NovelToon NovelToon
SEKRETARIS INCARAN

SEKRETARIS INCARAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Selingkuh / Persahabatan
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Noona Rara

Febi adalah gadis cerdas dan menawan, dengan tinggi semampai, kulit seputih susu dan aura yang memikat siapa pun yang melihatnya. Lahir dari keluarga sederhana, ayahnya hanya pegawai kecil di sebuah perusahaan dan ibunya ibu rumah tangga penuh kasih. Febi tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri. Ia sangat dekat dengan adik perempuannya, Vania, siswi kelas 3 SMA yang dikenal blak-blakan namun sangat protektif terhadap keluarganya.
Setelah diterima bekerja sebagai staf pemasaran di perusahaan besar di Jakarta, hidup Febi tampak mulai berada di jalur yang cerah. Apalagi ia telah bertunangan dengan Roni, manajer muda dari perusahaan lain, yang telah bersamanya selama dua tahun. Roni jatuh hati pada kombinasi kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Febi. Sayangnya, cinta mereka tak mendapat restu dari Bu Wina, ibu Roni yang merasa keluarga Febi tidak sepadan secara status dan materi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Rara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DALANG DIBALIK FITNAH

09.00 WIB – Ruang CEO, Kantor PT FORTUNE

Pagi itu langit Jakarta terlihat cerah, tapi awan gelap menggantung di wajah Arkan. Ia duduk di balik meja besar ruang CEO dengan ekspresi mengeras. Di depannya, Toni berdiri sambil memegang laptop, wajahnya tak kalah serius.

"Lo udah dapet hasilnya?" tanya Arkan, tanpa basa-basi.

Toni mengangguk pelan, membuka laptopnya dan memutar layar menghadap Arkan.

"Gue telusuri dari akun-akun fake yang pertama nyebar gosip Febi di media sosial. Beberapa gak bisa dilacak, tapi satu akun ini..." Ia mengetik cepat, menampilkan sebuah akun anonim dengan username acak.

"Ada yang aneh dari akun ini. Terhubung ke email aktif: sekarrahmawan_98@gmail.com."

Arkan mengerutkan alis. Nama itu membuat darahnya langsung berdesir.

"Bu Sekar? Sepertinya gue pernah denger nama itu."

Toni mengangguk. "Lo bener. Itu nama mantan calon mertua Febi. Gue lanjut telusuri. Email itu pernah dipakai buat login Wi-Fi rumah Pak Prabu, suaminya. Jejak digitalnya bersih, tapi gak cukup bersih buat ngelabui gue. Semua petunjuk mengarah ke dia."

Arkan bersandar di kursinya, rahangnya mengeras. Amarahnya mulai tumbuh, namun ia menahannya dalam-dalam.

"Dia nyebar gosip itu dengan sengaja?" tanyanya, nyaris berbisik.

"Kayaknya gitu," jawab Toni. "Bahkan salah satu unggahan yang sempat viral, itu di-posting langsung dari IP rumah mereka. Caption-nya... nyerang banget. Seolah Febi wanita simpanan yang naik jabatan karena 'melayani' bosnya."

Arkan mengepal tangannya. Nafasnya mulai berat.

"Ini udah bukan masalah gosip kantor lagi. Ini fitnah keji. Menyerang kehormatan Febi."

Toni menutup laptopnya. "Kita bawa ke jalur hukum?"

Arkan menggeleng pelan. "Belum sekarang. Gue pengen tahu sejauh mana dia mainin ini. Tapi satu hal, Febi gak boleh tahu dulu."

Toni memandang Arkan tajam. "Lo yakin bisa tahan dia dari tahu? Dunia maya udah panas."

Arkan mengangguk. "Gue jaga. Gue gak akan biarin dia dihancurin orang kayak Bu Sekar. Kita yang bersihkan namanya."

**

10.10  WIB – Ruang Rapat Kecil

Arkan dan Toni pindah ke ruangan rapat kecil, menjauh dari telinga-telinga iseng yang bisa saja menguping. Di balik pintu tertutup, rencana mulai disusun.

"Mulai hari ini, semua akun internal di-divisiin. Siapa pun yang repost atau ikut nyebarin gosip, pantau. Gue pengen tau mana yang loyal dan mana yang cuman ikut arus," perintah Arkan.

Toni mencatat cepat. "Gue juga bisa minta bantuan temen gue di cyber unit. Gak resmi, tapi mereka bisa kasih info tambahan."

"Bagus." Arkan berdiri, matanya menatap keluar jendela kota yang tampak ramai. "Gue udah capek diem."

**

11.00 WIB – Koridor Pantry

Febiberjalan melewati koridor menuju pantry, wajahnya datar. Tapi ia tahu semua mata memandang. Ada yang berbisik, ada yang tertawa lirih. Beberapa pura-pura bersikap normal, tapi pandangan sinis mereka tak bisa disembunyikan.

Ia menghela napas, mencoba tetap tenang. Tapi lelah itu nyata. Bukan karena kerja, tapi karena hati yang terus diuji.

