NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Dengan CEO

Terpaksa Menikah Dengan CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: CrystalCascade

⚠️FOLLOW DULU SEBELUM BACA!

⚠️Rawan Typo!

⚠️Mengandung adegan romans✅

⚠️Ringan tapi bikin naik darah✅



Neandra Adsila gadis cantik yang berasal dari desa yang merantau ke Jakarta untuk mengadu nasip di sana dengan bekerja sebagai cleaning service di perusahaan besar.

Entah tejatuh di timpa tangga atau mendapatkan durian runtuh pribahasa yang cocok untuknya saat ia terpaksa harus menikahi CEO muda dan tampan namun begitu angkuh di perusahaannya saat ia sedang membutuhkan banyak uang untuk pengobatan bapaknya di kampung.

"Saya akan membantu kamu asal kamu mau menikah dengan saya"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CrystalCascade, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 3

"Hallo bu Nea bawa kabar baik, Nea sudah dapat uang nya dan sekarang Nea akan segera pulang" ucap Nea kepada orang yang menelpon nya.

"........"

"A apa?" Seakan runtuh dunianya Nea langsung terkulai lemas di lantai dengan air mata yang sudah banjir ke pipinya.

Entah apa yang di katakan orang dalam telpon tersebut sampai Nea menangis dan terkulai seperti itu.

"Nea lo kenapa?"tanya Sania panik yang melihat Nea terkulai lemas di lantai sambil mengangis tersedu-sedu.

"Hiks-hiks" bukanya menjawab Nea malah menangis.

"Nea ada apa? Siapa yang telpon lo?" Tanya Sania panik.

"B bapak gue hikss... hikss.... pergi...... hiks..." ucap Nea sambil menangis tersedu-sedu.

"Pergi kemana? Ya kalau pergi tinggal lo susul aja kan gampang, gue anter deh" cerocos Sania tak paham maksud Nea.

"Hiks....hiks...hiks" bukan malah tenang Nea malah semakin menangis dengan kencang.

"Haduh Nea jangan keras-keras dong ntar kita di marahin pak Ryzard kalau dia terganggu dengan suara lo" ucap Sania mencoba membantu Nea berdiri untuk mengajaknya pergi dari tempat ini karena mereka sekarang masih berada di depan ruangan pak Ryszard.

"Bapak aku pergi jauh San... bapak aku meninggal" ucap Nea di sela-sela tangisan nya.

"Inalillahi" pekik Sania kaget.

"Lo yang sabar ya, ikhlas in aja semoga bapak lo di masukin ke surganya allah yang paling indah " ucap Sania menenangkan Nea.

Setelah cukup tenang Nea tersadar dan menyelonong membuka pintu yang tak jauh dari nya berdiri meninggal kan Sania begitu saja,ya itu adalah pintu ruangan dari tuan Ryszard Adyatama.

Apa ini? Apakah semesta sedang bercanda dengan nya? Ia sudah terlanjur menandatangani surat perjanjian itu demi mendapatkan uang ini. Dan sekarang dengan mudah nya semesta mengambil alasan nya untuk memiliki uang ini.

"Ada apa ini? Kenapa kamu masuk lagi?" Tanya Ryszard.

"Saya mau mengembalikan ini, saya tidak jadi meminjam uang jadi saya harap perjanjian yang tadi juga batal" ucap nea dengan berani tapi sebenarnya di hatinya terselip rasa takut yang cukup besar tapi ia mencoba untuk menyingkirkan nya sejenak.

"Apa maksud kamu? Perjanjian yang sudah di buat tidak bisa di batalkan kembali karena kamu sudah menandatangani nya" tanya Ryszard sekaligus menolak pembatalan perjanjian itu.

"Uang ini sudah tidak saya butuhkan jadi saya ingin mengembalikan nya ke bapak" ucap Nea dengan tegas.

Ryszard tersenyum miring, "baru beberapa menit kamu memohon dan meminta saya untuk meminjamkan uang ke kamu dan sekarang kamu kembalikan nya. Kamu mau mempermainkan saya?" Ucap Ryszard dengan suara dingin nya.

"Untuk apa saya mempunyai uang ini jika alasan saya untuk memiliki uang ini sudah tiada" air mata yang dari tadi Nea tahan sekarang telah luruh begitu saja. "Bapak saya sudah meninggal jadi tidak ada guna nya lagi uang ini, dan saya mau mengembalikan uang ini" ucap Nea menaruh amplop berisi uang itu ke kursi yang ada di dekat nya.

"Kamu tidak bisa seenaknya seperti itu, kamu sudah tanda tangan dan saya akan tetap menikahi kamu" ucap Ryszard dengan tegas.

