Lin Pan mendapati kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Dikhianati dan dikuasai oleh amarah, ia kehilangan kendali—dan membunuh keduanya dengan cara yang brutal.
Namun takdir mempermainkannya. Sesaat setelah perbuatan itu, sebuah tas jatuh dari lantai atas dan menimpanya. Bukannya mati, Lin Pan justru terbangun di dunia lain… dalam tubuh seorang bocah 17 tahun bernama Mo Tian, murid sekte rendahan yang selalu dihina dan diremehkan.
Di tengah keputusasaannya, Mo Tian menemukan sebuah teknik terlarang — Blood Devour Technique, kemampuan mengerikan yang memungkinkannya menyerap dan mengendalikan darah musuhnya.
Dengan kekuatan itu, ia bersumpah untuk membalas setiap penghinaan… dan menulis ulang takdirnya dengan darah.
📷 IG: @agen.one
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
030: Persiapan eksekusi
"Silakan duduk, Nona!" Mo Tian menarik kursi sedikit ke belakang untuk memudahkan Xie duduk.
"T-Terima kasih," kata Xie, tersipu malu karena perlakuan sopan itu. Ia duduk, diikuti Mo Tian.
Di sekeliling mereka, Liu Bai dan para bandit berdiri dalam diam, menyadari ini bukan saatnya bercanda.
"Hei kalian! Ambilkan air dan makanan!" perintah Liu Bai kepada beberapa anak buahnya. Liu Bai bisa memerintah karena dia adalah wakil pemimpin dikelompok ini.
"Baik! Ayo bantu aku," salah satu bandit menarik temannya untuk membawa hidangan dari dapur penginapan.
Beberapa saat kemudian, mereka kembali membawa nampan berisi sup, dua gelas air, dan dua piring daging. Liu Bai mengambil alih nampan itu dan dengan cekatan menyajikan hidangan di meja, layaknya pelayan profesional.
"Silakan, Nona!" kata Liu Bai.
Xie hanya terdiam, bingung harus menjawab apa.
"Jangan sungkan-sungkan, Nona! Silakan dimakan! Ini semua buatanku, lho. Kalau kau tidak memakannya, aku pasti sedih," ujar Mo Tian. Karena ia sudah menduga Xie akan datang, Mo Tian memang sudah menyiapkan hidangan ini.
Xie menatap Mo Tian sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke makanan. "I-Ini kau yang masak? L-Luar biasa! S-Semuanya… kelihatan enak." Xie mengambil sepiring daging bakar yang sudah dibumbui.
"Ya, semua buatanku. Semoga kau suka, Nona." Mo Tian hanya duduk, mengamati Xie.
Xie mulai memotong daging dengan garpu dan pisau, lalu mencicipinya. Matanya langsung terbelalak. Daging buatan Mo Tian luar biasa lezat. Perpaduan gurih, pedas, dan manisnya bumbu, ditambah tekstur daging yang lembut sempurna, membuat Xie berimajinasi seolah sedang tidur di kasur empuk orang kaya.
"I-Ini… ini luar biasa! Kau hebat sekali memasak! Boleh aku menghabiskan daging ini?" Semua rasa malu Xie lenyap digantikan kegembiraan.
Mo Tian mengangguk sambil tersenyum. "Ya, tentu saja boleh, Nona. Aku malah senang."
Di balik senyumnya itu, tersimpan rencana licik. "Bagus! Setelah kau menghabiskan makanan itu, kau akan memberitahuku semua informasi yang kau tahu tanpa perlu aku tanya satu per satu," batin Mo Tian.
Mo Tian telah mencampurkan sesuatu ke dalam masakan karena ia terlalu malas untuk bertanya. Waktu sangat berharga, dan ia harus segera menyelesaikan persiapan untuk turnamen hidup-mati keesokan harinya.
Xie menghabiskan daging itu dengan lahap. Meskipun fisiknya terlihat normal, matanya mulai menunjukkan keanehan: tatapannya kosong, seolah ia tidak sadar.
"Sekarang, beritahukan semua informasi yang kau tahu! Jangan ada yang terlewatkan," perintah Mo Tian.
Mo Tian tersenyum puas menunggu Xie berbicara. Liu Bai berdiri di dekat mereka, sementara para bandit mengelilingi tempat itu, memantau situasi agar percakapan rahasia mereka tidak didengar warga Kota Heizhu yang sudah dikendalikan oleh Zhao Lei.
Xie mulai berbicara dengan suara monoton:
"Baik! Tuan Zhao Lei dan Tuan Zhao Fei bertengkar hebat dan akan mengadakan turnamen hidup-mati besok. Tuan Zhao Lei sekarang sedang tidak ada di sekte karena pergi berlatih dengan para murid."
"Penjagaan sekte melemah, hanya dijaga puluhan kultivator Qi Refining (Pemurnian Qi) tingkat 3 sampai 6."
"Para tuan muda juga tidak ada di kediaman sekte. Tuan muda pertama hingga keempat selalu pergi dengan kekasih masing-masing. Sedangkan tuan muda kelima lebih sering menghabiskan waktu di rumah bordil, bermain dengan wanita dan mabuk-mabukan."
"Sementara itu, anak perempuan Tuan Zhao Lei sedang mengadakan acara minum teh bersama para istri Tuan Zhao Lei."
"Hmm, sepertinya informasinya tentang Zhao Lei hanya segini," Mo Tian mengangguk, memahami situasi.
"Apa ada sesuatu tentang diriku yang kau katakan kepada orang lain?" Mo Tian bertanya lebih detail. Hal kecil saja bisa jadi penting.
