"Jadi begitu cara main dia. Baiklah, aku akan tujukkan bagaimana aku menjadi iblis betina seperti apa yang kamu katakan pada selingkuhan kamu itu!"
Mendengar kalimat yang amat menyakitkan dari ruang kantor milik suami ku itu membuatku teramat sakit hati.
Aku sengaja mengaktifkan perekam suara diruangan suami ku yang seharusnya menjadi ruangan ku itu, bukan karna tidak percaya atas kerjakerasnya. Melainkan sikapnya yang beberapa bulan ini terasa aneh dimata ku, terlebih saat laporan keuangan yang ku terima dari orang kepercayaanku yang sangat berbanding terbalik dengan apa yang di laporkan oleh suami ku sendiri.
"Aku akan menjadi iblis bagi suamiku dan juga selingkuhannya, kita lihat kehancuran wanita murahan dan lelaki penghianat itu sebentar lagi!"
Tunggu ceritanya yaaa😇🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amie.H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 21
Keseruan di ruang perawatan itu kembali terjalin hangat setelah pembicaraan panjang yang selama ini mengganggu pikiran Rere, akhirnya semua sudah terjawab. dan kini, ke akraban itu kembali terjalin sebagai mana mestinya meskipun tanpa Mami Sintia.
"jadi,, rencananya kalian akan tinggal di Indonesia?" tanya bunda membuat kedua nya saling pandang dan tersenyum.
"iya,, kami memutusakan untuk kembali ke Indonesia setelah anak kami bersedia memegang kendali perusahaan, kebetulan perusahaan itu kan berpusat di negara ini. Jadi, setelah masalah yang terjadi di Canada aku memutuskan untuk kembali ke sini" kata Salman membuat Papi menyerit heran.
"Canada? Sejak kapan kamu punya perusahaan disana?" tanya Papi Chandra.
"sudah lima tahun yang lalu, aku membuka cabang di sana." jawab Salman membuat Papi Chandra berdecak kesal.
"kenapa kamu tidak mengundang ku waktu itu?" tanya Papi dengan nada kesalnya.
"Maaf,,, aku hanya tidak mau merepotkan kamu, kamu tau sendiri kan. Indonesia dengan Canada itu sangat jauh sekali. Apalagi kita juga sempat kehilangan kontak masing-masing" kata Salman membuat Papi menganggukkan kepala.
"baiklah alasan mu aku terima, tapi dimana anak mu? Apa dia juga sudah ikut kembali ke Indonesia dengan kalian?" tanya Papi yang langsung di angguki oleh kedua nya.
"iyaa tentu saja, dia ada di ruangan direktur rumah sakit. Sebetulnya, anakku itu seorang dokter. Dia mengikuti jejak kakek dan neneknya, tapi aku paksa untuk menjalankan perusahaan sekaligus" kata Salman sambil terkekeh.
"Wadduhh,, apa tidak sayang gelar dokternya tuh Git? Kasian sekali" kata bunda membuat Regita terkekeh.
"tapi dia mau loh, katanya gelar dokter itu cuma karna ingin doang. Gitu" jawab Regita membuat pasangan suami istri didepannya membelalakan mata.
"Astagaa,, ada-ada saja, padahal jurusan kedokteran itu susah loh udah gitu lama juga kan" kata Papi Chandra di sambut anggukkan kepala oleh Salman dan juga Regita.
"iyaa, habis mau bagaimana lagi. Anaknya mau nya begitu Chan. Btw, dari tadi aku tidak melihat suami Rere. Kemana dia?" tanya Om Salman.
"ck,,, sudah lah, tidak perlu membicarakan lelaki mokondo itu. Dia aku penjarakan" kata Papi Chandra membuat Om Salman dan Tante Regita menutup mulutnya.
"kenapa Chan?" tanya Tante Regita dengan alis menyerit dan mulut yang tertutup oleh tangannya.
Papi pun langsung menceritakan apa yang menimpa perusahaan, tentu saja menutupi aib rumah tangga ku. Karna Papi tau mana yang bisa ia cerita kan pada orang luar dan mana yang hanya boleh di ketahui oleh keluarga sendiri.
"Astaga sampai sebegitu nya, kamu ketemu sama orang-orang seperti itu dari mana sih Re? kok tante jadi gemes ya, pengen ketemu tuh sama ibu mertua dan ipar kamu" kata Tante Regita yang orang nya memang agak bar-bar.
"itu dia Git, aku juga gemes banget. Kalau bukan karna ada di rumah sakit, mungkin aku sudah membalas apa yang mereka lakukan pada anakku. Sebal sekali rasanya" kata bunda.
