Dikhianati suami dan sahabatnya sendiri, Seraphine Maheswara kehilangan cinta, kepercayaan, bahkan seluruh harta yang ia perjuangkan. Malam itu, ia dijebak dalam kecelakaan maut oleh Darian Wiranata dan Fiora Anindya.
Namun takdir memberinya kesempatan kedua untuk kembali ke masa lalu. Kini, Seraphine bukan lagi wanita naif, melainkan sosok yang siap membalas dendam kepada paraa pengkhianat.
Di tengah jalannya, ia dipertemukan dengan Reindra Wirajaya, CEO muda yang perlahan membuka peluang takdir baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 DUTA KAMPUS
Sorak-sorai mahasiswa semakin riuh. Banner besar bertuliskan Duta Kampus 2015 menggantung megah di belakang panggung. Para kandidat mulai dipanggil satu per satu untuk memperkenalkan diri.
"Baiklah, kita mulai dengan kandidat pertama kita.... Fiora!" seru MC penuh semangat.
Lampu sorot langsung tertuju pada Fiora. Dengan senyum percaya diri, ia melangkah anggun ke panggung. Gaun hitam elegannya berkilau, membuat sebagian penonton berdecak kagum.
"Halo semuanya, nama saya Fiora, mahasiswa Fakultas Ekonomi. Saya percaya bahwa duta kampus adalah wajah dari universitas kita, dan saya ingin membawa nama baik kampus kita ke tingkat yang lebih tinggi" suaranya terdengar mantap, meski matanya sempat melirik tajam ke arah Sera yang duduk di bawah.
"Untung aja gue uda ambil catatan pidato milik Sera"batinnya sambil turun dari atas panggung.
Tepuk tangan para mahasiswa terdengar dilanjutkan sang mc memanggil kandidat lain.
"Terima kasih Fiora. Berikutnya pria yang tertampan se fakultas ekonomi silahkan Darian!" panggil MC.
Sorak sorai langsung pecah. Beberapa mahasiswi menjerit kecil menyebut nama Darian, sementara pria itu berdiri dengan penuh percaya diri. Jas slim fit yang ia kenakan menambah aura sok gantengnya.
Darian melangkah ke panggung, tersenyum manis seolah semua perhatian memang pantas untuknya.
"Halo semuanya, saya Darian dari Fakultas Ekonomi. Bagi saya, duta kampus adalah jembatan antara mahasiswa dan dunia luar. Saya ingin menjadi representasi yang membanggakan bagi kita semua"
Riuh tepuk tangan mengiringinya, meski Sera hanya bisa mendengus kecil.
"Sok ganteng banget iyuhh"batinnya menatap Darian.
Setelah Darian turun sang mc kembali berseru.
"Berikutnya kandidat tercantik se fakultas ekonomi,ia adalah Seraphine"
Fiora merasa tidak suka melihat Sera melangkah menaiki atas panggung.
"Lihat aja nanti Sera"
Sorak sorai langsung memenuhi ruangan. Sera melangkah anggun ke panggung dengan gaun pink pastel yang berkilauan di bawah sorotan lampu. Senyumnya manis, langkahnya penuh percaya diri.
Ia mengambil mikrofon dengan tenang, menatap seisi aula yang kini hening menunggu dirinya untuk berbicara.
"Halo semuanya. Nama saya Sera dari Fakultas Ekonomi. Bagi saya, duta kampus bukan hanya sekadar gelar, tapi sebuah tanggung jawab. Tanggung jawab untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kampus ini bukan hanya tempat menuntut ilmu, tapi juga rumah bagi mimpi, kerja keras, dan persahabatan bagi kita semua"
Suasana ruangan mulai tenang, beberapa mahasiswa tampak tertegun.Sera melanjutkan, suaranya penuh ketegasan namun tetap lembut.
"Duta kampus tidak harus yang paling kaya, paling cantik, atau paling populer. Yang penting adalah hati dan kemauan untuk menginspirasi. Saya ingin membuktikan bahwa siapapun, dengan kerja keras dan keikhlasan, bisa membawa perubahan positif. Dan saya ingin membawa semangat itu untuk kita semua"
Ia menundukkan kepala sedikit lalu tersenyum manis.
"Terima kasih"
Sorak sorai dan tepuk tangan menggema keras, bahkan lebih meriah dibanding saat Fiora dan Darian tampil. Beberapa mahasiswa berteriak nama Sera, membuat wajah Fiora berubah masam.
"Kok dia bisa pidato sebagus itu padahal aku uda ambil pidatonya,IHHHH GERAMNYEEE"
Dari bangku depan, Reindra tersenyum samar, matanya menatap penuh kebanggaan pada Sera yang tampak bersinar di atas panggung.
"Kamu selalu bisaa bersinar Sera" batin Reindra bangga.
Setelah Sera turun,sang mc melanjutkan
"Dan terakhir dari fakultas ekonomi silahkan Reindraaaa untuk maju"
Beberapa mahasiswa mulai berbisik,
"Eh itu siapa sih? Kok ganteng banget, padahal jarang kelihatan. Mana lebih ganteng dari Darian lagi"
Reindra tersenyum tipis, lalu naik ke panggung.
