Kevin terbangun dari komanya ketika seorang iblis merasuki tubuhnya dan melenyapkan jiwanya.
bersikap layaknya iblis yang hendak menghancurkan dunia, namun tidak bisa membunuh satu manusia pun.
Ria masih belum sanggup kehilangan satu-satunya orang yang menjadi alasan untuknya bertahan sampai detik ini juga. Tidak, Ria tidak bisa, setelah orang tuanya meninggal 5 tahun yang lalu, Kevin lah satu-satunya orang yang terus mendampingi dan menyemangatinya untuk terus bertahan. dan kehilangannya adalah sebuah mimpi buruk paling mengerikan yang pernah Ria alami.
Sanggupkah Ria bertahan dengan kepingan dihatinya? lalu apa sebenarnya motif sang iblis? akankah Kevin bisa hidup kembali dalam raganya yang perlahan hancur?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sofiatun anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Pagi di hari minggu, Rama mengunjungi adiknya yang masih dirawat di rumah sakit, dengan membawa buah yang ia kupas langsung di kamar inap adiknya.
"Kakak kapan Mika boleh pulang?" tanya Mika di tengah kesibukan Rama yang tengah memotong buah dengan bermacam bentuk yang selalu Mika sukai dan mau makan buah jika sudah dibentuk dengan cantik.
"Setelah pemeriksaan besok selesai mungkin Mika udah bisa pulang" ucap Rama lembut sambil mengelus puncak kepala Mika penuh kasih sayang.
Mika yang senang dengan kehadiran kakaknya yang selalu mengunjunginya pasca operasi merasa sangat bahagia dan bersyukur kalau kakaknya masih punya sisi baik dan lembut untuknya, ia benar-benar ingin menikmati waktu seperti ini selamanya.
Setelah mengunjungi Mika Rama masih punya tujuan lain lagi, ia pun menaiki motornya dan melaju kencang di atas aspal. Sampah di tempat tujuan Rama pun turun dari motornya dan menatap bangunan rumah tingkat dua di depannya.
Tanpa ragu Rama langsung saja memencet bel rumah tersebut, tak lama menunggu pintu pun terbuka memperlihatkan seorang cowok dengan kaos putih polos dan celana pendek yang tak lain dan tak bukan adalah Roy.
"Jadi, lo jauh-jauh dateng kesini cuman mau minta tolong ke gue? e… maap maksud gue lo mau minta tolong ke siapa sih?" tanya Roy setelah Rama menjelaskan kedatangannya ke rumahnya.
Saat ini mereka tengah ada di taman belakang rumah Roy ditemani dengan teh dan camilan kue kering.
"Iblis yang ada di dalam tubuh lo" Rama menjawab dengan wajah yang serius.
Mendengar hal itu Roy pun menghela nafas panjang "lo seharusnya udah pernah dijelasin sama dia kan kalo iblis yang ngerasuki gue itu nggak ada urusan sama masalah di dunia ini, dia cuma jadi pengamat doang disini" terang Roy menjelaskan lebih detail lagi.
"Gue nggak tahu apa urusan Lo sama iblis itu, karena setahu gue nggak semua iblis dateng dengan ngerasuki tubuh manusia, dan itu termasuk iblis yang ada di dalam tubuh Lo, tapi gue juga nggak ada urusan tentang itu. Gue pengin dia jadi lawan latihan gue" ucap Rama sambil berdiri menatap Roy yang dengan santainya menikmati tehnya.
"Teh lo belum diminum ntar dingin loh, duduk dulu dan minum tehnya" ucap Roy mengubah pembicaraan. Namun Rama justru tak menanggapinya.
"Rama Riski Purnama anda bisa duduk ke tempat anda" ucap Roy lagi karena Rama yang masih tidak mau duduk tenang, kali ini Rama yakin yang tengah berbicara dengannya bukan lagi Roy melainkan iblis yang ada di dalam tubuhnya.
Rama pun menurut dan duduk kembali ke kursinya, agak kesal tapi Rama juga tidak mau membuatnya marah seperti ini.
"Apa anda tahu kenapa anda yang dipilih untuk menghabisi iblis itu?" tanya iblis yang ada di dalam tubuh Roy masih dengan tenangnya menyeruput tehnya.
Rama tidak menjawab dan hanya diam, karena ia juga tidak pernah berpikir seperti itu sebelumnya, saat pria berjubah putih itu muncul dan meminta padanya untuk membunuh iblis yang akan menghancurkan bumi dengan memberinya kekuatan, Rama tidak pernah bertanya kenapa harus dia karena yang ia pikirkan saat itu hanyalah masa depan Mika yang tidak bisa ia biarkan hancur oleh iblis itu.
"Sudah saya duga anda pasti tidak tahu tentang hal sekecil itu, ternyata anda lebih bodoh dari iblis itu sendiri ya" ucap Roy kemudian meletakkan cangkir tehnya di atas meja lagi lalu menatap lekat Rama yang ada di sampingnya.
"Saya tidak akan bilang kalau anda terpilih karena istimewa, karena saya sendiri tidak terlalu mengerti dengan kata ambigu seperti itu, tapi mungkin anda dipilih oleh pria itu karena anda tidak punya tujuan hidup di dunia ini" ucap Roy menatap Rama sambil tersenyum.
"Karena itu cocok untuk membuat kematian yang layak" lanjutnya dalam batin.
Rama pun menatap balik, mendengar apa yang barusan Roy bilang Rama sudah semakin kesal, Rama pun berusaha untuk berpikir dengan kepala dingin agar tidak tersulut emosi.
