Zhiyuan, menantu keluarga Liu yang dulu dicap tak berguna dan hanya membawa aib, pernah dipenjara tiga tahun atas tuduhan yang tidak pernah ia lakukan. Selama itu, dunia menganggapnya sampah yang layak dilupakan. Namun, ketika ia kembali, yang pulang bukanlah pria lemah yang dulu diinjak-injak. Di balik langkahnya yang tenang tersembunyi kekuatan, rahasia, dan tekad yang mampu mengguncang keluarga Liu—dan seluruh kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21 Pijatan hangat
Selesai makan malam, Zhiyuan berdiri lama di depan cermin kamar mandi. Uap tipis dari air hangat memenuhi ruang itu, menciptakan lapisan kabut di permukaan kaca.
Dari saku dalamnya, ia mengeluarkan sebuah pil berwarna hitam kehijauan—Pil Tempering Meridien.
Ia menatapnya dalam diam. Permukaan pil itu berkilat samar, seolah menyimpan bara dan es sekaligus.
Long Tian pernah memperingatkannya dengan wajah serius:
“Pill ini tak boleh kau telan sembarangan. Tubuhmu harus direndam dan dipadatkan dengan ramuan penguat dulu. Jika tidak… meridianmu bisa pecah, tulangmu meledak, dan kau akan lumpuh seumur hidup.”
Zhiyuan mengingat kata-kata itu. Jantungnya berdetak cepat. Untuk orang biasa, risiko ini gila.
Ia belum merendam tubuhnya dalam ramuan penguat seharian penuh. Hanya beberapa kali mandi herbal seadanya—jauh dari yang disarankan.
Jari-jarinya sedikit bergetar saat menggenggam pil itu.
“Benarkah aku sudah siap?” batinnya meragukan diri. “Aku bahkan belum punya jaminan tubuhku sanggup menahan dampaknya.”
Ia terdiam beberapa detik yang terasa panjang. Namun, sebuah kilas balik melintas—wajah Liu Yuxin yang tertawa kecil di pangkuannya, gedung Vanguard Security yang harus ia pertahankan dengan susah payah, semua hinaan yang ia terima selama ini.
"Hidupku sudah penuh dengan pertaruhan… pekerjaan, harga diri, bahkan keselamatan." Zhiyuan menguatkan genggamannya. "Jika aku terus takut, aku tak akan pernah bisa melindungi orang-orang yang kusayangi."
Ia menghela napas panjang. Matanya menajam, memantulkan keteguhan yang jarang terlihat.
Tanpa memberi dirinya kesempatan mundur, ia meletakkan pil itu di lidahnya lalu mendongakkan kepala. Pil meluncur ke tenggorokan, meninggalkan sensasi getir yang aneh.
Sesaat hening.
Lalu—BOOM!
Gelombang panas meledak dari dalam tubuhnya, brutal, seperti api cair yang menyusuri meridian satu per satu. Zhiyuan terhuyung, wajahnya memerah hebat.
“Panas… sekali…” suaranya pecah, napasnya berat. Ia buru-buru memutar keran air dingin, membiarkan air mengguyur tubuhnya.
Namun panas itu tak kunjung padam—malah makin menggila, membuat uap tebal mengepul memenuhi kamar mandi.
Sekejap kemudian, keajaiban aneh terjadi.
Tubuhnya yang seperti terbakar mendadak dilanda hawa beku yang menggigit tulang. Uap panas berbalik jadi kabut es, menggumpal lalu luruh seperti butiran salju tipis yang berderak di lantai.
Air pancuran yang menimpa bahunya langsung membeku menjadi lapisan es tipis.
“Kenapa tiba-tiba dingin…?” giginya bergemeletuk hebat. Setiap urat terasa seperti disayat, seolah tubuhnya dipaksa mati sekaligus dibakar dan dibekukan.
Zhiyuan merosot ke lantai, tapi ia menggigit lidah, memaksa dirinya tetap sadar. 'Aku sudah memilih jalan ini. Jangan berhenti sekarang!'
Tak ada lagi waktu, tak ada jalan mundur. Panas dan dingin saling bertabrakan di dalam tubuhnya, membuat ototnya kaku, kulitnya pucat, namun sekaligus merah di beberapa titik.
Entah berapa lama ia bergulat antara sadar dan pingsan. Hingga tiba-tiba… sesuatu meledak dari dalam—bukan rasa sakit, melainkan kelegaan.
Kraakk…
Suara es yang menempel di kulit retak dan rontok, mencair jadi uap hangat yang melayang perlahan. Tubuhnya kini terasa ringan, seolah semua beban terangkat.
Zhiyuan membuka mata, napasnya tenang tapi dalam. Sebuah energi asing—namun terasa akrab—mengalir di dalam meridiannya. Hangat, stabil, penuh kehidupan.