Sampai tiba-tiba, Wina muncul dari arah belakang dan menepuk bahunya pelan. "Sabar ya, Feb."

Febi menoleh, tersenyum lelah. "Aku gapapa, Win. Cuma... kadang bingung harus jelasin apa ke orang-orang."

"Lo gak usah jelasin apa-apa. Yang salah itu mereka yang percaya gosip murahan, bukan lo," jawab Wina.

Dari kejauhan, Arkan melihat percakapan itu dari balik pintu kaca ruangannya. Ia tak mendengar kata-kata mereka, tapi ekspresi Febi cukup memberitahu. Ia tahu: ini tak bisa dibiarkan lebih lama.

Ia mengambil ponselnya, mengirim pesan singkat ke Toni.

A: “Pastikan semua jejak Bu Sekar aman disimpan. Kita belum selesai.”

**

14.00 WIB – Rumah Keluarga Prabu

Suara ketukan keras di pintu utama menggema. Tiga kali. Tegas. Tak bisa disalahartikan.

Bu Sekar yang tengah duduk di ruang tamu bersama Pak Prabu dan segelas teh melirik tajam ke arah pintu. Wajahnya seketika berubah curiga. Di balik pintu berdiri dua petugas kepolisian berseragam lengkap, bersama seorang pria muda berjas, Toni.

"Selamat siang. Kami ingin bertemu dengan Ibu Sekar Rahmawan," ujar salah satu petugas.

"Untuk apa?" tanya Bu Sekar dari dalam, berdiri perlahan. Wajahnya mulai tegang.

"Atas laporan dugaan penyebaran fitnah dan pelanggaran UU ITE. Kami mohon Ibu ikut kami ke kantor polisi untuk pemeriksaan lanjutan."

"Apa-apaan ini?!" bentak Bu Sekar sambil berjalan cepat ke arah mereka. "Saya gak pernah nyebar gosip! Ini fitnah balik!"

Langkah Arkan terdengar dari arah mobil hitam yang baru berhenti di depan rumah. Dengan jas gelap dan wajah dingin, ia melangkah masuk melewati pagar tanpa berkata-kata.

Begitu mata mereka bertemu, atmosfer langsung mengencang.

"Bu Sekar," ucap Arkan pelan, penuh tekanan. "Saya sudah tahan diri cukup lama. Tapi kamu sudah menyentuh batas. Kamu fitnah sekretaris saya, sebar gosip murahan, dan mempengaruhi opini publik. Kamu gak cuma nyakiti Febi tapi kamu menjelekkan nama baiknya dan nama baik saya.”

"Siapa kamu nyuruh-nyuruh saya begitu?!" Bu Sekar menunjuk Arkan, matanya membelalak. "Gara-gara cewek murahan itu kamu nyalain saya? Dia yang gatel sama kamu, kan? Perempuan kelas rendahan begitu…."

"BUKTI, Bu." Toni memotong, mengangkat tablet dan menampilkan tangkapan layar. "Akun fake, email ibu, IP rumah ibu, bahkan rekaman suara ibu saat membicarakan fitnah itu kemarin. Kami punya semuanya."

Mulut Bu Sekar membuka-tutup. Napasnya naik turun cepat. Ia melirik ke arah Pak Prabu berharap suaminya membelanya.

“apa bapak sudah pastikan kalau pemilik akun itu istri saya?” tanya Pak Prabu sekali lagi.

“sudah pak. Semua bukti ada disini.” jawab Toni

Pak Prabu menghela nafas panjang. Jelas raut kecewa terlihat pada wajahnya.

"Ini gak adil. Ini jebakan! Semua bisa direkayasa! Pak tolongin ibu. Aku nggak mau di penjara pak!" teriak Bu Sekar kalap.

“apa ini nggak bisa dibicarakan baik-baik pak?” tanya Pak Prabu

“silahkan kita selesaikan di kantor polisi nanti pak.” jawab Arkan

Petugas kepolisian maju, membacakan hak Bu Sekar. Ia berusaha menolak, mengelak, melawan, bahkan berteriak saat digiring keluar rumah. Suara isak tangis dan makian bercampur.

Para warga ramai mendekati rumah Pak Prabu karena suara histeris Bu Sekar. Mereka mulai berbisik dan menebak-nebak kasus yang menimpa Bu Sekar.

**

15.30 WIB – Kantor Polisi

Di dalam ruang interogasi, Bu Sekar duduk di balik meja, dengan tangan gemetar.

Sementara itu, Arkan berdiri di luar ruangan, mengamati dari balik kaca satu arah. Toni mendekatinya pelan.

"Semua bukti udah diserahkan. Proses hukum berjalan."

Arkan mengangguk. Matanya tak lepas dari sosok Bu Sekar di balik kaca.

"Gue cuma pengen Febi tahu... dia gak sendiri."

1
Andriyani Lina
namanya juga suka Febu, ya gitu2 kelakuan bos kalau mau dekat2 sama karyawan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!