"Halo, nama saya Reindra dari Fakultas Ekonomi. Menurut saya, duta kampus adalah orang yang mampu menjaga kehormatan kampus, bukan hanya dengan penampilan, tapi juga sikap dan tanggung jawab. Semoga saya bisa membuktikan itu"
Tepuk tangan pun bergemuruh, bahkan ada mahasiswa yang berteriak,
"Reindraaaa,minta nomornya bolehh"
Sera tersenyum puas dari bangkunya, sementara Fiora dan Darian terlihat tak suka dengan perhatian besar yang tiba-tiba mengarah ke Reindra.
"Siapa sih dia sekarang deket deket terus sama Sera" Darian berkata sambil melihat Reindra yang duduk di sebelah Sera.
MC pun melanjutkan,
"Baik, sekarang mari kita sambut kandidat dari Fakultas Keguruan Silakan, Rani untuk maju"
Seorang gadis berkacamata dengan wajah manis melangkah ke panggung, mengenakan dress biru muda yang sederhana namun elegan.
"Halo, saya Rani dari Fakultas Keguruan. Saya ingin menjadi duta kampus agar bisa mendorong mahasiswa lebih peduli terhadap pendidikan, baik di dalam maupun luar kampus"
Sorak sorai terdengar, terutama dari teman-teman fakultasnya.
"Terima kasih Rani. Berikutnya kandidat dari Fakultas Keguruan juga, silakan Raka"
Seorang pria tinggi dengan jas abu-abu naik ke panggung, suaranya lantang dan penuh percaya diri.
"Saya Raka dari Fakultas Keguruan. Jika terpilih, saya ingin menjadikan kampus kita lebih ramah dan inklusif untuk semua mahasiswa"
Tepuk tangan bergemuruh lagi.
"Dan terakhir, kandidat dari Fakultas Teknik Silakan beri tepuk tangan untuk Jaiden"
Seorang pria berkumis tipis dengan wajah tegas naik ke panggung. Posturnya tegap seperti mahasiswa yang aktif di organisasi.
"Saya Jaiden dari Fakultas Teknik. Bagi saya, duta kampus harus jadi teladan dalam kerja keras dan disiplin. Semoga saya bisa membawa semangat itu ke semua mahasiswa"
MC tersenyum puas,
"Luar biasa! Delapan kandidat terbaik kita sudah tampil di hadapan kalian semua. Sekarang kita akan masuk ke sesi tanya jawab!"
Sorakan penonton terdengar, menambah suasana tegang di aula.
"Pertama, kami persilakan Fiora"
Fiora berdiri dengan anggun, tersenyum penuh percaya diri. Ia menoleh sekilas ke arah Sera, lalu melangkah ke depan.
Salah satu juri membuka kertas
"Pertanyaan untukmu, Fiora. Menurutmu, apa peran seorang duta kampus dalam menghadapi isu bullying di lingkungan mahasiswa?"
Sera kebingungan fokusnya terus ke arah Sera,untuk meminta jawaban dari pertanyaan itu. Sera yang merasa dirinya dilihat oleh Fiora.
"Pasti dia mau minta contekan"batin Sera lalu berpura pura berkata tetapi dia awur jawabannya.
Dengan panik, Fiora berusaha mencontek gerakan bibir Sera yang sedang berbisik pada dirinya sendiri. Namun sayangnya, Fiora salah menangkap.
“Ehm menurut saya duta kampus itu harus… harus… ya… cantik dan bisa… bisa bikin orang kagum. Kalau ada bullying ya dibiarkan saja, toh nanti hilang sendiri" ucap Fiora terbata-bata.
"Jawaban apa itu aneh sekali"kata salah satu mahasiswa.
Sera menahan tawa melihat Fiora yang sudah kaku di atas panggung.Juri saling berpandangan dengan dahi mengernyit.
"Apakah itu jawaban serius?"tanya juri lain, mencoba menegaskan.
"Ya… ya, itu jawaban saya" Fiora menjawab sok percaya diri, padahal keringat dingin sudah menetes di pelipisnya.
Gelak tawa pun pecah di seluruh aula. Fiora berdiri kaku dengan wajah merah padam, berusaha tetap tersenyum meski jelas sangat malu.
"Sialan Sera"batinnya menatap tajam ke arah Sera.
MC dengan canggung mencoba menengahi,
"Baik, terima kasih Fiora jawaban yang unik"
Lalu, giliran Sera dipanggil.Sera melangkah anggun ke depan, menundukkan kepala sopan ke arah para juri.
"Sera, pertanyaan untukmu" kata juri ketua.
"Bagaimana caranya seorang duta kampus bisa menjadi contoh teladan, bukan hanya di dalam tapi juga di luar lingkungan kampus?"
Sera menarik napas tenang, lalu mulai berbicara dengan suara jelas dan penuh keyakinan.
