NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Untuk Sang CEO

Jodoh Pilihan Untuk Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sylvia Rosyta

Di hari pernikahannya, Farhan Bashir Akhtar dipermalukan oleh calon istrinya yang kabur tanpa penjelasan. Sejak saat itu, Farhan menutup rapat pintu hatinya dan menganggap cinta sebagai luka yang menyakitkan. Ia tumbuh menjadi CEO arogan yang dingin pada setiap perempuan.

Hingga sang ayah menjodohkannya dengan Kinara Hasya Dzafina—gadis sederhana yang tumbuh dalam lingkungan pesantren. Pertemuan mereka bagai dua dunia yang bertolak belakang. Farhan menolak terikat pada cinta, sementara Kinara hanya ingin menjadi istri yang baik untuknya.

Dalam pernikahan tanpa rasa cinta itu, mampukah Kinara mencairkan hati sang CEO yang membeku? Atau justru keduanya akan tenggelam dalam luka masa lalu yang belum terobati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Pintu kamar Farhan terbanting keras di belakangnya, nyaris memantul kembali karena tekanan yang ia lepaskan. Dadanya naik turun oleh amarah yang masih membara, suara dari percakapan terakhir dengan ayahnya terus menggema, seolah menampar kesadarannya berulang kali.

Bagaimana bisa ayahnya mengambil keputusan sepihak seperti itu?

Farhan meraih simpul dasinya dengan kasar, menariknya hingga hampir merobek kerah kemejanya. Dasi itu terlepas dan Farhan hempaskan begitu saja ke lantai marmer. Kedua tangannya mengepal, rahangnya mengeras, dan tatapan matanya seperti pisau tajam yang siap menusuk siapa pun yang berani mendekat.

“Ayah tidak punya hak mengatur hidupku.” gumam Farhan dengan geram.

Ia berjalan ke arah lemari tinggi yang terbuat dari kayu mahoni. Dengan gerakan tergesa-gesa dan penuh emosi, ia membuka salah satu laci bagian dalam. Di sanalah sebuah bingkai foto tersimpan rapi, seolah-olah menjadi luka yang dibiarkan tetap menganga. Foto yang sudah dua tahun tidak Farhan sentuh namun tidak pernah sanggup ia buang.

Adilla.

Nama itu saja sudah cukup menjadi racun bagi seluruh tubuh Farhan.

Ia menatap foto itu dalam waktu lama. Wanita itu tersenyum di sana, seolah tidak pernah melakukan kesalahan. Seolah tidak pernah menghancurkan harapan, harga diri, dan seluruh kehormatannya dalam satu malam paling memalukan dalam hidupnya.

Farhan menghela napas panjang, tatapannya berubah. Dari sendu menjadi kebencian yang murni.

“Kau, karena kau aku kehilangan kemampuanku untuk percaya.” gumam Farhan dengan suaranya yang rendah tapi dipenuhi racun.

Kepalanya sedikit menunduk, tetapi sudut bibirnya terangkat membentuk senyum getir.

“Dan sekarang Ayah pikir wanita lain bisa memperbaiki hidupku?” tanyanya sambil terkekeh pelan. Tawa yang terdengar seperti ejekan untuk dirinya sendiri.

“Tidak akan ada satu pun yang bisa menembus dinding yang sudah ku bangun.”

Nadanya dingin, beku dan mematikan.

Tangannya perlahan meremas foto itu. Awalnya pelan namun makin lama ia menggenggam semakin erat hingga kertas foto itu membentuk bentuk yang tak lagi terlihat seperti kenangan. Dan lebih terlihat seperti sampah yang tak berarti.

“Kalian semua sama, Kalian hanya tahu cara menghancurkan dan tidak bisa menghargai perasaan seseorang yang benar benar tulus mencintai kalian.”

Dengan satu embusan napas berat, Farhan melemparkan foto itu ke lantai dan menginjak-injaknya tanpa belas kasihan. Jika ayahnya ingin memaksakan kehendak, maka Farhan telah memutuskan satu hal: Ia akan memastikan bahwa siapapun wanita yang dinikahinya nanti tidak akan mampu menyentuh hatinya walau sedikit pun.

Malam itu, Farhan memandang bayangannya di cermin besar yang tergantung di dinding. Bayangan seorang pria yang sudah terlalu hancur untuk disembuhkan

“Aku tidak akan mencintai siapapun lagi,” katanya pada refleksi dirinya.

