Setelah dikhianati dan mati di tangan suaminya sendiri, Ruan Shu Yue dibangkitkan kembali sebagai putri keempat Keluarga Shu yang diasingkan di pedesaan karena dianggap pembawa sial.
Mengetahui bahwa dirinya terlahir kembali, Ruan Shu Yue bertekad menulis ulang takdir dan membalas pengkhianatan yang dia terima dari Ling Baichen. Selangkah demi selangkah, Ruan Shu Yue mengambil kembali semua miliknya yang telah dirampas menggunakan identitas barunya.
Anehnya, Pangeran Xuan - Pangeran Pemangku yang menjadi wali Kaisar justru muncul seperti variabel baru dalam hidupnya.
Dalam perjalanan itu, dia menyadari bahwa ada seseorang yang selalu merindukannya dan diam-diam membalaskan dendam untuknya.
***
"A Yue, aku sudah menunggumu bertahun-tahun. Kali ini, aku tidak akan mengalah dan melewatkanmu lagi."
Ruan Shu Yue menatap pemuda sehalus giok yang berdiri penuh ketulusan padanya.
"Aku bukan Shu Yue."
Pemuda itu tersenyum.
"Ya. Kau bukan Shu Yue. Kau adalah Ruan Shu Yu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20: Pamer Harga Diri
Aula Jinluan sudah lumayan ramai. Para gadis dari keluarga pejabat dan bangsawan berpengaruh sedang asyik berbincang dengan teman-teman mereka.
Ini bukan hanya sekadar perjamuan, tapi juga ajang memamerkan kecantikan dan kebolehan, menunjukkan sedalam apa persahabatan antara gadis-gadis kediaman yang sombong dan arogan.
Keturunan bangsawan dan pejabat tinggi dihormati, sementara gadis keturunan campuran yang keluarga ibunya rakyat biasa dibicarakan dan dibenci. Shu Yue sudah menerima perlakuan itu sejak dahulu.
Dia dibicarakan dan dibenci, ditatap dengan penuh cemoohan. Bahkan Ling Baichen tidak repot-repot menanyakan perasaannya, tak pernah mau tahu apakah dia baik-baik saja atau tidak.
Melihat gadis asing datang ke Aula Jinluan bersama Kepala Sensor Kerajaan dan istrinya, beberapa orang mulai bertanya-tanya penuh minat.
Mereka dengar putri keempat Kepala Sensor sudah dijemput kembali. Kalau begitu, gadis yang datang bersama mereka pastilah Nona Keempat Shu, Shu Yue.
Penampilannya sangat elegan. Langkahnya anggun dan tenang. Ekspresinya tidak seperti orang yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di istana. Padahal dia dibesarkan di pedesaan yang jauh dari kemewahan.
Gaunnya tidak terlalu mencolok, namun cukup menampilkan dia berasal dari latar belakang keluarga yang luar biasa. Bahkan riasan di wajahnya pun jauh dari kata berlebihan.
Tuan Shu dan Nyonya Shu membiarkan Shu Yue bebas di Aula Jinluan. Putri mereka mungkin butuh ruang untuk bersosialisasi.
Barangkali saja ada gadis dari kediaman lain yang bisa menjadi temannya. Karena sudah kembali menjadi putri Kediaman Shu, maka Shu Yue sudah seharusnya menerima penghormatan dan keberadaannya diakui.
Shu Yue duduk di kursi taman sendirian. Ia menikmati keramaian itu tanpa kata.
Xiaohe berdiri di sampingnya sambil menenteng kotak makanan yang dibawa dari kediaman. Pandangannya tertuju pada dua sosok wanita yang sedang berbincang memamerkan kesombongan dan keangkuhannya.
Shen Jia ada di sana, berdiri di samping Shu Mengli. Gaun berwarna ungu dan hijau yang dikenakan oleh kedua orang itu sangat cocok di tubuh mereka. Ekspresi bangga di wajahnya membuat Shu Yue menyunggingkan senyum tipis.
“Apa yang membuatmu begitu meremehkan mereka?”
Tiba-tiba suara seorang gadis terdengar. Shu Yue menoleh. Seorang gadis bergaun kuning keemasan berjalan diiringi beberapa pelayan.
