Ben Wang hidup kembali setelah kematian tragis yang membuka matanya pada kebenaran pahit—kekasihnya adalah pengkhianat, sementara Moon Lee, gadis sederhana yang selalu ia abaikan, ternyata cinta sejati yang tulus mendukungnya.
Diberi kesempatan kedua, Ben bertekad melindungi Moon dari takdir kelam, membalas dendam pada sang pengkhianat, dan kali ini… mencintai Moon dengan sepenuh hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Ben, apakah kalian bertengkar? Pasangan yang bertengkar adalah hal wajar," tanya Joe.
"Paman, Bibi, masih banyak yang belum kalian ketahui. Putri angkat yang kalian besarkan selama ini memasang topeng, sehingga tidak ada yang menyadari siapa dia sebenarnya. Aku juga pernah mati sekali, namun Tuhan memberiku kesempatan. Oleh karena itu, aku tidak ingin salah langkah lagi. Suatu hari aku akan membuktikan bahwa dia bukan Viona yang baik hati seperti yang kalian kira," jawab Ben.
"Putri angkat? Ben, bagaimana kau bisa tahu kalau Viona bukan putri kandung kami?" tanya Steven dengan wajah tegang.
"Paman, Bibi, kalian sedang mencari putri kandung, bukan? Sebelum menemukannya, lebih baik urus dulu masalah Viona. Kalau tidak, putri kandung kalian akan terlibat masalah dan menjadi korbannya," jawab Ben yang kemudian bangkit dari kursinya.
"Ben?" seru Steven menahan langkahnya.
"Satu hal lagi, Viona sering mengancam Moon Lee dengan menggunakan neneknya. Demi biaya pengobatan dan takut dipecat olehku, Moon Lee hanya bisa mengikuti perintah Viona untuk menemani klien minum alkohol, padahal ia menderita sakit lambung kronis. Nyawanya bisa terancam jika terlalu sering menyentuh alkohol. Viona tahu kondisi kesehatan Moon yang lemah, namun dia sengaja ingin membunuhnya perlahan. Aku menyesal karena dulu terlalu percaya pada Viona dan tidak tahu apa yang terjadi pada Moon. Kali ini, aku ingin menghargai kesempatan hidup yang Tuhan berikan padaku," ungkap Ben, kemudian melangkah pergi meninggalkan mereka.
Steven dan Joe saling berpandangan dengan ekspresi penuh tanya.
"Apakah yang dikatakan Ben benar? Kalau Viona bersikap sekejam itu?" tanya Joe pada suaminya dengan suara gemetar.
"Ben bukan tipe orang yang suka berbohong. Sepertinya ada sesuatu yang selama ini kita lewatkan. Viona harus kita selidiki. Kita perlu tahu apa saja yang dia lakukan di luar sana," jawab Steven tegas.
Di sisi lain, Moon yang baru pulang berjalan menuju gedung apartemen. Namun sebelum ia sempat melangkah masuk, tiba-tiba sebuah van hitam berhenti di depannya. Seorang pria turun cepat dari mobil dan menarik Moon ke dalam kendaraan itu dengan paksa.
"Siapa kalian?" tanya Moon yang diam-diam mengeluarkan ponselnya dari saku celana belakangnya.
Pria yang menahannya duduk di samping dan berkata, "Diam dan jangan melawan!"
Tangan Moon di belakang menekan tombol angka 1 darurat. Tanpa ia sadari, nomor tersebut terhubung ke Ben. Panggilan pun tersambung.
"Kalian ingin membawaku ke mana?" tanya Moon yang berusaha tenang.
Di tempat lain, Ben menjawab panggilan dari Moon. Ia mendengar suara percakapan antara Moon dan seseorang.
"Moon Lee, kau berani sekali menyinggung Nona Lu. Jadi malam ini kau harus menebus kesalahanmu!" suara pria itu terdengar jelas.
Ben langsung menginjak rem mendadak.
"Viona Lu? Dia yang mengutus kalian menculikku?" tanya Moon.
