Kiara terpaksa menikahi Orion karena satu tujuan yaitu untuk balas dendam. Dirinya merasa dipermainkan oleh Leonard Arven Hadinata, anak sulung sebuah keluarga konglomerat Hadinata. Kiara dan Leo sudah menjalin hubungan cukup lama dan dijanjikan akan dinikahi suatu hari nanti. Namun sang pria justru menghilang tanpa satu alasan. Kiara hingga merasa sedih dan kecewa.
Kiara melakukan sebuah pernikahan kontrak dengan Orion Alaric Hadinata, sang putra tidak sah alias anak haram Hadinata. Dari Aditya Pramana Hadinata, sang kepala keluarga dengan seorang wanita yang tak diketahui siapapun. Sekaligus adik tiri dari sang putra sah yaitu Leonard.
Orion menyetujui pernikahan itu karena ia juga ingin menghancurkan keluarga yang selama ini merawatnya dari kecil. Juga untuk mencari tau dimana keberadaan ibu kandungnya sekarang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NABABY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persoalan hati
"Kau bilang ingin memberitahu sesuatu. Apa itu?" Suara datar Aditya memecah keheningan.
Orion mengangguk, ia berjalan maju dengan sorot mata penuh keyakinan.
"Ini soal kakak, ayah." Mulai Orion.
Alis Aditya terangkat. Ia mulai melihat pada putra bungsunya dan mulai meletakkan dokumen yang ia bawa keatas meja.
"Kenapa dengan dia?" Tanya Aditya penasaran.
"Kemarin kakak mengajak Kiara makan siang bersama. Lalu saat malam, kakak juga menghampiri Kiara dan memaksa Kiara agar ikut dengannya." Jelas Orion. Nadanya terdengar ada kemarahan meski tak terlalu jelas.
Aditya mengangguk. Kini dirinya memusatkan perhatiannya penuh pada Orion.
"Kiara sekarang istri saya. Tolong ayah buat kakak untuk jangan mengganggu kehidupan rumah tangga saya." Orion memohon dengan sopan.
Aditya menghela nafas. Dia tau ini akan terjadi. Menikahkan Kiara dengan anak bungsunya memang tidak pernah masuk dalam daftar rencananya untuk memisahkan mereka berdua. Namun saat Orion tiba-tiba datang mengatakan dia akan menikah sungguh membuatnya sangat terkejut. Anak dari Kirana, satu-satunya wanita yang dia cintai memilih seorang wanita untuk menjadi istrinya.
"Baiklah, aku akan memberitahu Leo atas ketidaknyamananmu ini." Balas Aditya datar.
"Terima kasih. Oh iya, ayah. Kenapa ayah menaruh kakak di kantor cabang tidak pusat?"
Aditya mendongak, melihat wajah Orion dengan penuh tanya.
"Aku sudah mengalah karena kak Leo tak suka aku bekerja di gedung ini. Dengan berat hati aku pindah ke kantor cabang sesuai arahan ayah. Lalu kenapa ayah membiarkan kakak pergi ke kantor cabang? Apa ayah berniat memecatku secara perlahan?" Jelas Orion.
Alis Aditya terangkat saat mendengar kalimat terakhir itu. Memecat? Tak terbesit dipikirannya ia akan memecat putranya itu.
"Apa maksudmu bicara seperti itu?" Nada Aditya meninggi seakan tak percaya dengan apa yang barusan dia dengar.
"Kak Leo selalu memberiku banyak pekerjaan. Bahkan diluar jobdesk. Lalu rabu nanti aku juga harus pergi dinas keluar kota. Aku tidak mengeluh dengan pekerjaan ini, tapi setidaknya bilang pada kakak jangan terlalu semena-mena."
Aditya menghela nafas. Dia menempatkan Leo di kantor cabang agar belajar menjadi CEO yang mumpuni sebelum akhirnya ia pindah ke kantor pusat yang pekerjaannya makin kompleks. Namun saat mendengarkan penjelasan Orion, dia sadar. Leo memang sejak dulu membenci Orion. Dia selalu menuruti kemauan Leo tanpa memperdulikan perasaan Orion. Sejak kecil, Aditya memang selalu disibukkan dengan pekerjaan hingga ia lupa bagaimana tumbuh kembang Orion. Bagaimana perasaannya saat dibawa ke kediaman utama. Apakah ada yang mengganggunya?
Orion juga tak pernah membantah atau mengeluh dengan apa yang Aditya beri padanya. Tapi saat ini, pertama kali Aditya mendengar Orion mengajukan keberatan.
"Jadi mau kamu bagaimana?"
"Tidak ada. Saya hanya ingin melihat Kiara bahagia."
Aditya terdiam. Orion memang sangat mencintai istrinya, begitulah pikir Aditya saat ini. Aditya mengangguk.
