NovelToon NovelToon
Pawang Dokter Impoten

Pawang Dokter Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:18.4k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Dokter Arslan Erdem Mahardika, pria tampan dan cerdas berusia 33 tahun, memiliki segalanya kecuali satu hal yaitu kepercayaan diri untuk menikah.

Bukan karena dia playboy atau belum siap berkomitmen, tapi karena sebuah rahasia yang ia bongkar sendiri kepada setiap perempuan yang dijodohkan dengannya yaitu ia impoten.

Setiap kencan buta berakhir bencana.
Setiap perjodohan berubah jadi kegagalan.

Tanpa cinta, tanpa ekspektasi, dan tanpa rasa malu, Tari Nayaka dipertemukan dengan Arslan. Alih-alih ilfeel, Tari justru penasaran. Bukannya lari setelah tahu kelemahan Arslan, dia malah menantang balik sang dokter yang terlalu kaku dan pesimis soal cinta.

“Kalau impoten doang, bisa diobatin, Bang. Yang susah itu, pria yang terlalu takut jatuh cinta,” ucap Tari, santai.

Yang awalnya hanya pengganti kakaknya, Tari justru jadi pawang paling ampuh bagi Arslan pawang hati, pawang ego, bahkan mungkin pawang rasa putus asanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 16. Galau Berubah Senyuman

Aylara akhirnya menatap Audra, lebih jernih sekarang. Senyum nakalnya perlahan luntur, digantikan sorot mata yang jauh lebih dewasa dari yang tadi.

“Maaf, Pak,” ucapnya pelan tapi jelas, “Mama aku sama adik aku udah telepon. Aku harus pulang sekarang.”

Audra terdiam sebentar. Angin malam meniup rambut Aylara yang terurai, membuat wajah lelahnya tampak lebih sendu dari sebelumnya.

“Lain kali aja, ya? Janji, aku yang traktir. Mau kopi, es teh, atau teh tarik lima lapis juga boleh,” sambungnya sambil tersenyum kecil.

Audra akhirnya ikut tersenyum, tipis. Ia menegakkan badan, lalu melangkah mundur satu langkah memberi ruang.

“Baik, Dokter Scorpio. Tapi lain kali jangan kabur lagi ya. Gue bisa jantungan kalau kejar-kejaran lagi.”

Aylara membuka jendela mobil sepenuhnya, lalu memberi hormat ala-ala tentara sambil tertawa kecil.

“Siap, Pak Polisi Drama Korea.”

Audra mengangguk pelan, memutar badan, berjalan ke arah motornya. Tapi sebelum menaiki kendaraannya, ia sempat menoleh lagi.

“Jaga diri, Aylara.”

Suara itu bukan sekadar basa-basi. Ada empati, dan mungkin... rasa penasaran yang tertunda.

Aylara menatapnya sebentar, lalu balas pelan.

“Terima kasih udah bikin aku nggak nabrak malam ini.”

Mesin mobil dinyalakan. Lampu depan menyala. Perlahan, Aylara memutar setir dan kembali ke arah rumah. Sisa malam belum sepenuhnya sembuh, tapi setidaknya ia tahu dia nggak benar-benar sendiri di tengah jalan yang sunyi.

Pintu kamar tertutup rapat. Lampu sengaja diredupkan. Di dalamnya, Aylara duduk bersandar di dinding dekat ranjang, masih mengenakan baju dari malam tadi. Matanya sembab, tapi air mata sudah kering. Napasnya berat, kosong.

Pintu kamar diketuk pelan.

“Ra… ini Nayaka,” suara dari luar terdengar lembut.

Aylara diam saja.

Tak lama, pintu terbuka perlahan. Nayaka masuk, diikuti oleh Mama mereka, Bu Dina. Tak ada nada marah. Tak ada bentakan.

Hanya keheningan yang hangat.

Nayaka duduk di ujung tempat tidur, tidak memaksa. Tangannya menyentuh kaki Aylara yang berselimut.

“Kalau kamu mau diem aja dulu, nggak apa-apa. Tapi kami di sini, ya.”

Aylara menggigit bibirnya. Matanya mulai berair lagi.

Bu Dina mendekat, duduk di lantai tepat di sebelah anak sulungnya. Ia tidak banyak bicara. Hanya menatap lembut.

“Aylara…” ucap Mama akhirnya. “Mama tahu sakitnya nggak main-main. Mama tahu rasanya dikhianati, dipilih jadi cadangan padahal kamu udah kasih semuanya…”

Aylara menggeleng, akhirnya bersuara serak dan pecah.

