Mati-matian berusaha dan berakhir gagal membuat Deeva enggan membuka hati, tapi sang ibu malah menjodohkannya tepat dimana perasaannya sedang hancur. Diantara kemalangannya Deeva merasa sedikit beruntung karena ternyata calon suaminya menawarkan kerjasama yang saling menguntungkan.
"Anggap gue kakak dan lo bebas ngelakuin apa pun, sekalipun punya pacar, asal nggak ketahuan keluarga aja. Sebaliknya hal itu juga berlaku buat gue. Gimana adil kan?" Arshaka Rahardian.
"Adil, Kak. Aku setuju, setuju, setuju banget." Deeva Thalita Nabilah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BK
Deeva kembali ke ruang BK setelah Shaka mengejarnya. Susah payah Shaka menahan Deeva yang tengah emosi dan main nyelonong keluar dari ruangan. Kini Deeva duduk di samping Shaka, ia hanya menunduk sambil beberapa kali menghela nafas panjang guna menstabilkan emosinya.
Baru dua hari sekolah di tempat baru tapi dunianya sudah jungkir balik. Di sekolah sebelumnya ia tak pernah terlibat pertengkaran maupun masalah pelanggaran aturan apa pun. Ia adalah sosok panutan dan salah satu siswa kesayangan banyak guru karena selalu memberi contoh baik pada siswa siswi yang lain. Tapi disini, belum seminggu dirinya sudah berulang kali terkena masalah.
‘’Nggak banget gue masuk BK padahal baru 2 hari sekolah. Bener-bener ngerusak harga diri gue.’’ Batin Deeva sembari sesekali melirik ke depan. Aqila yang duduk diseberangnya memberikan tatapan sinis dengan senyum mengejek. Deeva hanya diam dan kembali menunduk seraya menghembuskan nafas panjang.
Di ruangan tersebut tak hanya Shaka, Deeva dan Qila, tapi tentu didampingi oleh wali kelas dan guru BK. Pembahasan masalah belum dimulai karena wali Qila belum datang. Sementara Shaka baru mengisi buku tamu.
‘’Saya mewakili Deeva mohon maaf atas kejadian tidak menyenangkan ini, Bu.’’ Ucap Shaka membuka pembicaraan. Sebenarnya ia pun bingung harus bicara apa. Ini kali pertama ia berperan sebagai wali murid. Saat sekolah dulu pun ia tak pernah merepotkan orang tuanya ke sekolah karena tak pernah membuat masalah apa pun.
Deeva menoleh ka arah Shaka, “aku nggak salah, Kak. Kak Shaka nggak perlu minta maaf.’’
Shaka tak berbicara apa pun, ia hanya mengelus kepala Deeva seraya memberi tersenyum dan itu cukup membuat gadis itu kembali diam.
Setelah wali Aqila datang, guru BK beserta wali kelas mulai menjelaskan permasalah yang terjadi antara kedua siswi tersebut. Hal itu menyita cukup banyak waktu karena Deeva dan Qila yang sama-sama tak mau disalahkan.
‘’Qila yang mulai duluan, Bu. Aku kalo nggak diganggu nggak akan ngeganggu.’’ Ucap Deeva, ‘’Qila mulai duluan, ngunciin aku di toilet.’’ Lanjutnya.
Aqila tak mau kalah, ‘’lo kekunci sendiri di toilet kok nyalahin gue. Emang ada buktinya kalo gue yang ngunciin lo?’’ tatapan Qila penuh ejekan, ‘’nggak ada kan?’’ Qila mengakhirinya dengan senyum sinis.
‘’Kan lo yang ngaku sendiri tadi? Lo bilang gue nyuruh Dewa ngunciin lo di toilet gara-gara kemaren lo ngunciin gue?’’ kini senyum Deeva tak kalah mengejek.
‘’Mana ada! Mana buktinya?’’
“Ya kali gue harus ngerekam omongan tiap orang, Qila. Gila lo yah.’’ Balas Deeva.
“Tuh tuh bu, emang dia yang mulai kan? Buktinya kasar gitu omongannya. Gimana aku nggak kepancing?’’
‘’Sudah-sudah! Ibu tidak mau masalah ini diperpanjang.’’ Bu Lusi selaku guru Bk melerai keduanya. ‘’Sekolah itu seperti rumah kedua dan kita semua keluarga. Layaknya keluarga harus saling menjaga dan menghargai. Qila sebagai siswa lama sekolah ini harusnya menyapa dan menyambut Deeva sebagai anggota keluarga baru di kelas kalian, bukan malah saling ejek sampai ribut di kantin. Begitu pun Deeva sebagai warga baru harus beradaptasi perlahan dan jangan bertidak sesuka hati. Ibu tau sekolah ini dengan sekolah lama kamu pasti jauh berbeda, bukan hanya tempatnya tapi juga lingkungannya. Terutama teman-teman baru yang belum sepenuhnya kamu kenal.’’ Lanjutnya dengan suara lemah lembut yang menenangkan siapa pun yang mendengar.
Tapi sekali lagi bagi Deeva ini tak benar, seolah hanya dirinya yang disalahkan karena kurang beradaptasi hingga menciptkana keributan. ‘’Tapi bu, aku-‘’ belum selesai berucap Shaka sudah menggenggam tangannya erat, seketika Deeva jadi menatap Shaka lantas terdiam.
‘’Sekali lagi saya mewakili Deeva meminta maaf, Bu.’’ Ucap Shaka, ‘’saya akan berusaha mendidik Deeva lebih baik supaya hal ini tidak terulang kembali.’’ Lanjutnya.
Pada akhirnya guru BK dan wali kelas mereka memberikan banyak nasihat dan arahan pada Aqila dan Deeva hingga kedua gadis belia itu mau berjabat tangan dan saling memaafkan.
Entah benar-benar saling bermaafan atau hanya sekedar formalitas di depan guru supaya masalah ini cepat selesai yang jelas pandangan keduanya masih menyiratkan dendam meski saling tersenyum.
Setelah saling bermaafan dan menandatangani lembar penanganan masalah mereka semua diinstruksikan untuk pulang dan merenungi kesalahan yang telah mereka perbuat hari ini.
‘’Gue tunggu di parkiran atau mau gue anterin ke kelas? Takutnya lo rebut lagi sama itu bocah.’’ Tanya Shaka begitu mereka keluar dari ruang BK dan Deeva hendak ke kelas untuk mengambil tas terlebih dahulu sebelum pulang.
“Terserah!” ketus Deeva seraya berjalan mendahului Shaka.
Buru-buru Shaka menyusulnya, “lo marah sama gue?”
“Tau lah.” Lagi-lagi jawabannya begitu jutek, ‘’aku nggak mau ngomong sama Kak Shaka. Percuma ngomong sama orang yang percaya sama omongan aku.’’ Lanjutnya kemudian sedikit berlari meninggalkan Shaka.
‘’Gue tunggu di parkiran.’’ Jawab Shaka sedikit teriak.
‘’Susah banget ngurus bocah satu. Heran gue ada aja gebrakannya.’’ Gerutu Shaka seraya berjalan ke parkiran.
.
.
.
Segini dulu yah, aku ikutan kesel euy😔
aku tunggu like sama komenan kalian🥰🥰
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Aku ya gitu seperti Deeva, malah tahan diem berhari-hari. mending diam, g nguras emosi.