NovelToon NovelToon
Ketika Suami Dan Anak Menolakku

Ketika Suami Dan Anak Menolakku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Mengubah Takdir / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Eireyynezkim

Tidak direstui mertua dan dikhianati suami, Latisha tetap berusaha mempertahankan rumah tangganya. Namun, kesabarannya runtuh ketika putra yang selama ini ia perjuangkan justru menolaknya dan lebih memilih mengakui adik tirinya sebagai seorang ibu. Saat itu, Latisha akhirnya memutuskan untuk mundur dari pernikahan yang telah ia jalani selama enam tahun.

Sendiri, tanpa dukungan siapa pun, ia berdiri menata hidupnya kembali. Ayah kandung yang seharusnya menjadi sandaran justru telah lama mengabaikannya. Sementara adik tirinya berhasil merebut kebahagiaan kecil yang selama ini Latisha genggam.

Perih? Tentu saja. Terlebih ketika pria yang pernah berjanji untuk mencintainya seumur hidup hanya terdiam, bahkan saat putra mereka sendiri lebih memilih wanita lain untuk menggantikan sosok ibunya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awal mulanya salah pilih

Sudah satu minggu lebih sejak kepergian Latisha namun wanita itu tak juga kembali ke rumah mereka, malah Drakara menerima surat panggilan dari pengadilan agama. Drakara yang emosi langsung merobek surat panggilan tersebut, ia tak terima dengan langkah Latisha yang sudah menggugat cerai dirinya ke pengadilan agama, bagaimanapun caranya ia harus menggagalkan gugatan cerai tersebut.

Selama seminggu itu pula hidup nya dan Sageon menjadi kacau.

"Untuk apa saya membayar mahal kalian jika kalian tidak bisa membuatkan saya sarapan yang biasanya nyonya kalian buat." Drakara menatap tajam asisten rumah tangga nya yang terlihat ketakutan karena baru kali ini Drakara marah-marah kepada mereka. Sebelumnya Drakara selalu tenang dan tak pernah mengurusi urusan dapur. Namun semenjak Latisha pergi, semua urusan rumah selalu saja banyak masalah. Terutama soal makanan yang biasa ia konsumsi.

"Telpon ibu. Katakan padanya kapan dia pulang? Apa dia tidak punya hati nurani meninggalkan suami dan putranya kelaparan?" Drakara menatap tajam Bi Yuni yang berdiri paling dekat dengan nya. Sementara tiga asisten rumah tangga lain nya berdiri agak jauh di belakang Bi Yuni. Mereka terlihat ketakutan dengan Drakara yang tengah emosi. Bi Yuni yang menundukkan kepalanya langsung mendongak saat Drakara meminta nya menghubungi Latisha.

"Ayo cepat. Hubungi ibu." Perintah Drakara sekali lagi. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Bi Yuni pun segera menghubungi Latisha.

Pada panggilan pertama, Latisha langsung menerima panggilan dari Bi Yuni. Drakara yang melihat nya pun semakin kesal karena Latisha langsung mengangkat telpon dari Yuni, Sedangkan puluhan telpon darinya tak pernah Latisha tanggapi.

"Hallo Bu. Maaf mengganggu. Saya di suruh bapak menanyakan kapan ibu pulang ke rumah?" Ujar Yuni terbata. Ia tahu tak mungkin Latisha akan kembali ke rumah itu. Bukan Yuni tidak tahu masalah yang tengah di hadapi Latisha saat ini. Tapi Bi Yuni pura-pura tidak tahu karena bukan ranah nya juga mencampuri rumah tangga majikan nya.

"Tidak apa-apa Bi. Katakan pada Bapak, saya tidak akan pernah kembali. Seharusnya bapak sudah tahu itu karena surat panggilan dari pengadilan agama harusnya sudah ia terima." Ujar Latisha.

Drakara yang juga mendengar jawaban Latisha pun langsung menyambar ponsel yang tengah di pegang Bi Yuni.

"Pulanglah sekarang Latisha, jika tidak aku akan benar-benar menceraikan mu." Ujar Drakara penuh emosi. Sedangkan Latisha yang mendengar ancaman Drakara hanya terkekeh.

"Aku sudah tidak sabar menunggu kamu menceraikan ku, Drakara. Jadi untuk apa aku kembali ke rumah mu?" Ujar Latisha tegas. Ia tak habis pikir dengan pemikiran Drakara. Bukankah sudah jelas ia ingin bercerai dengan pria itu, lalu kenapa dia malah masih mengancamnya dengan perceraian? Sungguh tak masuk akal.