“Dia bilang aku yang terbaik tapi dia malah pilih Elara. Aku cuma dokter biasa, Ma. Aku bukan pewaris apapun. Bukan siapa-siapa.”

“Berarti dia nggak cukup baik buat kamu,” Nayaka menyahut cepat, tajam tapi tulus.

Aylara menunduk. Bahunya bergetar pelan.

Bu Dina menarik napas panjang, lalu menyentuh kepala anaknya. “Kamu bukan ‘cuma dokter’. Kamu itu Aylara. Anak Mama yang pinter, kuat, dan pernah bikin puluhan pasien sembuh hanya dengan senyum dan keberanianmu.”

“Kalau laki-laki nggak bisa liat itu,” Nayaka menimpali, “ya udah, biarin aja dia sibuk sama anggapan kosong soal status dan nama keluarga.”

Aylara menangis dalam diam. Tapi tidak sekacau sebelumnya. Kali ini, ada rasa yang sedang dibereskan.

“Mama nggak akan suruh kamu langsung move on atau pura-pura nggak sakit. Tapi Mama cuma mau bilang sakit itu nggak akan sia-sia kalau kamu mau pelan-pelan sembuh. Bukan buat siapa-siapa, tapi buat kamu sendiri.”

Lama Aylara diam, lalu akhirnya bersuara lirih.

“Boleh nggak malam ini aku diem aja dulu... tapi tidur di kamar Mama?”

Bu Dina tersenyum, memeluk anaknya erat.

“Tentu boleh. Rumah ini selalu jadi tempat kamu pulang, sayang.”

BEKERJA DENGAN HATI YANG TERLUKA

Beberapa hari setelah malam itu, hidup berjalan seperti biasa setidaknya begitulah orang lain melihatnya dari luar. Tapi bagi Aylara, setiap pagi masih terasa berat. Dia bisa tersenyum di ruang jaga, bisa memberi sapa sopan ke pasien dan keluarga, bisa tetap mencatat dengan tangan cekatan tapi dadanya belum pulih. Belum sepenuhnya.

Sementara itu…

RUMAH SAKIT ERDEM MEDICARE – PAGI HARI

Deru motor sport putih berhenti tepat di depan lobi belakang rumah sakit. Helm putih matte itu dibuka cepat oleh pemiliknya yang berkulit bening dengan mata kecokelatan. Senyum kecil muncul di bibir Nayaka saat melihat dua satpam berdiri memberi hormat padanya.

"Selamat pagi, Mbak Nayaka," ucap salah satu satpam dengan suara ramah.

Nayaka mengangguk santai. “Pagi juga, Pak. Kopinya jangan kebanyakan gula, nanti darah tinggi, loh,” sahutnya genit sambil melenggang masuk.

Langkahnya cepat dan pasti. Jalannya seolah punya irama sendiri. Semua tahu siapa dia. Semua juga tahu siapa tunangannya. Tapi seperti biasa, tidak semua mata menyukai keberadaannya.

“Yakin tuh si tomboy cocok sama Dokter Arslan? Gaya-nya lebih kayak anak racing ketimbang calon nyonya direktur,” gumam salah satu perawat yang berdiri di dekat tangga darurat.

“Mana mungkin sih dokter sekeren itu beneran cinta? Paling juga main-main doang, bosan tinggal ninggalin,” timpal yang lain dengan nada rendah namun tajam.

Tapi Nayaka tidak tuli. Telinganya menangkap semua. Dan seperti biasa, dia memilih berhenti tepat beberapa langkah dari sumber suara.

Ia menoleh pelan. Pandangannya tajam tapi tidak kasar. Tatapannya menusuk tapi tetap dengan etika.

“Aku nggak butuh cocok-cocokan dari standar orang yang bahkan belum tentu dicocokin sama Tuhan,” ujarnya santai.

Yang nyinyir langsung tertunduk. Yang mendengar hanya bisa saling pandang.

“Lagipula,” sambung Nayaka sambil tersenyum miring, “kalau kalian pikir aku nggak pantas, kenapa aku yang digandeng, bukan kalian?”

Langkahnya diteruskan tanpa menunggu reaksi. Rok semi formal dengan sneakers putih kesayangan semua gaya itu dia bawa dengan percaya diri.

RUANG KHUSUS PERAWAT

“Lu nggak berubah, ya,” seru Kiara sambil menyerahkan segelas teh hangat.

“Masih bar-bar tapi selalu on point,” Imbuh Odelia sambil tertawa kecil.

