Di kota kecil Eldridge, kabut tidak pernah hanya kabut. la menyimpan rahasia, bisikan, dan bayangan yang menolak mati.
Lisa Hartman, gadis muda dengan kemampuan aneh untuk memanggil dan mengendalikan bayangan, berusaha menjalani hidup normal bersama dua sahabat masa kecilnya-Ethan, pustakawan obsesif misteri, dan Sara, sahabat realistis yang selalu ingin mereka tetap waras.
Namun ketika sebuah simbol asing muncul di tangan Lisa dan bayangan mulai berbicara padanya, mereka bertiga terseret ke dalam jalinan rahasia tua Eldridge: legenda Penjaga Tabir, orang-orang yang menjadi pintu antara dunia nyata dan dunia di balik kabut
Setiap langkah membawa mereka lebih dalam pada misteri yang membingungkan, kesalahpahaman yang menimbulkan perpecahan, dan ancaman makhluk yang hanya hidup dalam bayangan. Dan ketika semua tanda mengarah pada Lisa, satu pertanyaan pun tak terhindarkan
Apakah ia pintu menuju kegelapan atau kunci untuk menutupnya selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GLADIOL MARIS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PETA ELDRIDGE
Bu Redfield mengetuk peta itu dengan kukunya yang panjang dan kusam.
“Bayangin kota Eldridge kayak lingkaran gede yang dibelah sama sungai tua — sungai yang nggak pernah deras, tapi juga nggak pernah kering. Airnya selalu tenang, seolah-olah waktu nggak berani mengalir di sini. Di tengah lingkaran itu, ada Perpustakaan Kota — bangunan batu tua yang menjulang, pusat dari segala misteri. Bukan cuma tempat buku, tapi tempat ingatan lama disimpan. Tempat rahasia dikubur. Tempat pintu itu berdiri.”
Jarinya bergerak ke utara.
“Di sebelah utara perpustakaan, ada Alun-Alun Kota. Di tengahnya, jam tua yang macet di angka tiga belas. Kenapa tiga belas? Karena waktu di sini nggak mau maju. Setiap hari jam itu berhenti di angka yang sama.
Penduduk tua bilang, itu karena kota ini takut melihat masa depan.”
Jarinya kembali bergerak, kali ini ke arah timur.
“Di sebelah timur, ada Pasar Lama. Tempat para pedagang jualan barang-barang aneh yang nggak bisa ditemuin di tempat lain. Bukan cuma barang bekas. Tapi kenangan. Ya, kau bisa beli kenangan orang lain — kenangan bahagia, kenangan sedih, kenangan yang bahkan pemiliknya sudah lupa. Atau kau bisa jual kenanganmu sendiri — kalau kau rela kehilangan bagian dari dirimu.”
Jarinya bergeser ke selatan.
“Di sebelah selatan, ada Pemakaman Keluarga Blackthorn. Bukan pemakaman biasa. Di sini, para custodian terdahulu dimakamkan — atau mungkin, nggak bener-bener dimakamkan. Karena mereka nggak mati seperti manusia biasa. Mereka… menghilang. Tubuhnya tinggal, tapi jiwanya menjadi bagian dari tabir. Makam mereka nggak ada namanya. Cuma simbol. Dan kadang… di malam tertentu, kau bisa mendengar bisikan dari dalam tanah.”
Ke barat.
“Di sebelah barat, ada Hutan Eldridge. Tempat kabut paling tebel berasal. Di sini, pohon-pohon tumbuh terlalu rapet, akarnya saling menjalin seperti jaring laba-laba. Dan jalan-jalan sering berubah arah tanpa alasan. Kalau kau masuk ke sini tanpa panduan, kau bisa berputar-putar selama berhari-hari dan tetap kembali ke titik yang sama. Penduduk bilang, hutan ini hidup. Dan ia suka bermain-main dengan orang yang tersesat.”
Lalu, jarinya menunjuk ke pinggiran peta.