Sedangkan Drakara semakin emosi saat mendengar jawaban Latisha, apalagi wanita yang masih sah menjadi istrinya itu memanggil namanya tanpa embel-embel mas di depannya seperti yang biasa ia ucapkan. Kini Latisha memanggilnya dengan sebutan nama saja yang bagi Drakara terdengar sangat kasar. Apa Latisha benar-benar ingin bercerai dengannya? tapi kenapa? Apa dia tidak takut sendirian diluar sana? Bukankah dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain dirinya dan juga Sageon? Apa dia tidak takut kehilangan dirinya dan Sageon? Padahal Drakara tahu sebesar apa cinta Latisha padanya dan juga putra mereka. Rasanya dia masih tak percaya jika Latisha ingin benar-benar berpisah darinya.

"Kamu benar-benar membuatku marah Latisha. Hentikan sikap kekanak-kanakan mu itu. Pulanglah ke rumah, aku dan Sageon membutuhkanmu. Kami sudah beberapa hari ini tidak makan karena semua masakan yang mereka buat tidak ada yang sesuai dengan lidah kami." Drakara kembali memerintahkan Latisha untuk kembali. Dan itu membuat Latisha yang berada di seberang sana tersenyum miris. Drakara memintanya kembali hanya untuk menjadikan dirinya pembantu. Bukannya ia mencoba merayu nya dengan meminta maaf atas apa yang telah ia lakukan padannya Drakara malah memintanya kembali hanya untuk menjadikan nya seorang pelayan di rumah itu. Tentu saja dia tidak mau. Lebih baik ia hidup sendiri menikmati kesendiriannya. Ia tak perlu repot - repot bangun di pagi buta hanya untuk menyiapkan makanan untuk Drakara dan Sageon. Ia juga tak perlu repot -repot membuat menu yang sehat untuk kedua pria itu jika pada akhirnya pengorbanannya itu malah tidak dihargai dan malah di balas dengan penghianatan. Mereka berdua, pria yang sangat di cintai nya itu, malah dengan tega nya berkhianat di depan nya. Latisha tak mau menghabiskan sisa hidup nya bersama orang-orang yang tak menghargai nya. Lebih baik ia menikmati hidup nya saat ini. Ternyata hidup sendiri itu tidak buruk. Ia pernah mengalaminya dulu saat dirinya masih lajang. Namun setelah ia menikah dan bergantung pada Drakara, ia pernah mengalami ketakutan jika harus kembali hidup sendiri. Tapi nyatanya ketakutan itu tak beralasan. Buktinya sekarang, ia malah senang hidup sendiri. Iia bisa rileks karena bisa bangun siang dan melakukan apapun yang dia inginkan. Ia tak perlu lagi memikirkan urusan rumah tangga yang tak ada habis nya.

Latisha sangat menikmati setiap detik hidupnya yang kini terasa sangat nyaman. Kini wajahnya tak lagi kusam, karena ia sudah kembali merawat dirinya sendiri. Semua yang ia lakukan sekarang bukan untuk mendapatkan Drakara kembali atau menarik perhatian putra nya agar ia tak malu memilki ibu seperti dirinya. Bukan juga untuk mendapatkan validasi dari orang-orang bahwa dirinya kini cantik dan menarik. Namun semua itu ia lakukan untuk kenyamanan dirinya sendiri.

"Jangan terlalu lebay Drakara. Mana mungkin kalian kelaparan? Bukankah kalian bisa makan di restoran tiap hari? Atau kamu bisa minta calon istri mu itu untuk memasak makanan untuk kalian." Ujar Latisha enteng.

"Apa maksud mu? Sudah jelas kamu istri ku dan kamu lah yang bertanggung jawab untuk melayani ku dan juga putra mu." Drakara semakin di buat emosi dengan perkataan Latisha. Pria itu lalu melirik putra nya yang hanya diam. Ini semua karena ulah putra nya itu yang dengan terang-terangan ingin mengganti mama nya. Drakara pun memberi isyarat kepada putra nya untuk bicara pada Latisha. Ia meminta putra nya untuk minta maaf dan merayu mama nya agar kembali pulang.

Sageon yang mengerti dengan keinginan papa nya pun dengan berat hati meminta maaf pada Latisha.

"Hallo mama. Ini aku Sageon. Maafkan atas kata-kata ku kemarin. Sungguh aku hanya berkata sembarangan. Aku membutuhkan mama sekarang. Bisakah mama kembali ke rumah secepatnya?" Ujar Sageon memelas.