Wajah gadis itu tidak asing. Dia adalah Putri Zhaoning, saudara perempuan Kaisar Muda dan keponakan perempuan Pei Yuanjing.
“Tuan Putri,” ucap Shu Yue.
Pei Zhaoning terkejut. “Kau tahu aku?”
“Di istana ini, orang yang bisa memakai sutera brokat Shu hanyalah keluarga kerajaan. Kaisar Muda belum memiliki istri, sementara Pangeran Xuan juga belum menikah. Maka gadis yang bisa memakai sutera tersebut untuk dijadikan pakaian hanyalah Putri Zhaoning, tuan putri tertua,” ujar Shu Yue diiringi senyuman lembut yang sangat sopan.
“Nona, pengetahuanmu luas sekali. Hanya dari pakaian saja sudah bisa mengetahui identitas seseorang. Siapa namamu?”
“Aku adalah Shu Yue, Tuan Putri.”
“Shu Yue?” Pei Zhaoning mengernyit seolah sedang mengingat sesuatu. “Ah, jadi kau adalah Nona Keempat Keluarga Shu yang baru kembali ke Jingdu itu.”
Beberapa waktu lalu pamannya dan adiknya yang kaisar itu keluar istana tanpa mengajaknya. Pei Zhaoning marah dan merajuk, tidak mau menemui mereka selama beberapa hari.
Pelayan kemudian mengatakan kalau Pangeran Xuan dan Kaisar Muda selain bermain di kota, juga pergi ke Kediaman Shu untuk menonton keramaian. Pei Zhaoning semakin kesal, tapi dia juga penasaran pada sosok Nona Keempat Shu yang bisa membuat paman dan adiknya datang ke kediaman itu.
Ternyata dia adalah gadis yang sangat cantik. Karakternya begitu lembut dan sangat sopan. Tak hanya itu, ucapannya juga enak didengar.
Gadis ini cerdas, tidak seperti orang kampung yang tidak tahu cara berinteraksi dengan kaum bangsawan. Selain itu, dia bisa dengan santai menertawakan beberapa orang yang dikenal sebagai pencari perhatian.
“Ya. Aku adalah Nona Keempat Shu.”
Tanpa diduga, Pei Zhaoning malah duduk di depan Shu Yue. Sebuah kehormatan besar bagi Shu Yue dapat berbicara dengan satu-satunya tuan putri Kerajaan Dongyu. Walau pernah bertemu beberapa kali sebelumnya, tapi tidak pernah berbicara sedekat itu.
“Rou’er, ambilkan jepit rambut giok hadiah ayahanda di istanaku. Aku ingin memberikannya kepada Nona Keempat Shu sebagai hadiah pertemuan.”
Pelayan bernama Rou’er kemudian mengangguk. Sebelum berangkat, dia mengajak Xiaohe agar ikut bersamanya untuk mencegah kecurigaan.
“Tuan Putri, itu sepertinya tidak baik,” ucap Shu Yue. Menerima hadiah di pertemuan awal memang bukan masalah, namun masalah yang sesungguhnya sering datang di detik akhir.
“Hanya jepit rambut. Kau cantik jelita, rambutmu tidak seharusnya dihiasi dengan sederhana.”
“Kalau begitu, aku berterima kasih kepada Tuan Putri.”
“Jangan sungkan.”
Entah mengapa Pei Zhaoning langsung menyukainya. Shu Yue memberinya kesan yang tidak asing, seperti mereka telah bertemu sebelumnya. Kesan aneh itu muncul begitu saja tanpa alasan.
Terlebih lagi, adik kaisarnya dan paman kerajaan juga berteman dengannya. Tentu gadis ini punya sesuatu yang istimewa.
“Kedua orang itu kau pasti mengenali salah satunya. Si hijau lumut itu adik kelimamu, bukan? Adapun si kubis ungu itu, adalah nyonya dari kediaman Adipati Muda Ling.”
Shu Yue hampir tertawa mendengar julukan yang disematkan Pei Zhaoning kepada Shu Mengli dan Shen Jia.
Sifatnya yang blak-blakan itu sangat membuat orang merasa terkejut dan tidak berdaya. Hampir mirip dengan Kaisar Muda yang bisa menjebak orang secara tiba-tiba.