"Bukankah begitu Rama? jujur saja saya katakan kalau pria itu adalah utusan malaikat yang ditugaskan untuk mencari manusia yang sudah tidak punya tujuan hidup untuk menjadi senjata terakhir, ketika hati mereka yang kosong di situlah kekuatan itu bisa masuk dalam tubuhnya.
"Ibaratkan tubuh manusia itu seperti wadah toples yang jika diisi banyak hal maka tidak ada ruang lagi untuk merasukinya, tapi jika toples itu kosong maka mudah saja untuk memasukkan apa saja ke dalamnya, dan begitulah cara kami iblis merasuki tubuh manusia sama seperti anda yang juga mendapatkan kekuatan itu karena jiwa anda yang kosong"
Mungkin yang Roy katakan itu memang benar, selama ini Rama tidak pernah mengisi apapun dalam jiwanya yang mungkin juga sudah hancur.
"Terus apa maksud lo senjata terakhir?" tanya Rama mengingat apa yang tadi ia dengar.
Tapi Roy tidak menjawabnya dan hanya melempar senyum yang sulit diartikan "jika waktunya tiba anda juga akan mengetahuinya sendiri"
"Saya bisa saja membantu anda, tapi anda harus berjanji sesuatu pada saya"
***
Waktu pun terus berputar saat jam menunjukkan pukul sepuluh Ria masih belum bisa tidur sejak semalam, ia terus memikirkan kejadian semalam dan hal itu pun Ria jadi tidak bisa tidur walau semenit.
Saat tiba-tiba bel rumahnya berbunyi Ria pun beranjak dari sofanya dan membukakan pintu, dan betapa terkejutnya ia melihat siapa yang bertamu.
"Hai Ria...!"
Mita, Seli, dan Raka mereka memang selalu datang tanpa ada kabar, selalu saja memberi Ria kejutan.
"Jadi gimana Ria sama Kevin apa dia udah inget lagi?" tanya Mita penuh antusias, karena memang itulah tujuan mereka datang ke rumah Ria.
"Gue yakin Kevin pasti dapet tekanan yang bikin dia inget sama semuanya kan!" ucap Raka mengepalkan tangannya penuh semangat.
Tentu saja jika mereka sesemangat itu, dan Ria tahu bagaimana perasaan teman-temannya yang sangat ingin Kevin kembali seperti semula, oleh karena itu Ria semakin merasa sangat bersalah karena berbohong, rasanya ia ingin memukul wajahnya sendiri kalau seperti ini jadinya.
"Gimana Ri?" tanya Seli meminta jawaban dari Ria yang dari tadi hanya diam saja.
"Oh ya Kevin mana Ri? dia nggak lagi masuk angin kan gara-gara semalem" ucap Raka yang menyadari kalau rumah Ria terlihat cukup sepi dan tidak ada tanda-tanda Kevin.
"M… sebenarnya Kevin…" Ria pun semakin tidak sanggup untuk membuat alasan lagi ia sudah tidak bisa berbohong lebih dari ini.
"Ria" panggil Raka lembut membuat Ria kini balas menatapnya yang tiba-tiba memasang wajah yang serius.
"Gue aslinya nggak mau bilang kayak gini ke lo sekarang. Tapi lo emang nggak pinter bohong ya" ucap Raka tersenyum pada Ria yang bingung dengan apa yang Raka bicarakan. Begitu Pula dengan Mita dan Seli yang ikut mengalihkan perhatian pada Raka.
"Lo mau ngomong apaan sih Rak?" tanya Mita penasaran karena Raka yang sikapnya sedikit aneh dari biasanya.
"Maap ya Ri, kita udah neken lo terlalu jauh, apa lo nggak tidur semalem? kantung mata lo keliatan banget" ucap Raka yang membuat Mita dan Seli memperhatikan kantung mata Ria yang memang terlihat agak gelap.
"Wah… iya ya, lo beneran nggak tidur Ria semalem?" tanya Mita yang menyadari hal itu.
Ria pun benar-benar dibuat kaget dengan Raka yang begitu teliti memperhatikannya, ia tidak pernah sadar kalau Raka memang selalu perhatian dengannya, tanpa Ria sadari hal itu justru membuatnya bisa mengetahui apakah Ria tengah jujur atau bohong. Semakin Ria mengelak pun Raka tetap tahu apa yang Ria pikirkan, kali ini ia benar-benar dipojokan.
"Sebenarnya gue udah sadar sih pas pertama kali ketemu sama Kevin kemarin sama lo, selain lo gue juga udah temenan sama Kevin sejak sd kali, jadi gue cukup tau gimana Kevin tiap kali ketemu" ucap Raka kali ini ke topik pembicaraan.
"Dan lo juga sadar itu kan Ria, makanya lo nggak mau kita ketemu sama Kevin, lo itu orang yang nggak bisa bohong sama temen sendiri, gue sedikit seneng sih lo nggak bisa bohong sama kita, tapi lo juga nggak bisa nanggung semuanya sendirian gitu aja"
"Bukannya kita semua temen Ri? dan temen itu ada buat berbagi suka dan duka kan? lo sendiri yang bilang kalo ada masalah kita selesain bareng-bareng, tapi kadang orang yang bilang itu lebih dulu itu adalah orang yang pertama kali nyembunyiin masalahnya sendiri"
Mita dan Seli yang baru menyadari hal itu pun menatap Ria yang tengah menunduk dalam.
"Ria…?"
"Maap..."
***