"Maaf Sageon. Saya tidak bisa kembali ke rumah. Lebih baik kamu minta mama Radmila untuk datang dan membantu mu sekarang." Ujar Latisha dengan hati yang terkoyak. Bukan ia sudah tak mempedulikan lagi putra nya. Tapi bukan kah ini adalah keinginan putra nya sendiri? Ia hanya sedang memenuhi keinginan Sageon yang ingin menggantikan nya dengan Radmila.

"Astaga Latisha. Kenapa kamu keras kepala sekali? Sageon itu putra mu. Harus nya kamu lebih memahami dia. Lagipula Radmila itu adik kamu. Kenapa kamu harus cemburu pada nya? Harusnya kamu bisa belajar darinya bagaimana cara mengambil hati Sageon?" Drakara yang tengah emosi malah semakin memperkeruh suasana dengan membandingkan Latisha dan Radmila. Ia lupa jika saat ini seharusnya ia membujuk Nana untuk kembali bukan malah merendahkannya dengan memintanya belajar kepada Radmila untuk mengambil hati Sageon.

"Kamu yang keras kepala Drakara. Kenapa kamu malah memintaku untuk kembali? Harus nya kamu meminta Radmila yang datang ke rumah mu, bukan aku. Bukankah Radmila lebih memahami kalian daripada aku? Sudahlah aku tak mau lagi meladeni ucapkan mu. Aku lelah." Ujar Latisha. Tanpa menunggu jawaban Drakara, ia langsung mengakhiri panggilannya dengan Drakara. Tentu saja pria itu semakin emosi saat Latisha memutuskan sambungan telponnya secara sepihak. Drakara langsung melempar ponsel milik Bi Yunii ke lantai dengan kuat hingga ponsel tersebut hancur berantakan. Sontak semua orang yang berada di sana terkejut. Apalagi Bi Yuni yang kini tengah menatap ponselnya dengan tatapan nanar. ponsel pemberian Latisha yang selama ini ia jaga dengan baik kini hancur tak berbentuk di tangan majikan nya.

Aaarrgh...

Drakara berteriak sambil mengacak rambut nya dengan kasar. Ia sungguh kesal karena tak berhasil membujuk Latisha untuk kembali ke rumah.

Pria itu pun beranjak dari duduk nya. Ia pergi ke kamarnya untuk menenangkan diri. Sedangkan Sageon yang di tinggalkan papa nya terlihat diam. Sepertinya ia masih kaget dengan tindakan Drakara tadi.

"Hallo Sageon. Kamu sudah selesai sarapan? " Tiba-tiba saat suasana tengah hening, terdengar suara Radmila yang menyapa keponakan nya. Sageon pun lantas mendongak menatap Radmila yang tengah berjalan ke arahnya.

Ah, sebaiknya Sageon meminta mama Radmila membuatkan nya sarapan seperti yang biasa mama Latisha siapkan untuk nya. Sageon pikir, mama Radmila pasti akan membuat sarapan yang lebih lezat dari mama Latisha karena mama Radmila lebih keren dari mama Latisha.

"Aku belum sarapan. Bisakah mama membuatkan ku telur gulung yang biasa mama Latisha buatkan untuk ku? Aku yakin mama pasti bisa membuatkannya untukku. Dan aku rasa telur gulung buatan mama pasti akan lebih lezat dari mama Latisha." Sageon menatap Radmila yang langsung pias. Jangan kan membuat telur gulung yang dimaksud Sageon. Radmila bahkan tak pernah masuk ke dapur untuk memasak.

Tapi untuk menolak secara langsung permintaan Sageon, rasanya Radmila gengsi. Ia pun berusaha membujuk Sageon untuk sarapan di luar saja bersama nya.

"Sepertinya waktu nya tak akan cukup jika mama harus memasak lebih dulu. Bukan kah sebentar lagi kamu harus pergi ke sekolah? Bagaimana kalau kita makan di luar saja?

"Kebetulan mama juga belum sarapan." Ajak Radmila.

"Baiklah kalau begitu. Tapi mama harus janji untuk membuatkan ku telur gulung nanti." Ujar Sageon dengan wajah sedikit kecewa.

"Baiklah, lain waktu mama akan buatkan telur gulung untuk Sageon. Lebih baik kamu siap-siap. Kita berangkat sekarang." Ujar Radmila.