"Tapi saya sudah kembalikan uang nya"

"Itu bukan urusan saya. Mau kamu kembalikan atau tidak saya akan tetap menikahi kamu cepat atau lambat" bagai hakim mengetuk palu begitu keputusan Ryszard, sudah tidak dapat di ganggu gugat.

Nea terdiam ia tidak bisa menjawab apa-apa. Jika ia melawan maka dengan mudah nya Ryszard nanti akan menjeblos kan nya ke penjara bahkan menyakiti keluarganya nanti.

Seperti nya berdebatpun sudah tak ada gunanya.

"Kalau begitu saya permisi" hanya kata-kata itu yang mampu ia ucap kan lalu pergi dari ruangan itu tanpa membawa tas yang berisi uang tersebut.

Nea keluar dari ruangan tersebut dan menghampiri Sania yang berdiri di depan pintu.

"Ayo san gue mau cepet-cepet pulang" ajak Nea terburu-buru.

Sania yang tadinya ingin tertanya perihal apa yang di dengar tadi soal pernikahan Nea dan pak Ryszard jadi mengurungkan niatnya. Ia juga merasa tidak tega jika menanyakan itu sekarang karena posisi Nea sekarang sedang berduka.

_____________

Di depan stasiun.

"Ne sorry ya gue nggak bisa nemenin lo pulang kampung" ucap Sania.

"Nggak papa kok San gue ngerti, gue cuman minta doa aja dari kamu buat bapak aku " jawab Nea.

"Pasti Ne gue pasti doain bapak lo supaya bisa masuk surga" ucap Sania.

"Eh tapi yang tadi bener? Lo bakal nikah sama pak Ryszard" tanya Sania yang sempat mendengarkan saat Nea mengembalikan uang kepada Ryszard.

Nea diam dan tak menjawab apapun.

"Nggak papa kalau lo belum mau cerita, tapi gue cuman mau ngingetin lo aja pak Ryszard itu bukan orang biasa kalok lo ngelawan dia bukan cuma lo yang bakal menderita tapi juga keluarga lo" tutur Sania kepada Nea.

"Gue kedalem dulu ya kayak nya keretanya udah dateng" ucap Nea mengalihkan pembicaraan supaya Sania tidak lagi bertanya lebih jauh.

Sekarang Nea tengah berdiri mematung di sebuah stasiun sambil menungggu kereta datang untuk menjemputnya ia akan berangkat ke kampunya pukul 18.00 dan mungkin baru sampai besok pagi karena ia menggunakan kereta api untuk transportasi. Mengapa tidak menggunakan pesawat? Ya jelas tidak karena naik pesawat pasti mahal harganya dan terlebih lagi jika naik pesawat ia tidak akan langsung ke kotanya melainkan ke kota surabaya dahulu karena di kotanya belum ada bandara.

"Jangan coba-coba kabur!" Peringatan itu yang dari tadi terngiang-ngiang di telinga Nea.

Kenapa semua mempermainkan nya? tadi pagi ia kebingungan mencari pinjaman uang yang cukup besar. Dan saat ia sudah mendapatkan uang itu tak lama kemudian ia harus mendapatkan kabar yang sangat mengguncang batinya, bagaimana tidak panutan nya, cinta pertamanya, orang yang sangat ia sayangi telah meninggalkannya untuk selama-lamanya dan tidak akan kembali lagi. Baru saja ia bisa meringankan beban bapaknya dengan bekerja di luar kota tapi sekarang orang yang menjadi penyemangat, motivasi dan panutan telah meninggalkan nya.

Kereta pun datang dan Nea pun masuk lalu mencari tempat duduk sesuai tiket.

Diperjalanan Nea terus saja menangis namun tak mengeluarkan suara karena ia tidak ingin menggagu penumpang lain. Lelah menangis Nea sampai tertidur.

Nea mengerjabkan matanya terlihat sudah terbit fajar itu tandanya sebentar lagi ia akan sampai ke kota kelahirannya. Yah, benar saja berselang beberapa menit ia sampai di stasiun yang ada di kota nya.

Nea turun dari kereta lalu berjalan keluar stasiun. Ia tidak menghubungi orang rumah jika ia sudah sampai karena tidak mau merepotkan mereka.

Sambil membawa barang bawaan nya Nea berjalan ke arah tukang ojek lalu meminta nya mengantarkan ke rumah nya.

Sesampai nya di depan rumah, Nea melihat sekeliling rumah nampak sepi hanya ada sisa-sisa perabot yang bejejeran di depan rumah nya. Juga bendera kuning yang masih berkibar di depan rumah nya.

Nea berjalan dan memasuki rumah nya yang pintunya terbuka lebar.

Di dalam sana terlihat seorang wanita parubaya tengah menangis di temani dua orang anak nya.