Ia menatap telapak tangannya sendiri. Ada getaran halus di sana, kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
“Ini… Qi…” ucapnya lirih, hampir tidak percaya.
Senyum perlahan merekah di wajahnya. Untuk pertama kalinya, ia merasakan batas manusia biasa telah dilampaui.
Ia—Zhiyuan—telah melangkah masuk ke dunia kultivasi. Tahap Qi Refining.
...
Setelah mandi, suasana hati Zhiyuan sedang bagus. Ia bersenandung kecil sepanjang jalan, namun langkahnya terhenti saat melewati kamarnya.
"Istriku, kau terlihat lelah..."
Liu Yuxin baru saja selesai mandi. Hanya mengenakan gaun sutra putih tipis yang memperlihatkan bahunya, ia duduk di tepi ranjang sambil mengeringkan rambut basah dengan satu tangan.
Matanya setengah terbuka, wajahnya tampak lelah, seolah bisa terlelap kapan saja.
Mendengar suara Zhiyuan, Liu Yuxin menoleh dengan pandangan kosong. Begitu menatapnya, wajah cantiknya dipenuhi keletihan. Hati Zhiyuan langsung tercekat melihatnya.
"Biarkan aku memijatmu. Kau pasti lelah, kan?"
Meski tak paham teknik pijat, Zhiyuan kini seorang Martial Cultivator. Sentuhan yang dibarengi aliran energi roh jelas lebih mujarab daripada pijat biasa.
"Pijat...?" Liu Yuxin tercekat. Pipinya memerah merona. Seorang pria dan wanita, sendirian dalam satu kamar... lalu membicarakan soal pijat?
Kelelahan di wajahnya langsung sirna, digantikan oleh gejolak jantung yang tak karuan. Ia gagap, "T-tidak usah..."
Melihat raut malu Liu Yuxin yang seolah menolak namun ragu, Zhiyuan langsung memahami apa yang melintas di benaknya.
Di lubuk hati, tentu ada sedikit harapan liar, tapi ia tahu: hubungan yang dibangun setahap demi setahap justru akan berbuah lebih manis kelak.
Namun, tatapan Liu Yuxin yang seperti menjadikannya serigala berbulu domba itu hanya bisa dibalasnya dengan senyum getar.
"Tenang saja. Aku benar-benar hanya ingin memijatmu. Aku tidak akan berbuat macam-macam kalau kau tidak mengizinkannya."
Zhiyuan meyakinkan dengan suara yang dalam dan menenangkan. Akhirnya, Liu Yuxin pun luluh. Bagaimanapun juga, selama ini Zhiyuan selalu menghormatinya.
Bahkan ketika mereka menginap sekamar di hotel, ia tak pernah melangkahi batas. Hal itu sedikit banyak memberinya rasa aman.
Bola mata Zhiyuan tanpa sadar terpikat pada pemandangan di depannya. Di balik bahan tidur sutra tipis berwarna gading itu, lekuk tubuh Liu Yuxin terlihat samar namun elegan. Siluet pinggangnya yang ramping membuatnya hampir tersihir.
Dengan ujung jari yang menghangat, ia mulai menekan perlahan pundak Liu Yuxin yang agak kaku. Gerakannya berirama, dari pundak yang lentik secara bertahap merambat ke pinggang rambutnya yang menggoda.
Setiap tekanan terasa tepat pada titik yang tepat, kekuatannya terasa namun tidak menyakitkan, seolah mengerti di mana letak kepenatan yang bersemayam.
Liu Yuxin awalnya masih tegang, tetapi perlahan-lahan mulai menyerah pada kepiawaian tangan Zhiyuan.
Dari celah bibirnya yang kemerahan sesekali terdengar erangan lembut yang tak tertahankan, "Hmm..." Suara itu ringan dan mendalam, menggoda telinga tanpa disadari.
Sensasi kehangatan merambat seperti aliran sungai hangat, menyapu semua pegal dan lelah. Di bawah sentuhan terampil Zhiyuan, seluruh tubuhnya serasa meleleh, tenggelam dalam buaian kenikmatan yang tak pernah dialaminya sebelumnya.
Tak lama kemudian, napasnya menjadi teratur dan dalam, ia terlelap dalam damai.
Melihat istrinya yang sudah tertidur pulas dengan wajah masih dipenuhi warna merah akibat rileks, Zhiyuan hanya bisa tersenyum kecut.
Rencana liciknya untuk mencuri sedikit keuntungan di malam ini akhirnya kandas. Namun, melihat ketenangan di wajah Liu Yuxin, hatinya justru dipenuhi rasa sayang yang lembut.
Dengan hati-hati ia membenahi selimutnya, lalu merebahkan diri di sampingnya.