Alona gadis introvert yang mulai merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya ketika bertemu dengan Vier pemuda tegas yang cuek di tempat tugasnya didaerah terpencil. Di daerah perbatasan Indonesia dan Kalimantan.
Apakah cinta seorang dokter spesialis penyakit dalam dengan seorang perwira angkatan darat yang tegas dan cuek bisa terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisye Titiheru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Alona Hamil
Alona sudah diruangan. Vier memesan ruangan VIP untuk istrinya dan dia. Dia sudah menghubungi bagian personalia pemberitahuan tentang istrinya yang sedang sakit dan lagi dirawat di rumah sakit jadi dia ijin. Dan diberi ijin tiga hari. Alona tertidur, saatnya bagi Vier mengambil kesempatan ini untuk pulang kerumah menyiapkan bajunya dan istri. Alona dititip kepada Cila.
"Vier... Vier....Vier." Vier tetap berlari dia tidak perduli dengan Clara yang memanggilnya. Dia bertekat secepat mungkin kembali. Dangan kecepatan maksimal, Vier sampai dirumah langsung diambil koper dimasukan baju istrinya dan dirinya serta dalaman. Tak lupa perlengkapan mandi dan skincare istrinya semua dimasukkan pada tas - tas yang disediakan istrinya. Sepuluh menit kemudian dia sudah tiba kembali di rumah sakit. Ternyata sudah ada Zaki yang menemani Cila, namun Alona masih tertidur. Zaki mengucapkan selamat kepada Vier. Dan disambut dengan ucapan terima kasih. Tiba - tiba handphone Vier berbunyi, dilihat ada vidiocall dari Jefry.
"Bro, Alona kenapa? Katanya dirawat dirumah sakit. Tadi baik - baik saja."
"Siapa yang beritahu kabar?"
"Si Clara."
""Alona hamil. Pingsan. Cerita panjang." Jefry melihat sahabatnya bersedih, dia tahu pasti ada masalah.
"Berdoa dan Kuat. Jelaskan baik - baik."
"Terima kasih bro."
Alona sudah bangun, ada Cila dan Zaki disamping tempat tidurnya. Waktu Vier tiba, mereka pun pamit pulang.
"Terima kasih sudah menjaga istriku."
"Sama - sama pak Vier."
Vier melihat ke arah tempat tidur, dimana istrinya sedang terbaring lemah. Dimana Alona kembali tidur. Vier tahu dia masih marah dan shock. Vier menghampiri bangkar Alona langsung mencium bibir istrinya. Bukan ciuman biasa namun ciuman luar biasa. Dilumat bibir atas dan bawa bergantian. Tetapi air matanya jatuh membasahi pipinya bahkan mengenai pipi istrinya. Alona membuka mata. Suaminya menangis.
"Maafkan mas sayang. Mas kotor. Itu dulu sayang." Alona langsung mengusap kepala suaminya. Vier sudah berbaring di tempat tidur yang sama dengan istrinya. "Mas sudah periksa lengkap diri mas. Mas sehat sebelum berangkat ke China."
"Di Kalimantan?"
"Mas tidak perna berhubungan dengan perempuan mana pun. Kamu yang mas hajar dek. Mas berani bersumpah dek."
"Mas memang mahir, ternyata sudah pengalaman. Bahkan bukan sekali tetapi dua apa tiga kali pelepasan, alasan pengaruh obat."
"Tetapi mas, pengaruh obatkan?"
"Iya sih." Vier kembali mencium istrinya. Kamu masih sayang kan sama suamimu setelah tahu kenakalan mas."
"Kalau sebelum nikah, adek tahu mungkin saya tidak akan melangkah lebih jauh."
"Maka saya akan mengejar dan menjebak kamu."
"Dasar, nakal, mesum."
"I love you Alona Timmothy. Mas lebih baik mati dari pada kehilangan kamu. Mas hancur sangat hancur." Alona langsung memeluk suaminya. Dan dicium.
"Aku sudah berjanji dihadapan Tuhan untuk menerima kamu suka maupun duka. Segala bentuk kekuranganmu ku terima. I love you Xavier Anthonio." Vier langsung memeluk istrinya begitu mesra.
Alona melarang Vier menyampaikan kepada keluarga kalau dia sedang di rawat. Dia tidak mau mereka kuatir. Vier mengikuti kemauan istrinya. Malam ini Vier merawat istrinya. Mau buang air kecil saja digendong istrinya. Selama tiga hari Alona di rumah sakit tiga hari juga Vier tidak pindah selangkah pun dari istrinya.
"Adek, kenapa tega sama usi? Kalau tidak bertemu Jefry usi tidak tahu kamu sakit. Jahat kamu. Sakit apa dek?"
"Disiksa Vier?" Vier langsung dipukul sama kakaknya.
"Kenapa kamu siksa istrimu?" Muka kakaknya sudah merah karena marah. Sementara Alona sudah menahan tertawanya.
"Sayang, tolong mas."
"Usi, sudah. Cukup. (Alona tertawa melihat suaminya sudah semeraut penampikannya). Saya hamil."
"Apa hamil sayang?"
"Iya, disini ada generasi Anthonio?" Sambil mengelus perutnya. "Kandungan aku lemah, makanya disarankan bed rest di rumah sakit. Saya yang minta ngak usah beri tahu. Rancana pulang ke rumah baru sampaikan berita kehamilan saja."
"Selamat sayang. Usi bahagia. Dan akan jadi antie."
Alona sudah pulang kerumah. Dia diberi ijin dua hari istirahat dirumah. Tadi pagi Vier sudah bekerja. Sebelum pergi bekerja dia sudah menyiapkan makanan buat istrinya. Pukuk dua belas siang, Alona sedang bersantai di ruangan nonton menikmati drama China yang dia suka. Sambil makan buah yang sudah dia siapkan. Ternyata Alona nonton sampai tertidur. Vier yang menyempatkan pulang ke rumah menjumpai istrinya sedang di tonton televisi. Langsung dipindahkan tubuh istrinya kekamar mereka. Setelah merapikan ruang nonton, Vier mandi dan langsung tidur disebelah istrinya. Alona langsung menempelkan tubuhnya ke tubuh Vier.
"I love you sayangku." Alona mulai terbangun dan dia sadar bahwa dia sebenarnya ada di depan televisi. "Nanti nonton lagi ya. Mas angkat ke kamar karena ketiduran."
"Love you more mas."
"Mas masih mau seperti ini. Dek, kita bulan madu ya. Mas pengen ke Jerman ke keluarga opa."
"Emang mas kenal keluarga opa?"
"Masih komunikasi sayang. Mereka tahu bahwa cucu opa Anthon ada di Indonesia."
"Tetapi apa ade bisa terbang dengan kondisi kandungan ade seperti ini."
"Kita konsultasi sayang. Libur natal ini mas pengen sama kamu di eropa."
Mereka sedang menikmati makan siang bersama. Selesai makan, Vier kembali ke kantor nanti sore baru pulang kerja. Alona mengantar suaminya kedepan. Dengan motor kantor, Vier kembali ke kantornya.
Alona sedang browser tentang ibu hamil yang melakukan penerbangan belasan jam. Walaupun dia dokter, namun yang berhubungan dengan kehamilan hanya mereka tahu tanda awal seseorang ibu hamil. Namun Alona tidak mengetahui, bahwa dia hamil bahkan sudah tiga minggu usia kandungannya.