"Iya, ada! Sebelum datang ke sini, aku bertemu Nyonya Mei Ling—dia menanyakan aku mau pergi ke mana, dan aku menjawab akan menemui seseorang di kota. Tentu saja dia tidak curiga. Nyonya Mei Ling malah meminta aku memperkenalkan dirimu kepadanya," jawab Xie jujur.
Mo Tian tersenyum lebar. Informasi kecil itu terasa seperti kejutan yang menguntungkan. "Kerja bagus! Tak kusangka kau lebih berguna dari yang aku duga," puji Mo Tian.
Mo Tian lalu berbalik ke arah Liu Bai dan menyuruhnya mendekat. "Mendekatlah, Liu Bai! Ada sesuatu yang ingin aku katakan."
Liu Bai mendekatkan telinganya. "Ada apa, Bos?" Mo Tian membisikkan instruksi.
"Baik, Bos! aku mengerti," Liu Bai mengangguk, lalu berbalik kepada bandit yang lain. "Kalian semua ikut aku!"
Semua bandit mengikutinya tanpa bertanya, meninggalkan Mo Tian dan Xie berdua di penginapan.
Setelah semua anak buahnya pergi, Mo Tian kembali menatap Xie, lalu menjentikkan jarinya.
"Sadarlah!"
Jentikan jari itu membuat Xie tersentak dan tersadar. Ia bingung. Ia merasa seperti baru saja sadar dari melamun. "Hah, a-apa yang terjadi? A-Apa aku tadi melamun? Dan ke mana semua orang?" tanyanya penuh tanda tanya.
Mo Tian tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa. "Haha, kau lucu sekali saat melamun, Nona. Apa masakanku memang seenak itu? Soal anak buahku, mereka sedang ada urusan mendadak." Mo Tian membalikkan kenyataan dengan kebohongan mulus.
Xie langsung percaya. "Oh, ya? M-Mungkin memang k-karena makananmu," ujarnya dengan senyum canggung.
Mo Tian tiba-tiba kembali menggenggam tangan Xie dan mengangkatnya setinggi dada.
"Nona, bolehkah aku berkunjung ke tempatmu tinggal? Kalau Nona tidak mau, aku mengerti. Maaf sudah bertanya hal aneh seperti ini." Kata-kata Mo Tian yang dilembutkan itu mengejutkan Xie.
Xie terkejut, berpikir Mo Tian ingin berkunjung ke kamarnya. Dengan malu-malu, ia menunduk. "K-Kalau itu… s-sebenarnya boleh saja. Apalagi… N-Nyonya Mei juga ingin bertemu denganmu," balasnya.
Mo Tian pura-pura terkejut. "Oh, ya? Syukurlah kalau begitu! Kalau begitu, ayo kita pergi ke sana! Aku tidak sabar… ingin melihat kamarmu." Mo Tian mengedipkan mata genit.
Tatapan genit Mo Tian membuat imajinasi liar Xie semakin menjadi. Mo Tian kemudian mengajaknya pergi segera, tidak ingin menyia-nyiakan waktu.
"Ayo, Nona!" Xie berdiri, dan berjalan di samping Mo Tian, tangannya digenggam erat. "Iya."
𝙃𝙢𝙢, 𝙠𝙚𝙢𝙖𝙣𝙖 𝙠𝙖𝙪 𝙇𝙞𝙪 𝘽𝙖𝙞?
𝙤𝙝, 𝙞𝙮𝙖! 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙣𝙞 𝙠𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙣𝙜𝙠𝙖𝙩 𝙠𝙪𝙡𝙩𝙞𝙫𝙖𝙨𝙞 𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙙𝙞 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙩𝙖𝙝𝙪 𝙮𝙖. 𝙗𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙩𝙖𝙣𝙥𝙖 𝙨𝙚𝙗𝙖𝙗 𝙖𝙠𝙪 𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙚𝙠𝙨𝙥𝙤𝙨 𝙩𝙞𝙣𝙜𝙠𝙖𝙩𝙖𝙣 𝙠𝙪𝙡𝙩𝙞𝙫𝙖𝙨𝙞𝙣𝙮𝙖. 𝙞𝙣𝙛𝙤𝙧𝙢𝙖𝙨𝙞 𝙨𝙚𝙥𝙚𝙧𝙩𝙞 𝙞𝙣𝙞 𝙞𝙩𝙪 𝙥𝙖𝙨𝙩𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙨𝙪𝙡𝙞𝙩, 𝙈𝙤 𝙏𝙞𝙖𝙣 𝙟𝙪𝙜𝙖 𝙝𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙗𝙖𝙧𝙪 𝙩𝙖𝙝𝙪 𝙩𝙞𝙜𝙖 𝙩𝙞𝙣𝙜𝙠𝙖𝙩 𝙠𝙪𝙡𝙩𝙞𝙫𝙖𝙨𝙞 𝙨𝙖𝙟𝙖.
-### 𝙈𝙤𝙧𝙩𝙖𝙡(𝙈𝙖𝙣𝙪𝙨𝙞𝙖 𝙗𝙞𝙖𝙨𝙖)
-𝙌𝙞 𝙍𝙚𝙛𝙞𝙣𝙞𝙣𝙜(𝙥𝙚𝙢𝙪𝙧𝙣𝙞𝙖𝙣 𝙌𝙞)
-𝙁𝙤𝙪𝙣𝙙𝙖𝙩𝙞𝙤𝙣 𝙀𝙨𝙩𝙖𝙗𝙡𝙞𝙨𝙝𝙢𝙚𝙣𝙩 (𝙋𝙚𝙣𝙙𝙞𝙧𝙞𝙖𝙣 𝙥𝙤𝙣𝙙𝙖𝙨𝙞)
...****************...
Buat temen-temen yang ingin mendukung dan menyemangati author agar tetap bisa update bisa novel ini, bisa sawer ke sini ya
-Dana:085210275637
-Gopay:085210275637