🌹Luke Tobias Russel & Rara Kanazawa🌹
Luke diharuskan untuk menikahi wanita yang tidak dia cintai oleh kakeknya. Keadaan bertambah rumit ketika Rara ikut masuk ke dalam hubungan Luke dan Medina. Dan semua itu kesalahan Luke.
Apa yang terjadi? Kenapa pembantu dari calon istrinya terlibat dalam kehidupan Luke yang sempurna?
P.S : Ini adalah buku ketiga dari serries persahabatan David - Sebastian - Luke.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penolong
Maaf kmaren salah chapter, baca yng sebelumna nya ya. maafin emak🥰😭
🌹JANGAN LUPA KASIH EMAK VOTE SEBELUM MEMBACA YA, ULASAN BAGUS SAMA KOMENTAR MEMBANGUN. AJAK YANG LAIN JUGA BUAT BACA INI.🌹
🌹EMAK SAYANG KALIAN, SELAMAT MEMBACA.🌹
🌹JANGAN LUPA DIFOLLOW IGEH EMAK DI : @REDLILY123.🌹
Lily membawa Rara ke tempat yang lebih sepi untuk berbicara, di sana mereka terhalang pagar tanaman sehingga tersembunyi dari pesta. Lily membawa Rara duduk di bangku yang ada di bawah pohon besar, mereka benar benar tersembunyi di sana.
“Rara, kau tidak bekerja lagi pada Medina?”
Rara menggeleng, kemudian tatapan Lily terpaku pada perut Rara yang membesar. Dia tidak menduga itu. Apalagi melihat Rara yang membawa dua tas besar, terlihat jelas kalau Rara tidak punya tempat tujuan.
“Kau tinggal dimana sekarang?”
Rara kembali menggeleng.
“Astaga, Rara. Dimana suamimu? Atau pacarmu?”
Rara kembali terdiam, matanya berlinang apalagi saat dia mendengar suara music dari pesta itu.
“Rara, katakan padakku. Kau seorang diri?”
Rara sudah tahu bagaimana baiknya Lily, jadi dia tidak bisa menahan air matanya. Membuat Lily mengusap punggungnya. “Hei, tenanglah. Tidak apa, kau bisa ceritakan semuanya padakku. “
“Aku tidak punya tempat tinggal,” ucap Rara pada akhirnya mengeluarkan suara.
“Ya Tuhan, dan pria yang menghamilimu?”
Rara menggeleng, membuat Lily bingung kemanakan pria itu. “Apa dia mati?”
“Dia masih hidup?”
“Apa dia tidak bertanggung jawab?”
“Dia tidak tahu aku hamil,” ucap Rara menyeka air matanya. “Dia memperk🌹saku.”
Saat itulah mata Lily terbelalak kaget, dia tertawa tidak percaya. “Dimana pria itu? Katakana padaku. Apa Medina tahu tentang hal ini? Apa karena kau hamil jadi kau diusir?”
Rara menarik napasnya dalam kemudian mengatakan, “Luke yang melakukannya.”
“Apa?” Lily terkejut bukan main.
Dia tidak percaya Luke bisa melakukan hal sejahat ini, tapi dia lebih tidak percaya jika Rara berbohong.
“Luke yang melakukannya?”
Rara mengangguk dan menyeka air matanya. “Dia melakukannya saat mabuk, lalu Medina datang dan mengusirku.”
“Jadi…. Mereka tidak tahu?”
Rara mengangguk. “Dan tolong biarkan selamanya seperti itu. Aku tidak keberatan membesarkannya seorang diri, anak ini berharga untukku. Ini kehidupanku yang baru.”
“Tapi…. Aku yakin Luke akan bertanggung jawab, dia pria yang sangat baik dan penyayang.”
Rara menggeleng kuat, dia menggenggam tangan Lily. “Jangan katakan apa pun padanya. Aku mohon.”
Mata Rara bersungguh sungguh, dia terlihat sangat ketakutan.
Membuat Lily mengangguk, dia tahu bagaimana rasanya ingin melindungi bayi yang ada dalam kandungan.