"sebaiknya kamu berikan boddyguard didepan ruangan ini saat kamu pergi kekantor Chan, kita tidak tau siapa saja yang akan datang ke ruangan ini selain petugas rumah sakit" kata Om Salman memberikan ide pada Papi Chandra.
"iyaa niat ku memang seperti itu, tadi pagi aku lupa. Lagi pula aku mengira jika mereka tidak tau jika Rere berada di rumah sakit, jadi aku benar-benar melepaskan penjagaan pada mereka" kata Papi Chandra.
"itu lah,, sebaiknya kamu harus lebih waspada lagi" jawab Om Salman di angguki oleh Papi.
Obrolan itu haris terhenti karna dering ponsel dari tas Tante Regita, ia pun mengankat telpon yang masuk.
"Rayyan ini, sebentar ya" kata Tante Regita.
"Assalamualaikum, ya halo Rayyan" jawab nya sedikit menutup mulut nya menggunakan tangan.
"kamu kesini saja, ruang perawaran VVIP satu premium lantai lima. Mama sama Papa di sini" kata Tante Regita terdengar dengan yang lainnya.
"Waalaikumsalam" katanya mengakhiri panggilan telpon.
"Maaf ya Res, Chan. Aku minta anakku buat datang kesini saja, kita masih seru kan ngobrol. Sekalian aku kenalin anak aku ke kalian berdua" kata Tante Regita dengan senyum mengembang.
Papi Chandra dan bunda pun menganggukkan kepala sambil tersenyum sebagai jawaban. Benar saja, tak sampai sepuluh menit ruangan perawatan Rere ada yang mengetuk.
"Assalamualaikum" salam orang yang mengetuk itu didepan pintu.
Tante Regita pun bangkit dan menghampiri pintu, karna ia yakin jika itu adalah Rayyan anaknya.
"Waalaikimsalam, masuk nak. Mama kenalkan sama teman lama Mama Papa dan juga anaknya" kata Tante Regita dengan lembut. Mereka pun masuk kembali keruangan itu, mata Rere menyipit melihat orang didepannya.
(ini orang Indonesia tapi kenapa muka nya bule banget) gumamnya dalam hati.
"Nah,, Chan, Res ini anakku. Rayyan namanya" kata Tante Regita memperkenalkan anaknya.
"Rayyan Tante, Om" kata Rayyan menyalami kedua orangtua Rere.
"halo nak Rayyan, selamat datang di Indonesia." kata Papi dengan senyum.
"thanks Om," jawab Rayyan membalas senyuman pada Papi.
"oh ya Rayyan, itu Rere. Beliau anak Tante Resti dan Om Chandra" kata Tante Regita membuat Rayyan melirik Rere yang juga menatapnya.
"oh, hay" katanya dengan singkat.
"hehehe maaf ya Re, Rayyan emang begini anaknya" kata Tante Regita dengan perasaan tidak enak pada Rere.
"Tidak apa Tante" jawab Rere tersenyum kecil.
"kalau begitu,, kami permisi pulang dulu ya Chan, Res. Hari juga sudah sangat larut, tidak terasa sudah dua jam lebih kita di ruangan ini" kata Om Salman membuat Papi Chandra langsung melihat ke jam tangan yang di pakainya.
"loh iyaa sudah malam sekali ini, aku kira masih jam tujuh tadi" kata Papi Chandra membuat semua yang ada di ruangan itu terkekeh kecil, tak kecuali Rere yang berada di bed pasien.
"hehehe sangking asiknya ya ngobrol, jadi lupa waktu" kata bunda Resti yang juga di angguki oleh Tante Regita.
"aku pulang dulu ya Res, aku minta nomer kamu. Biar kalau mau main kerumah nanti gampang" kata Tante Regita menyerahkan ponselnya agar bunda Resti memasukkan nomer ponselnya.
"Ah iyaa benar, nanti kapan-kapan kita bisa hangout bareng. Ya kan?" kata bunda di sambut kekehan oleh Tante Regita.
"nah,, sudah, jangan lupa miscall ke aku biar aku juga save nomer kamu" kata bunda di angguki oleh Tante Regita.
"Sudah,,, kalau begitu kami permisi ya, Assalamualaikum" kata Tante Regita bersamaan dengan anak dan suami nya. Papi mengantarkannya hingga kedepan pintu ruang perawatan, sementara aku dan bunda justru saling pandang.
"jadi itu masalahnya, ternyata justru bunda yang ketinggalan informasi ini antara Regita dan Sintia Re" kata bunda yang langsung di sambut gelengan kepala oleh Rere.
Bersambungg