"Baiklah, aku paham maksudmu."
"Terima kasih, ayah." Orion menunduk sejenak.
"Kau ingin minum teh dulu? Setidaknya ceritakan padaku tentang pernikahan kalian." Tawar Aditya.
"Maaf, saya harus segera pergi. Kiara sedang sakit sekarang. Jadi saya harus berada disampingnya."
Aditya tersenyum. Sekelebat ia teringat Kirana yang selalu berada disampingnya saat dirinya sakit.
"Baiklah, semoga istrimu cepat sembuh."
Orion menunduk kembali lalu berbalik dan keluar dari ruangan tersebut.
Orion berjalan menuju lift, namun saat pintu lift terbuka, Orion berpapasan dengan Leo. Kedua mata itu bertemu. Beberapa detik mereka saling pandang sebelum Orion menunduk memberi hormat saat Leo mulai beranjak keluar.
"Kenapa kau ada disini?" Leo langsung mencecar Orion dengan pertanyaan.
"Saya ada perlu dengan ayah. Anda tak perlu khawatir. Saya sudah akan pergi sekarang." Orion langsung masuk dan memencet tombol lift.
Sekali lagi pandangan mereka bertemu. Leo melihatnya tajam, Orion tau kakaknya akan sangat marah jika ia menginjakkan kakinya pada gedung ini. Namun dia tak mau memikirkannya berlarut-larut, karena urusannya di kantor utama sudah selesai.
Leo berbalik cepat, jalannya tegas menuju ruangan presdir.
"Apa yang dia inginkan dari ayah sekarang? Pria licik itu pasti habis merayu ayah!" Leo berjalan lebih cepat.
......................
Pintu kembali terbuka. Orion dengan santai masuk ke rumahnya. Ia melihat Kiara tengah tertidur di sofa ruang tamu. Perlahan Orion berjalan menujunya lalu mencoba membangunkan Kiara.
"Kiara?" Suaranya lirih, sebisa mungkin dia tak mau mengejutkan gadis itu.
"Kau sudah pulang?" Suara Kiara parau. Perlahan dia bangun dan duduk.
Orion memegang dahi Kiara mencoba merasakan apakah demamnya sudah turun atau belum.
"Kamu kenapa tidur disini?"
"Aku nungguin kamu."
Mendengar jawaban Kiara yang begitu polos, Orion tersenyum, lalu mengelus tangan Kiara lembut.
"Tapi kamu masih sakit. Kita pindah ke kamar ya." Ajak Orion mencoba membantu Kiara berdiri.
Kiara mengangguk. Dia perlahan berdiri, lalu berjalan menuju kamar utama yaitu kamar Kiara. Orion menyelimuti Kiara. Sedangkan sang wanita masih mengamati suami yang masih setia menemaninya.
"Tidurlah. Aku akan menunggumu disini." Belaian tangan Orion terasa sangat nyaman. Membuat Kiara merasa aman dan kembali tertidur.
Tak perlu waktu yang lama untuk Kiara bisa tertidur kembali. Orion masih duduk ditepi ranjang besar itu. Matanya melihat wajah Kiara yang sudah terlelap. Entah mengapa hatinya terasa sesak saat melihat kondisi Kiara seperti ini.
"Kamu hanya pion, tapi kenapa aku melakukan hal yang sebaliknya?" Ujar Orion dalam hati.
Orion tak pernah merasa sekhawatir ini melihat sang istri kontrak demam. Orion tau pernikahan ini bukan atas landasan cinta. Dia juga tidak tau entah sejak kapan rasa aneh yang terus dirinya rasa bersemayam dalam dada. Dia tak mau melepas Kiara, dia tak tega jika harus menjadikannya pion untuk menghancurkan Hadinata.
Mengingat Leo mencoba membawa Kiara saja membuatnya kembali geram. Dia tak mungkin cemburu kan? Dia tidak mungkin mulai menyukai gadis ini kan? Tapi, setiap kali melihat Kiara, dirinya merasa bahagia. Orion mengusap wajahnya frustasi. Ini bukan cinta, sanggahnya. Ya, dia meyakinkan dirinya sendiri jika itu bukan cinta. Kekhawatiran ini, kemarahan semalam, kebahagian setiap harinya itu tak lebih karena mereka sama. Orion meyakinkan dirinya jika apa yang dia rasa bukan cinta. Melainkan empati antara anak haram dengan anak haram lainnya.
Orion perlahan bangkit, ia keluar dari kamar Kiara berusaha menjernihkan pikiran. Kerena semakin lama dia disamping Kiara, hatinya terasa kacau. Ia menutup pintu kamar Kiara pelan agar tak membuatnya terbangun.
"Sial, sial, sial!" Orion terus bergumam sepanjang lorong menuju kamarnya.