“Tapi tolong terima ini, kau dan bayimu harus punya tempat untuk berlindung.”
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Pesta pertunangan telah berakhir, kini mereka sedang mengadakan makan malam untuk tamu intinya saja. seperti Sebastian dan Nana, David dan Lily, Kakek Nobles, juga Luke dan Medina.
“Sayang sekali Oma tidak bisa ikut,” ucap Sebastian. “Dia pasti akan memberikan banyak ceramah pada Luke.”
“Ya, aku sangat merindukannya,” ucap Luke.
“Kalian bisa berbulan madu ke sana sambil menengoknya,” saran Kakek Nobles yang membuat Medina tersenyam senyum sendiri.
Dan Luke hanya membalas dengan senyuman tipis, yang mana membuat makan malam semakin sepi.
Sebastian dan David melihatnya, bagaimana tatapan hangat Luke perlahan menghilang dan digantikan dengan tatapan dingin. Luke seperti ini karena mencoba bertahan dalam posisi yang menurutnya menyebalkan.
Bahkan setelah makan malam selesai dan saatnya hidangan penutup, Luke memilih tidak bergabung dan menghirup udara segar di balkon gedung itu.
David mengikuti Luke berjalan ke sana.
“Ada apa denganmu? Tidak biasanya seperti ini?”
“Entahlah,” ucap Luke sambil menggelengkan kepalanya. “Aku mudah marah akhir akhir ini, mood ku naik turun.”
“Seperti istriku yang sedang hamil?” tanya David mencoba membuka lelucon.
Luke hanya membalasnya dengan kekehan saja.
“Tapi, Luke. Aku melihat Medina hanya berakting saja, aku yakin dia akan kembali pada dunia permodelan setelah menikah denganmu.”
“Aku tahu itu,” ucap Luke mengeluarkan rokok elektronik dari dalam sakunya.
“Sejak kapan kau merokok?”
Luke mengedikan bahunya. “Tidak ada yang abadi di dunia ini, termasuk kebaikan.”
“Luke kau benar benar seperti Lily yang sedang hamil.”
Luke menoleh kea rah belakang dimana beberapa orang sedang bercanda sambil memakan makanan penutup. “Aku butuh alasan kuat untuk melawan kakekku, sesustu yang benar benar…..”
“Orang yang kau cintai bisa menjadi alasan penguat, kau punya wanita simpanan?”
Luke memukul perut David. “Aku tidak punya.”
“Maka dari itu cari wanita yang bisa membuatmu tenang, bahagia dan juga membuat hatimu menghangat. Alasan itu lebih dari cukup.”
“Hatiku rasanya mati rasa untuk mencintai kembali.”
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Sekarang Rara sudah punya tempat untuk ditinggali, Lily memberikannya uang dan beberapa perhiasan miliknya agar Rara bisa hidup dengan tercukupi. Dan Rara bersyukur akan hal itu.
Dia akan menyewa sebuah kamar yang bangunannya menyatu dengan toko barang antic. Di lantai dua terdapat beberapa kamar untuk disewakan.
“Dan ini kamar yang paling murah, tapi agak berisik karena dekat dengan tangga.”
“Tidak apa apa, aku mengambil yang ini,” ucap Rara.
Tangga itu tidak terhubung ke dalam toko, melainkan berada di luar yang ditutupi dengan gerbang besi yang tidak pernah dikunci.
“Bolehkah jika aku membawa alat memasak nasi?”
“Ya, tapi kau harus menambah untuk biaya listrik.”
“Tidak masalah,” ucap Rara.
“Dan jangan menuruni tangga ke tokoku selain ada hal penting. Paham?”
“Aku paham,” ucap Rara dan masuk ke dalam kamar yang tidak jauh beda dari kamar motel itu. Hanya saja di sini tidak ada televisi.
Tempat ini berada di kawasan kumuh, jadi harganya lumayan miring.
Rara menutup pintunya dan mulai membaringkan diri, dia mengusap perutnya penuh kasih sayang.
“Kita beruntung, ada bidadari yang menolong.”
🌹🌹🌹🌹🌹
TO BE CONTINUE