“Tidak peduli siapapun yang Ayah pilih, ia tidak akan pernah mendapatkan hatiku.”

Keesokan paginya, suasana pagi di rumah keluarga Akhtar biasanya terasa hangat dan tenang. Namun bagi Pak Ardhan, pagi ini terasa berbeda. Ada ketegangan yang terasa pada setiap langkahnya. Pak Ardhan sudah berniat sejak semalam. Bahwa ia akan mengunjungi sahabat baiknya untuk menjodohkan Farhan dengan putrinya.

Setelah menghabiskan beberapa jam di perjalanan, akhirnya mobil Mercedes Benz hitam yang dikendarai oleh pak Ardhan tiba di depan pintu gerbang yang bertuliskan Pondok Pesantren Darul Qur’an Al-Majid, yang tak lain dan tak bukan adalah pondok pesantren milik sahabat baiknya.

Pagi hari membuat suasana pondok pesantren itu terasa lebih hidup. Anak-anak kecil berlari menuju kelas, suara hafalan ayat suci Al Quran hampir terdengar di setiap sudut, dan aroma rumput basah bercampur dengan bau buku-buku baru dari rak perpustakaan yang terbuka.

Saat masuk ke dalam, pak Ardhan bisa melihat bagaimana bangunan pesantren itu yang terlihat bersih dan terawat. Dinding berwarna putih krem dengan aksen hijau tua, pepohonan rindang di kanan kiri, dan jalan setapak kecil dari batu alam yang mengarah ke sebuah masjid utama di tengah lingkungan pesantren.

Hilir hilir angin membawa lantunan ayat suci Qur’an yang begitu syahdu. Ada ketentraman yang menyentuh hati di tempat ini, ketenangan yang sudah lama hilang dari hidup putranya. Pak Ardhan melangkah, lalu seorang ustadz menyapanya sebelum membimbingnya menuju ruang tamu khusus tamu kehormatan. Namun langkah Pak Ardhan terhenti di depan sebuah aula kecil yang pintunya sedikit terbuka.

Dari celah pintu itu, ia bisa melihat seorang wanita tengah berdiri di depan puluhan santriwati yang duduk rapi bersila.

Wanita itu terlihat begitu sederhana tapi mencuri perhatiannya dalam sekejap. Kerudungnya jatuh menutupi dada dengan rapi, warnanya hijau daun yang lembut dan kontras dengan gamis krem panjang yang ia kenakan. Tidak ada make up berlebihan, tidak ada perhiasan yang mencolok. Tapi justru kesederhanaan itu yang membuat aura kecantikannya begitu nyata.

Wajahnya terlihat bersih dan teduh. Alisnya terbentuk alami, matanya besar dan jernih seperti air yang memantulkan ketenangan sore hari di pesantren ini. Saat ia tersenyum kepada para santriwati, senyuman itu terasa tulus dan hangat seperti menghapus segala lelah yang mengendap di dalam hati.

Suara lembutnya mengalun saat membaca ayat suci Al-Qur’an dengan pelafalan yang begitu merdu.

“Innallāha ma’aṣ-ṣābirīn, Sesungguhnya, Allah bersama orang-orang yang sabar.”

Ketika ia menjelaskan artinya, suaranya tidak sekadar mengajar tetapi seperti membelai hati setiap orang yang mendengarnya.

“Kalau kita terluka, itu bukan karena Allah ingin kita menyerah,” ucapnya, matanya melirik santriwati kecil yang menatapnya dengan kagum.

“Allah hanya ingin kita belajar bahwa sabar bukan berarti diam, tapi tetap percaya meski semuanya terasa berat.”

Pak Ardhan terpaku. Begitu terpaku sampai ia lupa menarik napas untuk sesaat. Ada sesuatu dalam diri wanita itu, kelembutan hatinya saat mengajar semua santriwati itu, kecantikan yang tidak dibuat-buat, serta kecerdasan yang tidak membuatnya menyombongkan diri. Semua berpadu begitu alami, seolah ia diciptakan untuk memberi keteduhan bagi siapa pun yang dekat dengannya.

Dan tanpa pak Ardhan sadari, hatinya mulai berbicara:

“Farhan, kalau saja kau melihat perempuan ini. Kau pasti akan tahu bahwa tidak semua wanita itu tega menyakiti hati laki laki.”