"Menurut saya, seorang duta kampus bukan hanya sekadar simbol atau wajah dari universitas. Ia harus punya integritas, empati, dan kepedulian. Di dalam kampus, ia bisa menjadi penghubung antara mahasiswa dan pihak akademik, menyuarakan aspirasi teman-temannya. Sedangkan di luar kampus, ia harus mampu membawa nama baik almamater, menunjukkan bahwa mahasiswa di sini punya kualitas, sikap, dan jiwa kepemimpinan yang baik"
Suasana aula mendadak berubah hening, semua mata tertuju pada Sera yang bicara dengan penuh karisma. Bahkan sebagian mahasiswa mulai bertepuk tangan kagum sebelum juri selesai mencatat.
"Gila dia udah cantik pinter lagi,pantes bisa sama Darian" bisik bisik salah satu mahasiswa.
"Terima kasih, jawaban yang sangat bagus"ujar salah satu juri sambil tersenyum puas.
Sera tersenyum kecil, lalu kembali duduk di samping Reindra.
"Kamu keren sekali Sera"
Setelah Sera kembali ke tempat duduk, suasana aula masih dipenuhi tepuk tangan kagum. MC lalu memanggil nama berikutnya.
"Baik, selanjutnya kami persilakan Darian"
Darian melangkah penuh percaya diri. Ia sempat melirik ke arah Sera, berharap bisa melihat kode jawaban seperti biasanya. Namun Sera hanya duduk tenang dengan wajah datar, seakan tidak peduli. Darian sedikit panik, tapi tetap berdiri di depan juri.
"Enak saja mau minta jawaban,dulu kamu menang juga karena usahaku" batinya malas menatap ke arah Darian.
Seorang juri bertanya,
"Darian, menurutmu, apa langkah yang bisa dilakukan seorang mahasiswa untuk meningkatkan citra kampus di mata masyarakat?"
Darian tersenyum kaku. Dalam kepalanya, tidak ada jawaban pasti. Ia hanya mengarang sebisanya.
“Ehm… citra kampus bisa ditingkatkan dengan ya… memakai pakaian bagus, terlihat kaya, dan selalu jalan-jalan ke mall biar orang tahu mahasiswa sini itu keren. Kalau soal akademik ya nanti aja dipikirkan belakangan, yang penting gaya dulu. Lagipula akademik ga bakal dilihat kalau kita jalan jalan"
Suasana aula langsung riuh dengan bisik-bisik. Beberapa mahasiswa tertawa kecil, sebagian lain berdecak heran. Juri hanya bisa saling pandang, menuliskan catatan dengan wajah dingin.
"Muka doang ganteng otaknya kosong"teriak salah satu mahasiswa,lalu disambut gelak tawa.
"Baik, terima kasih Darian" ujar MC dengan nada menahan canggung,
"Selanjutnya kita panggil kandidat terakhir dari Fakultas Ekonomi Reindra"
Tepuk tangan langsung membahana. Beberapa mahasiswa putri bahkan bersorak begitu nama Reindra dipanggil.
"Yaa ampun gagah sekali"
"Reindraa call me dong"
Reindra berdiri dengan tenang, melangkah penuh wibawa ke depan. Rambutnya yang sedikit berantakan justru menambah pesonanya. Ia menoleh sekilas ke arah Sera, lalu tersenyum kecil sebelum menghadapi juri.
Seorang juri memberikan pertanyaan,
"Reindra, apa arti kepemimpinan menurutmu, dan bagaimana kamu akan mempraktikkannya jika terpilih sebagai duta kampus?"
Reindra menatap lurus ke arah juri dengan tatapan tajam namun tenang. Suaranya mantap, jelas, dan penuh keyakinan.
"Menurut saya, kepemimpinan bukan soal siapa yang paling berkuasa, tapi siapa yang paling mau melayani. Seorang pemimpin sejati harus bisa mendengarkan, memahami kebutuhan orang-orang yang dipimpinnya, dan memberi teladan lewat tindakan, bukan sekadar kata-kata. Jika saya dipercaya menjadi duta kampus, saya akan berusaha menjadi jembatan antara mahasiswa dengan pihak kampus, membawa aspirasi dengan jujur, serta menginspirasi teman-teman untuk berani bermimpi lebih tinggi"
Hening sejenak. Lalu aula bergemuruh oleh tepuk tangan dan sorakan.
"WAAAAAH!" beberapa mahasiswi menjerit kecil, wajah mereka memerah.
"Gila, keren banget jawabannya"
"Ini ni perfect banget"
Sera ikut menatap kagum. Jantungnya berdebar tak karuan.
"Ya Tuhan, kenapa dia bisa setampan ini dan sekeren ini" batinnya, sambil menunduk malu.
Reindra menutup pidatonya dengan senyum tipis, lalu berjalan kembali ke tempat duduk. Sebelum duduk, ia sempat melirik Sera dan berbisik pelan,
"Aku jawab bagus tadi karena aku belajar dari kamu"
Sera terkejut, pipinya merona merah, sementara suara riuh tepuk tangan masih mengiringi Reindra.