Vandra tidak menyangka kalau perselingkuhannya dengan Erika diketahui oleh Alya, istrinya.
Luka hati yang dalam dirasakan oleh Alya sampai mengucapakan kata-kata yang tidak pernah keluar dari mulutnya selama ini.
"Doa orang yang terzalimi pasti akan dikabulkan oleh Allah di dunia ini. Cepat atau lambat."
Vandra tidak menyangka kalau doa Alya untuknya sebelum perpisahan itu terkabul satu persatu.
Doa apakah yang diucapkan oleh Alya untuk Vandra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Vandra pulang naik taksi online dengan wajah muram dan hati kacau. Sepanjang perjalanan, dia hanya menatap kosong keluar jendela. Gedung-gedung tinggi yang biasanya membuatnya bangga karena bisa bekerja di perusahaan besar, kini seakan mengejeknya. Semua kejayaan yang dulu ia banggakan, kini runtuh seketika.
Dia masih bingung bagaimana harus memberi tahu Alya bahwa dirinya baru saja dipecat. Tangannya gemetar, keringat dingin bercucuran, padahal AC mobil cukup dingin.
Sungguh aneh laki-laki pengkhianatan itu. Di saat dirinya jatuh dalam masalah, justru Alya yang ada di dalam pikirannya. Bukan Erika—wanita yang beberapa bulan ini ia manjakan, yang katanya memberi rasa berbeda. Saat terpuruk begini, nama Erika bahkan tak muncul sedikit pun di benaknya. Yang teringat hanyalah wajah sabar Alya, yang selalu menenangkannya dengan senyum lembut setiap kali ia pulang membawa masalah kantor.
“Semoga saja kamu tidak marah, Alya,” batin Vandra, menatap langit biru yang mulai ditelan awan mendung.
Sungguh ironis. Selama ini, setiap ada masalah, orang pertama yang ia cari selalu Alya. Wanita yang dengan telaten mendengarkan, tanpa menghakimi, tanpa menyalahkan. Mereka suka bertukar pikiran, berbagi ide, bahkan sekadar duduk bersama dalam diam. Kini, setelah ia menusuk hati Alya dengan pengkhianatan, entah bagaimana ia masih berharap Alya bisa jadi tempat pulang.
“Pak, kenapa berhenti?” tanya Vandra ketika mobil mendadak melambat.
“Sepertinya macet, Pak. Akan saya cek dulu penyebabnya,” jawab sopir taksi dengan sopan.
Vandra menghela napas panjang. Kepalanya semakin berat. Dari kaca depan terlihat lampu strobo polisi berkelip-kelip. Rupanya ada kecelakaan maut. Dua mobil ringsek saling menghimpit, korban-korban sedang dievakuasi. Polisi lalu lintas melakukan sistem buka tutup jalan. Klakson mobil lain bersahut-sahutan, menambah riuh suasana.
Vandra menunduk. Adegan di depannya seperti cermin. Hidupnya pun ringsek, hancur berantakan karena ulahnya sendiri.
Sementara itu, di rumah, Alya duduk bersama Maria dan Rianti. Suaranya serak, tapi tegas, meski tubuhnya gemetar menahan perasaan campur aduk.
“A-ku akan meminta Mas Vandra untuk menceraikan aku. Aku tidak ridho tidur dengan pria yang sudah memasukkan burungnya ke lubang bekas banyak pria. Siapa tahu dia menularkan penyakit kelamin.”
Rianti dan Maria saling pandang, lalu tersenyum tipis. Bukan senyum bahagia, melainkan lega karena akhirnya Alya berani mengambil sikap. Mereka tahu, betapa besar rasa cinta dan kesabaran Alya selama ini. Namun, ada saatnya seorang wanita harus memilih menyelamatkan diri dan anak-anaknya.
“Apa Vandra akan dengan mudah menjatuhkan talak sama kamu, Alya?” tanya Rianti dengan nada ragu.