Lumut hijau? Kubis ungu? Julukannya sangat unik.
“Tuan Putri sepertinya tidak terlalu menyukai mereka.”
“Bukan tidak terlalu, aku memang sangat tidak suka. Shu Mengli bukan gadis baik. Dia mengandalkan statusnya sebagai Nona Kelima Shu untuk bergaul dengan gadis lain, memamerkan kesombongan dari kasih sayang yang didapatkan dari Kepala Sensor. Apa yang bagus dari mendapatkan kasih sayang dengan merebut tempat orang lain?”
Semua pikiran Pei Zhaoning tertulis di wajahnya. Karena sudah dimanjakan sejak kecil, dia bisa semena-mena. Tapi, itu tidak lantas membuatnya menjadi orang yang tidak bisa membedakan benar dan salah. Sekali lihat saja sudah bisa mengetahui kebusukan seseorang.
“Si kubis ungu itu juga sama. Dia hanya siluman penggoda yang merayu Adipati Muda Ling dan membuatnya menindas istri. Benar-benar pasangan yang serasi. Kau tidak tahu, saat istri pertama Adipati Ling masih hidup, si kubis ungu itu memanfaatkan kasih sayang untuk menyingkirkannya. Pada akhirnya, istri pertama Adipati Muda menyerah pada takdir. Aku benar-benar muak setiap kali melihat atau mendengar mereka.”
Pei Zhaoning benar-benar ingin memukul Shen Jia dan Ling Baichen. Sering kali ia melihat Shen Jia menyihir Ling Baichen sampai mengabaikan istri sahnya sendiri.
Ruan Shu Yue begitu baik dan penurut, karakternya juga lembut dan tidak pernah menimbulkan masalah. Namun, orang itu malah membuangnya seperti barang bekas dan memperlakukannya dengan dingin seolah Ruan Shu Yue hanya pajangan yang tidak penting.
“Nyonya Ruan benar-benar tidak beruntung.”
“Apakah Tuan Putri mengenal Nyonya Ruan sebelumnya?”
“Tidak, tapi aku sering melihatnya diam-diam menyumbangkan kekayaan untuk membantu korban bencana. Dengan kedudukannya itu, sebenarnya dia tidak perlu menundukkan kepala kepada orang lain. Dia bisa saja menjadi wanita bebas yang tidak terkurung dalam kediaman seperti burung dalam sangkar.”
“Tidak perlu menundukkan kepala kepada orang lain…” Shu Yue bergumam. “Ucapan Tuan Putri memang benar.”
Pei Zhaoning menghela napasnya. Dia merasa sakit hati untuk Ruan Shu Yue, yang mati sia-sia begitu saja.
“Aku lihat Nyonya Ruan bukan tidak ingin melawan. Dia hanya terlalu lelah karena suaranya tidak pernah didengar.”
Shu Yue terdiam. Ternyata di dunia ini masih ada yang mengingat sisi lain dari sosoknya.
Pei Yuanjing dan Pei Zhaoning sama-sama orang asing bagi masa lalu Shu Yue. Namun, merekalah yang mengingatnya dengan baik, memberinya kejutan yang tidak pernah terbayangkan.
“Bolehkah aku memanggilmu A Yue? Namamu mirip dengan nama asli Nyonya Ruan. Dalam hidup ini, aku tidak punya kesempatan untuk berkenalan secara resmi dan berteman dengannya. Mungkin aku bisa menebusnya dengan berteman denganmu.”
“Tentu saja boleh. Tuan Putri bisa memanggilku dengan panggilan itu.”
Senyum cerah terbit di bibir Pei Zhaoning. Hati Shu Yue menghangat lagi. Dia mengalami kehilangan besar. Namun, langit menggantinya dengan menghadirkan orang-orang baru yang mengingat namanya dan menerimanya.
“Gadis sialan, berani sekali kau menabrakku!” bentak seseorang secara tiba-tiba, memecahkan suasana dan membuat perhatian semua orang tertuju ke satu titik.
Pei Zhaoning dan Shu Yue seketika menoleh ke asal suara. Di tempat itu, mereka melihat Shu Mengli sedang memarahi Xiaohe.
Emang enak di tampar kenyataan
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