Saat wanita parubaya tersebut menyadari kehadiran Nea,ia langsung menghambur ke arah Nea lalu memeluknya.

"Nea...bapak Nea.... dia meninggal kan kita.....maaf jika ibu tidak menunggu mu sampai dulu untuk memakam kan bapak mu" wanita itu menangis tersedu-sedu sambil memeluk Nea.

Nea rasanya juga ingin menangis sekencang-kencang nya namun tidak ia lakukan karena jika semuanya terpuruk lalu siapa yang menjadi penyemangat mereka? Nea mencoba tegar agar tidak menangis tapi itu gagal bagaimana pun juga yang meninggal adalah bapak nya orang yang menjadi idola nya selama ini.

"Sudah bu kita harus ikhlas, semua sudah takdir, sekarang kita hanya bisa mendoa kan bapak agar mendapatkan tempat yang terbaik disisi Allah" ucap Nea menenang kan ibunya.

"Iya bener bu apa kata mbak Nea" ujar Siska menyahuti sambil menangis. Siska adalah adik bungsu Nea yang duduk di SMP kelas 1.

"Rifki kamu antar mbak mu untuk ke makam!" Titah ibu nea menghapus air mata nya.

"Baik bu" ucap Rifki patuh.

"Ayo mbak" ajak Rifki menggandeng Nea.

Sekarang Nea telah sampai di pemakaman lalu berjalan menyusuri nya. Dan sampailah di depan pemakaman yang terkihat tanah nya belum kering dan bertuliskan 'Ridwan' nama bapak dari Nea.

Seperti mimpi rasanya, sekarang Nea berdiri di depan pemakaman bapak nya. Nea yang tadi nya terlihat tegar di depan ibunya sekarang berbalik menjadi Nea yang lemah. Entah kemana tadi perginya Nea yang pura-pura tegar dan sekarang di gantikan Nea yang lemah tak berdaya seperti tidak punya tujuan hidup.

Ia menangis dengan pilu seperti orang yang kehilang sebagian hidup nya. Memang selama ini Nea sangat sayang kepada bapak nya dan begitu sangat mengidolakan sosok nya. Dari kecil Nea sudah sangat dekat dengan bapaknya dari pada dengan ibunya, bapaknya adalah sosok yang sangat sabar di mata Nea ia tidak pernah sekali pun membentak Nea, ia selau berkata lebut kepada anak nya terutama kepada Nea.

Nea adalah anak kesayangan bapaknya tak heran sekarang Nea menangis begitu pilu saat di tinggal bapak nya pergi untuk selama lamanya.

"Pak kenapa bapak tinggalin Nea secepet ini pak?? Bahkan Nea belum bisa membelikan bapak apapun dengan gaji pertama Nea" ucap Nea di sela-sela tangisan nya dengan memegang batu nisan seolah mengajak ngobrol bapak nya.

Rifki yang menyaksikan itu juga ikut menitihkan air matanya dan berjongkok mensejajarkan di dengan kakak nya itu.

"Sudah mbak yang sabar kalau mbak kayak gini nanti bapak nggak tenang ninggalin kita" ucap Rifki sambil memegang pundak Nea seolah memberikan kekuatan pada gadis itu.

Nea masih terus menangis tapi kini bedanya ia sedang memeluk tubuh adik nya itu.

"Dek kamu harus kuliah Karena kamu adalah anak yang pintar nggak seperti mbak mu ini yang males belajar" ucap Nea yang masih memeluk tubuh adik nya.

"Nggak usah mbak Rifki nanti langsung kerja aja, kuliah itu kan mahal dan Rifki nggak mau bebanin mbak" jawab rifki.

"Kamu bilang apa? Itu sudah kewajiban mbak buat nyekolahin kamu tinggi-tinggi menggantikan posisi bapak. Kamu mau bapak kecewa liat kamu nggak kuliah padahal kamu anak yang berprestasi?"

"Udah lah mbak nggak usah di pikirin terlalu jauh lagi pula Rifki masih kelas 10 jadi itu masih lama"

"Maka dari itu kamu masih kelas 10 mbak ngingetin kamu buat belajar giat supaya nanti kamu bisa masuk Universitas Negeri."

"Iya mbak aku janji bakal belajar giat suapaya bisa masuk Universitas Negeri dan bisa banggain kalian"

Sekarang Nea selesai memanjatkan doa untuk bapaknya.

"Ayo kita pulang mbak" ajak Rifki.

"Aku pulang dulu ya pak" pamit Nea seraya mengusap batu nisan bapaknya.

"Ayo mbak" ucap rifki membanyu nea berdiri lalu menuntun Nea untuk pulang.

Sebelum baca jangan lupa 🎯 "Target kita: banyak like, view, dan komentar kece dari kamu! 😉"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!