Sageon pun mengangguk. Lalu ia mengambil tas nya. Ia pun berjalan mengikuti Radmila yang telah melangkah terlebih dahulu. Di ruang keluarga, sudah ada Drakara yang menunggu mereka. Pria itu kini terlihat lebih tenang. Ia pun segera menuntun putranya untuk segera masuk ke dalam mobil nya. Tak seperti biasa nya, Drakara mendudukkan Sageon di samping kursi kemudi. Padahal biasanya Sageon akan duduk di kursi penumpang sedangkan Drakara akan duduk bersama Radmila di depan. Radmila dan Sageon pun sedikit bingung. Tapi mereka tak berusaha untuk bertanya. Radmila membiarkan Sageon duduk di samping ayahnya. Dan ia pun duduk di belakang, tepat nya di kursi penumpang. Tak ada pembicaraan di sepanjang perjalanan. Namun saat mereka melewati restoran yang buka dua puluh empat jam, Radmila meminta Drakara untuk menghentikan mobil nya. Ia harus membeli sarapan untuk mereka bertiga. Karena waktu yang sudah mepet, Radmila memesan makanan take away. Setelah selesai, ia bergegas keluar dari restoran dan kembali masuk ke dalam mobil. Ia lalu menyerahkan roti sandwich ke arah Bian.

"Ini untuk Sageon. Ayo dimakan dulu." Ujar nya. Sageon pun menerima sandwich tersebut dan berterimakasih kepada Radmila. Ia memang jarang membeli makanan diluar. Sepertinya makanan yang di belikan mama Radmila sangat enak. Buan pun segera melahap nya. Namun baru beberapa gigitan, tiba-tiba wajah nya terasa gatal. Begitu pun dengan bibirnya yang terasa panas dan perih.

"Papa..." Sageon menyimpan Sandwich yang belum habis ia makan di atas dasbor.

"Ada apa nak?" Drakara melirik putranya yang baru saja memanggilnya, namun ia terkejut saat melihat wajah putranya yang memerah dan bentol-bentol. Ia pun segera menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Ia panik saat melihat Sageon yang sepertinya kesusahan untuk bernafas. Radmila yang kaget karena Drakara menepikan mobilnya pun langsung bertanya.

"Ada apa? Kenapa kamu menepikan mobilnya mas?" Tanyanya bingung.

"Apa yang kamu berikan pada putra ku Radmila? lihatlah putraku alergi. Kita harus segera ke rumah sakit." Ujar Drakara panik. Ia pun kembali melajukan kendaraannya menuju rumah sakit, beruntungnya tak jauh dari tempatnya berhenti tadi, ada sebuah rumah sakit kecil di sana. Drakara segera keluar dari mobilnya dan menggendong putranya yang terlihat tersengal-sengal sedangkan Radmila ikut berlari di belakangnya.

Radmila merasa takut dan was-was ia tidak tahu apa yang menyebabkan Sageon alergi seperti itu, apa mungkin sandwich yang ia berikan mengandung makanan yang membuat Sageon alergi? Tapi apa? Radmila sama sekali tidak tahu jika Sageon mempunyai alergi terhadap makanan tertentu.

Drakara segera berlari menuju ruang IGD setelahnya ia pun menjelaskan kepada dokter jaga bahwa sepertinya putranya mengalami alergi, dokter pun segera bertindak dan beruntungnya alergi biar bisa segera teratasi.

"Maaf Mas Aku tidak tahu jika Sageon mempunyai alergi terhadap makanan tertentu." Ujar Radmila dengan takut-takut. Drakara pun hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar. Ia tidak bisa marah kepada Radmila karena wanita itu memang tidak tahu jika putranya alergi terhadap udang, mungkin Sandwich yang diberikan Radmila mengandung udang. Selama ini Latisha selalu berhati-hati memberikan makanan terhadap putranya itu. Dan sekarang di saat Latisha telah pergi putranya itu harus mengalami alergi seperti ini, beruntungnya alergi Sageon bisa segera teratasi karena udang.yang dikonsumsi Sageon tidak terlalu banyak. Entah bagaimana jika Sageon menghabiskan sandwich tersebut, mungkin keadaannya akan parah.

1
sri nurhandayani
lanjut
Iry: besok yah Author update, soalnya lagi nulis supaya bisa keluar lebih dari 1 episode
total 1 replies
I Ghani Pranaja
momen drakara mencari istrinya itu memang penting bnget. tapi alurnya terlalu cepat.
Buat lebih dramatis dong. 😀
Iry: Sip deh, bakal lebih dramatis☺
total 1 replies
I Ghani Pranaja
adik tiri jadi sekretaris. bahaya weiii
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!