“Dengan melakukan pengkhianatan itu, berarti Mas Vandra sudah tidak menginginkan aku lagi. Makanya dia mencari yang lain,” lanjut Alya lirih. Kata-kata itu pecah di udara, seperti belati yang menusuk hatinya sendiri.
Maria mendengus, wajahnya penuh kemarahan. “Dia yang selingkuh, berarti sudah tidak menginginkan Alya lagi. Jadi, buat apa tetap dipertahankan?”
Alya hanya mengangguk pelan. Ingatan masa lalu menghantam dadanya. Kenangan janji-janji manis Vandra di awal pernikahan, ucapan indah untuk selalu bersama hingga maut memisahkan. Semua itu kini terasa hina, seolah hanya ucapan kosong.
“Jika melihat bagaimana cintanya Vandra sama kamu, rasanya akan sulit. Aku merasa dia masih menginginkan dirimu, tapi juga menginginkan wanita itu,” ucap Rianti dengan helaan napas berat. Ia tahu betapa liciknya pria ketika terjebak di antara cinta dan nafsu.
Alya menunduk, hatinya semakin perih. Sejak sebelum menikah, ia sudah sering mengingatkan Vandra bahwa ia paling benci perselingkuhan dan kebohongan. Ia lebih memilih kejujuran yang pahit daripada dikhianati diam-diam. Namun, semua peringatan itu seolah hanya lewat telinga Vandra tanpa pernah mengendap di hati.
Maria terkekeh getir. “Ha-ha-ha, kayak suamiku. Tidak bisa cerai dari aku, tapi enggak mau kehilangan selingkuhannya. Tapi, pada akhirnya si selingkuhan itu sendiri yang memilih pergi, karena suamiku sekarang jadi kere.”
Alya teringat kembali cerita Maria tiga tahun lalu. Saat Cristian, suami Maria, dipaksa kedua orang tuanya untuk menyerahkan 50% saham dan mengubah semua aset kekayaan atas nama Maria. Ternyata benar, selingkuhannya hanya mau hartanya saja. Begitu tahu Cristian tidak punya apa-apa, perempuan itu kabur dengan alasan mulia, “tak mau merusak rumah tangga orang lain.” Padahal kenyataannya, dia hanya pengecut yang lari karena tak lagi bisa hidup mewah.
Alya tersenyum tipis, tetapi lebih mirip luka yang disamarkan. Betapa banyak wanita harus menguatkan diri meski hatinya retak, hanya agar tidak terlihat kalah oleh pengkhianatan.
Rianti menatap kosong ke arah dinding, lalu bergumam, “Jika saja hak jatuh talak ada di pihak istri, perceraian akan mudah. Aku pun tidak akan bertahan dengan suami yang sudah mengkhianati janji. Tapi, karena dia tidak mau menjatuhkan talak, aku harus terjebak dalam ikatan yang dingin tanpa cinta ini.”
Suasana hening sejenak. Hanya terdengar napas Alya yang berat, seperti menanggung beban dunia.
"Untungnya Bang Raka berubah dan tidak lagi berani dekat wanita lain. Selain itu Bang Raka juga orangnya bertanggung jawab sama keluarga, walau sekarang usahanya dagang sate padang," ujar Maria yang melihat perubahan pria itu. Sementara hubungan dia dan suaminya semakin dingin.
Tiba-tiba, suara bersin terdengar dari teras depan rumah. Ketiga wanita itu serentak menoleh ke arah pintu yang tertutup rapat.
Ketegangan menyelimuti ruang tamu. Siapa yang ada di luar sana? Apakah seseorang yang sengaja menguping pembicaraan mereka? Ataukah sesuatu yang lain sedang menanti?
Jangan bikin aq sedih lagi
Aseli sedih bocah 10 thn bisa bilang seperti itu 🩵🩵
pasti tau kalo Erika mantan simpanan...
😀😀😀❤❤❤
seiman..
baik..
sabar..
setia.
❤❤❤😍😙