"Kau hanya perlu menemani seorang pria. Asalkan Nona Lu mendapatkan proyek itu untuk pacarnya, maka kau akan dilepaskan," jawab pria itu.
"Viona sudah dipecat. Dia bukan manajer Blue Star lagi," kata Moon.
"Lalu kenapa? Klien yang dia temui mengenalnya. Sebagai ganti, Nona harus mencari seorang gadis perawan untuknya. Dan klien itu akan bekerja sama dengan Blue Star," jawab pria itu.
"Di mana pertemuannya?" tanya Moon.
"Restoran seberang hotel bintang tujuh," jawab pria itu.
"Sialan!" gumam Ben yang langsung menekan pedal gas dengan wajah kesal.
Ia kemudian menekan nomor tujuan lain pada ponselnya — nama kontak itu adalah Steven Lu.
"Hallo, Ben," suara Steven terdengar.
"Paman, kita bertemu di restoran. Ada yang ingin aku tunjukkan pada kalian," jawab Ben dengan nada tegas.
Tidak lama kemudian, van hitam itu tiba di depan restoran. Moon ditarik dengan kasar oleh pria itu, melangkah masuk ke dalam restoran tersebut. Mereka menuju ke ruangan VIP.
Di dalam sana, terlihat Viona dan seorang pria berkacamata sedang duduk bersama.
"Viona Lu, kenapa kau membawaku ke sini?" tanya Moon yang didorong masuk ke dalam. Pria itu kemudian pergi dan menutup pintu kembali.
"Moon Lee, kita bertemu lagi. Kalau proyek ini berhasil, maka hutangmu padaku telah lunas," kata Viona dengan senyum sinis.
"Aku tidak berhutang padamu," jawab Moon.
"Aku hanya bisa mengulur waktu. Semoga saja polisi cepat datang," batin Moon.
"Karena ulahmu, aku dipecat. Ben juga mengabaikanku. Dia tidak ingin menerima panggilanku lagi. Aku bahkan tidak bisa melihatnya. Kalau bukan karena dirimu, apakah aku perlu melakukan hal ini?" ujar Viona dengan nada tinggi.
"Semua itu kesalahanmu. Kau tidak bisa menyalahkanku," jawab Moon tegas.
"Moon Lee? Masih muda dan cantik. Nona Lu, apakah dia masih perawan?" tanya pria itu dengan tatapan licik.
"Tentu! dia masih bersih, Tuan Kang. Malam ini kau bisa menikmatinya sampai puas," jawab Viona dengan senyum sinis.
Pria itu bangkit dan mengambil gelas berisi minuman.
"Moon Lee, habiskan minuman ini!" katanya.
"Aku tidak bisa minum," jawab Moon sambil memundurkan langkahnya.
"Sudah datang ke sini, tentu saja kita harus bersenang-senang," kata pria itu dengan senyum miring, lalu menggenggam lengan gadis itu.
"Tidak mau!" teriak Moon, lalu merebut gelas itu dan menyiramkan isinya ke wajah pria tersebut.
"Moon Lee, kau keterlaluan!" bentak Viona sambil menarik tangan Moon dan mendorongnya ke arah pria itu.
Pria itu memeluk Moon dan menekannya ke meja.
"Berani melawanku? Malam ini aku akan membuatmu tidak bisa turun dari ranjang!" katanya dengan nada mengancam.
"Lepaskan aku!" teriak Moon. Ia meraih botol minuman di meja dan menghantam kepala pria itu.
Brak!
"Aaahh!" jerit pria itu kesakitan.
Saat Moon ingin berlari keluar dari sana, Viona menahannya.
"Jangan berharap kau bisa pergi!" ujar Viona marah.
Moon yang masih memegang sisa pecahan botol langsung mengayunkannya tanpa sadar, melukai wajah wanita itu.
"Aaahh!" teriakan Viona menggema. Wajahnya langsung terluka parah dan mengeluarkan banyak darah.