Kinara membungkuk sedikit sambil mengusap kepala santriwati yang menangis pelan karena salah membaca ayat suci Alquran. Ia tersenyum, senyum yang bisa membuat siapa pun merasa tidak sendirian di dunia ini.

“Tidak apa-apa, sayang. Kita belajar pelan-pelan. Allah selalu lihat usaha kita, bukan hasil.”

Seketika dada Pak Ardhan terasa hangat.

Sudah lama ia tidak merasakan ketenangan seperti ini bahkan di rumahnya sendiri. Wanita itu kemudian menutup mushaf Alquran ditangannya saat bel pertanda jam pelajaran telah berakhir, berbunyi. Ia lalu menepuk pelan bahu santriwati di hadapannya yang ingin mencium tangannya sebelum keluar dari aula. Dan saat itu pula mata mereka bertemu.

1
✦͙͙͙*͙❥⃝🅚𝖎𝖐𝖎💋ᶫᵒᵛᵉᵧₒᵤ♫·♪·♬
Membina rumah tangga yang berselimut ketenangan dan keberkahan ialah dambaan setiap keluarga.
Untuk mencapainya, Allah subhanahu wata'ala telah memberi pedoman dalam Al-Qur'an, dan Rasulullah SAW telah menjadi tauladan untuk meraih keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.
Bahwasannya keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah berarti menciptakan rumah tangga yang tenang (sakinah), penuh cinta (mawaddah), dan kasih sayang (warahmah) dengan landasan kuat pada keimanan dan ketaqwaan,
dapat tercapai jika suami istri saling memenuhi peran dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya...😊
✦͙͙͙*͙❥⃝🅚𝖎𝖐𝖎💋ᶫᵒᵛᵉᵧₒᵤ♫·♪·♬
Masyaallah Tabarakallah.
Aku ikut terharu membaca Bab22 ini, hati jadi ikut bergetar...👍/Whimper//Cry/
☘️🍀Author Sylvia🍀☘️: pelan pelan berproses jadi lebih baik🤭
total 3 replies
Agunk Setyawan
kabunya calon istri Farhan alasanya apa ya thor
Agunk Setyawan: ow,, ok lanjutkan thor
total 3 replies
Putri_a_s
jangan dulu ya, karena suami kamu masih belum siap secara mental dan fisik.
Putri_a_s
gimana Farhan, istri kamu memang terbaik kan buat kamu?😄
Putri_a_s
nah gitu dong minta maaf🤭
Putri_a_s
apa yang kamu rasakan itu wajar Farhan, Pepet aja Kinara sampai hati kamu siap menerimanya.
Putri_a_s
tenang kok bang, Kinara nggak bakal kemana mana.
Putri_a_s
nggak usah takut ataupun menutup pintu hati kamu untuk menerima perasaan itu, Farhan.
Putri_a_s
buka telinga kamu baik baik Farhan, sekarang kamu bisa menilai sendiri, Kinara itu wanita yang seperti apa.
Putri_a_s
akhirnya kamu bisa merasakan hal itu Farhan, istri kamu memang baik banget dan nggak ada tandingannya di dunia ini.
Yuni Avita
mimpi buruk Farhan
Yuni Avita
dengerin tuh Farhan, Kinara aja doain kamu supaya bisa berubah. masa kamu nggak bisa jadi imam sholat buat dia?!
Yuni Avita
gemes banget lihat Farhan 😄
Yuni Avita
malah kesel sendiri kan lu Farhan 🤣
Yuni Avita
jangan ingkari ucapan kamu lho Farhan, kamu kan udah nolak buat sentuh Kinara malam ini🤣🤣🤣
Yuni Avita
suami dingin sedang terpesona dengan kecantikan istrinya sendiri 🤣🤣🤣
Yuni Avita
seharusnya dengan cobaan itu, kamu bisa bangkit dan menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya, Farhan.
Yuni Avita
jangan salahkan tuhan kl hidup kamu berantakan. Farhan. mungkin kamu sudah terlalu jauh darinya sehingga tuhan pun mengujimu dengan cobaan seperti itu.
Yuni Avita
sama tuhan aja kamu nggak percaya, ya pantas aja kamu diuji dengan cobaan seperti itu Farhan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!