan Lula tertawa lebih kencang lagi.
"Susu bumil ngga akan langsung bikin lo bunting kali, ci..." balasnya mengejar Syua.
Bukan nasi kuning, atau tumpeng. Melainkan pesanan sushi, ramen, dan pempek permintaan bumil yang menjadi makanan mereka di acara ini.
Demi apa, Vio bahkan sudah menggusur alat karaoke ke belakang membuat Senja dan Mei bergerak antusias. Hari yang tergelincir ke gelap tak menyurutkan niat mereka bersenang-senang.
"Games karaoke yuk!" ajak Vio disanggupi yang lain.
"Oke dikocok ya...termasuk lagu ngga bisa milih sendiri." Vio sudah memasangkan usb dan wifi.
Kocokan itu awalnya menunjuk Syua yang ogah-ogahan, apalagi ketika kocokan kembali menunjukan lagu dangdut, Syua sampai bergidik ngeri, "ngga bisa guee..."
Meski tak mau, akhirnya ia lakukan juga demi acara ini.
Ada Senja yang selalu jadi icon kegembiraan disini, ia bahkan tak segan menyawer Syua yang ujungnya di pungut oleh Vio, Mei dan Nalula juga, "ngga mau pulang...maunya disawer!"
Tanpa mereka sadari, kini Shaka yang memasang cctv di halaman rumahnya sedang menonton kegiatan mereka itu sambil tertawa tergelak, "hahaha an jing. Ngakak. Had...Syua bisa nyanyi dangdut?"
Bukan hanya Mahad, melainkan Arlan, Jovi dan Alby ikut melirik dan melihat ponsel Shaka yang ia taruh di tengah meja bersama botol-botol minuman beralkohol rendah, Maru cukup bisa mengintip kegiatan stalker Shaka itu, dan ditatapnya sosok yang pecicilan sejak tadi, ada senyum tipis disana. Apalagi saat suara Senja memparodikan Zaltan.
Ini gue jadi Zaltan ya, lamar Lula...
Lalu Senja berlutut di depan Nalula, La...sejak kkn gue suka lo baby...bahkan Senja sudah mengedip genit.
Hahahaha, alay ih Senja jijik gue!
Gue cowok paling ganteng di dunia loh, masa lo ngga suka gue. Nikah yok...
Bukan Nalula, melainkan Syua yang datang sambil berkacak pinggang, kamu mau nikahin anak saya?! Udah punya apa kamu, hah?! Gunung, laut, langit?!
Vio terlihat dengan gelagat memegang perutnya sambil tergelak, hahaha, parah njirr gue sampe pi pis gini gara-gara ketawa.
Seketika Zaltan mengomel di tempatnya, "an jirr Senja. Gue ngga gitu sama Lula."
Namun Mei menimpali tak kalah absurd, gue jadi Arlan...Nja, ci pokan yuk, muachhhh!
Dan bukan hanya para wanita itu saja yang tertawa disana, melainkan para stalker di apartemen Maru.
"An jing gue ngga pernah gitu. Mei ngada-ngada..." omel Arlan di dorong Jovian, karena disana Senja sudah membuat gerakan pingsannya di karpet dan kemudian Syua dan Vio menutupinya dengan syal, inna lillahi...
"Emhhh, jadi di belakang cowok pada begitu, ya mereka..." omel Alby mengangguk-angguk. Karena disana mereka sudah kembali tertawa dan karaokean bersama.
Kelima wanita ini sudah duduk kembali, rehat dari rasa lelah seru-seruan mereka. Beberapa kali mengambil potret kebersamaan sambil menikmati makanan pesanan mereka.
Bantal-bantal sofa turut dibawa keluar.
"Jam 9 udahan ya? Bumil jangan di luar malem-malem, lagian gue pinjem calon manten sama tante Inka tadi, takut dimarahin kalo kemaleman bawa eonni pulang."
"Santai aja."
"Yang cowok balik jam berapa?" tanya Lula.
"Kayanya beberapa nginep di apartemen Maru." Angguk Syua.
"Loh, Shaka juga? Ini masa Vio mau ditinggal sendiri?"
Namun Vio menggeleng, "Shaka balik kok. Tapi mungkin malem banget. Lo tau lah ya, modelan pesta bujang cowok kaya apa..."
Mereka mengangguk, "pokoknya nanti kita bantu beresin, Vi...jangan sampai Vio sama Shaka yang repot."
Vio menggeleng, "ngga apa-apa ntar gue yang beresin." Namun mereka jelas tak setuju, "jangan Vi. Ngga apa-apa, kita barengan...masa kita yang ngadain acara Shaka sama lo yang beresin."
Senja mengangguk, "ntar gue temenin lo sampe Shaka balik."
"Nginep aja, Nja." Ujar Lula diangguki Senja sambil mengunyah sushi, "boleh...boleh."
"Sebelum acaranya udahan, ada pesan-pesan ngga buat eonni yang mau nikah? Terutama dari lo, Vi..yang udah pengalaman nih?!" tanya Lula.
"Oke gue dulu!" Senja menginterupsi, "buat eonni sama bang Jing, kalo dah merit jangan sampe berantem. Kalaupun ada masalah atau rasa ngga enak, komunikasi...pokoknya komunikasi yang penting. Terbuka.." ucap Senja diangguki Mei.
"Dari gue sih, ngga ada yang gimana-gimana ya...secara gue belum nikah. Cuma mau bilang, jangan percaya kata orang sebelum lo buktiin sendiri, ya itu...balik lagi komunikasi." timpal Syua.
"Oke..oke..ci."
Vio mulai kesulitan menelan ramennya, bahkan kini ia hanya mengaduk-aduk saja.
"Gue ya..." Lula angkat bicara lagi, "mulai sekarang, egonya lebih dikelola lagi, kontrol emosi yang ngga perlu diragukan dari Mei gue rasa bakal jadi kunci keseimbangan walaupun ngga boleh melulu Mei yang mengalah, tapi Jingga pun harus banyak belajar mengalah dan mengontrol emosi, sebab menikah itu bukan tentang siapa yang mengalah...tapi siapa yang harus mempertahankan, ya...dua-duanya."
Dan percayalah, mereka dikejutkan dengan Savio yang tiba-tiba terisak menitikan air matanya.
"Vi...eh...kenapa?" mereka panik, khawatir salah ucap membuat bumil satu ini tersinggung. Bahkan Senja dan Mei yang berada di samping Vio sudah merangkul Vio, bumil ini menggeleng, "tiba-tiba gue ngerasa bersalah aja sama Shaka. Gue belum jadi istri yang baik, malah belakangan ini....gue banyak ngerepotin dia, gue marah-marah ngga jelas, padahal dia tuh ngga ada salah."
"Ya ampun, Vi. Sayang Shaka banyak-banyak. Abis ini lo peluk Shaka ya...minta maaf sama dia, sungkem." ucap Lula membuat Senja mengernyit, "persis lebaran, La?"
Isakan Vio berubah jadi dengusan geli.
.
.
.
.
Aaaaah..... lega..... lihat sang pujaan duduk bersila menunggu....