Nayaka menjatuhkan tubuhnya ke kursi, membuka jas putihnya sebentar. “Kadang gue nggak ngerti kenapa cewek-cewek bisa sejahat itu ke cewek lain.”

“Karena mereka nggak pernah disayang cukup,” ucap Kiara kalem.

Odelia tertawa kecil. “Atau karena cowok impian mereka malah pilih lo.”

Belum sempat Nayaka menjawab, pintu ruang itu terbuka.

Arslan masuk.

Tanpa aba-aba.

Tanpa bicara.

Tanpa senyum.

Hanya satu gerakan: tangannya langsung menarik pinggang Nayaka yang sedang duduk dan mendekatkan tubuhnya ke dadanya. Satu kecupan jatuh di pipi Nayaka.

Semua membisu.

Kiara dan Odelia langsung pura-pura sibuk.

Sementara Nayaka mendongak dan tersenyum nakal.

“Baru juga lima jam nggak ketemu, Mas-nya udah rindu?” tanyanya centil.

Arslan tidak menjawab. Ia hanya menatap Nayaka, dalam dan dalam lagi. Pandangannya tajam tapi tidak menghakimi. Tatapan yang hanya dimengerti oleh perempuan yang hatinya sudah ia pilih.

“Persiapan operasi. Pasien datang jam delapan. Kamu ikut,” ucapnya datar.

“Siap, Dokter Scorpio yang sok cool,” ujar Nayaka sambil merapikan jasnya.

Sambil berjalan, Nayaka sempat menoleh ke arah perawat yang tadi julid. Senyum kecil kembali hadir di bibirnya.

“Oh iya,” katanya pelan, “hati-hati loh ngomongin orang yang Tuhan udah kasih tempat istimewa di hati seseorang. Bisa-bisa... doa kalian mental, balik ke yang ngucap.”

Dan dia melenggang pergi di samping laki-laki yang katanya dingin, tapi selalu hangat kalau sudah bicara dengan tindakan.

Arslan melirik sebentar ke arah Nayaka, lalu ucapkan singkat nyaris tak terdengar.

“Terima kasih udah tahan jadi dirimu walau semua orang nyinyir.”

Nayaka hanya mengangguk. “Gue bukan tahan, Mas. Gue bangga.”

Lalu keduanya hilang di balik lorong menuju ruang operasi. Dunia mungkin tidak sepenuhnya ramah, tapi selama tangan mereka masih saling menggenggam, luka apapun tak akan tumbuh jadi putus asa.

1
Midah Zaenudien
semngat berkarya jgn bt cerita x stuk2 d tempat x
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: siap kakak... kedepannya akan muncul konflik
total 1 replies
Ummi Sulastri Berliana Tobing
lagi donk 🥰🥰
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak sekitar jam 12 WITA sudah update
total 1 replies
Lukman Suyanto
lanjuttt
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah, besok makasih banyak masih setia baca
total 1 replies
Lukman Suyanto
lanjutt
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak 🙏🏻🥰
total 1 replies
Sholikhah Sholikhah
wong mantune Bu Retno juga orang biasa gitu kok gak ngaca. tolong dong kirim kaca ke Bu Retno
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: irinya Segede gabang kak 🤭
total 1 replies
Sholikhah Sholikhah
yah nyindir nih, yg bisanya hanya baca dan like 😄😄😄😄
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭🤣🙏🏻
total 1 replies
Eva Karmita
Naya tersengat belut listrik nya pak dokter 🤣🤣🤣💓💓
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha mati dong 🤣
total 1 replies
Daeng
sangat menghibur
Yani
pwngantin baru oiii pengantin baruu.. yikes sapa dluan yg dpt bonusan malam pertama.. 😁😁
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: semuanya dapat yang gede dan panjang 😂🤭
total 1 replies
Yani
pernikahan semua netizen ini Mah
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: mewakili yah 🤣
total 1 replies
Yani
waduh Merissa tercubit diriku ha ha haha
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha 😂🤭
total 1 replies
Maulida greg Ma
hahaha segitunya
Maulida greg Ma
nggak apa-apa istri sendiri
Maulida greg Ma
nikahnya barengan semoga hamil juga barengan
Farhana
ya Allah mereka benar-benar random
Farhana
benar godaan istri luar biasa
Farhana
semoga samawa
Naila
haha kaget tapi penasaran 🤭🤣
Naila
akhirnya sah juga
Inha Khaerunnisa
Haha
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!