“Dan di sini — agak tersembunyi, jauh dari keramaian — ada rumah ku, Rumah Bu Redfield . Tempat terakhir yang masih nyimpen pengetahuan asli tentang tabir. Tempat terakhir yang masih ingat siapa custodian itu. Dan tempat terakhir yang masih bisa membimbing kalian… sebelum semuanya terlambat.”
Ia menarik napas panjang, lalu menunjuk titik tepat di tengah peta — di bawah gambar perpustakaan.
“Tapi yang paling penting adalah Titik Tengah — bukan lokasi fisik, tapi sebuah energi. Titik ini berada tepat di bawah Perpustakaan Kota. Di sinilah retakan tabir paling gede berada. Di sinilah pintu itu berada. Dan di sinilah Lisa, sebagai custodian, harus njaga.”
..........
[Lisa, Ibu, dan Takdir]
“Titik Tengah,” kata Bu Redfield lagi, jarinya masih menunjuk titik itu. “Itu adalah jantung Eldridge. Dan kau, Lisa, adalah penjaganya.”
Lisa menatap peta itu, jantungnya berdebar kencang. Napasnya pendek-pendek. “Jadi… semua ini tentang perpustakaan? Tentang jurnal Cormac?”
“Jurnal itu cuma kunci,” jawab Bu Redfield , suaranya tiba-tiba lebih lembut, seperti suara seorang nenek yang sedang bercerita sebelum tidur. “Kunci buat buka ingatanmu. Karena kau bukan custodian pertama, Lisa. Kau adalah yang terbaru dalam rantai panjang yang dimulai sejak Eldridge pertama kali dibangun.”
“Rantai panjang?” tanya Sara, alisnya berkerut. “Berapa banyak custodian yang udah ada?”
Bu Redfield menatap Sara. “Nggak terhitung. Tapi yang terakhir… adalah ibumu.”
Lisa membeku.
Cangkir di tangannya hampir jatuh. Cairan hitam itu tumpah sedikit, mengenai meja, lalu meresap ke dalam kayu seperti darah yang diserap tanah.
“Apa… apa maksudmu?” bisik Lisa, suaranya serak.
Bu Redfield menatapnya langsung. Matanya tidak lagi tajam. Sekarang, ada sesuatu yang lebih dalam — rasa sayang? Rasa bersalah? Lisa tidak tahu.
“Elizabeth Hartman,” kata Bu Redfield , pelan, seolah mengucapkan nama suci. “Dia adalah custodian sebelummu. Dia yang njaga kau sejak kau lahir. Dia yang ngajarin kau cara ngendaliin bayanganmu, meski kau mungkin nggak inget.”
Lisa menutup muka dengan tangan. Dadanya sesak. Napasnya tersengal. Di kepalanya, kilasan-kilasan muncul:
— Ibu yang duduk di tepi ranjang, menyanyikan lagu pengantar tidur yang tidak ada di dunia nyata.
— Ibu yang memegang tangannya saat ia pertama kali membuat bayangan bergerak, bukan dengan takut, tapi dengan bangga.
— Ibu yang berbisik di telinganya sebelum tidur: “Kau istimewa, sayang. Jangan biarkan siapa pun membuatmu lupa.”
“Kenapa… kenapa nggak ada yang ngasih tahu aku?” bisik Lisa, air matanya mulai menggenang. “Kenapa aku harus tahu dari… dari buku tua dan bayangan hidup?”
“Karena kau masih anak-anak,” jawab Bu Redfield . “Dan karena kau harus milih jalanmu sendiri. Bukan karena dipaksa oleh takdir, tapi karena kau mau. Elizabeth ingin kau tumbuh dulu. Ingin kau merasa normal dulu. Sebelum akhirnya… kau dipanggil.”
Lisa menunduk. Air matanya jatuh, mengenai meja, bercampur dengan cairan hitam yang tadi tumpah.
“Dia… dia tahu ini akan terjadi?”
Bu Redfield mengangguk "Dia tahu. Dan dia siap. Karena itulah tugas seorang custodian. Menjaga. Sampai akhir."