Boy Alexander, Pewaris Yang Terbuang

Jasmine telah pulang bersama dengan Erick. Sedangkan Alexa harus pulang bersama dengan Boy. Sebenarnya Alexa ingin pulang sendirian. Gadis itu ingin mulai menghindari Boy, mungkin karena dia tidak ingin mengharapkan Boy lagi. Sudah jelas Boy telah menolaknya mentah-mentah. Tapi sayangnya dia mendapatkan pesan dari Maxime yang meminta tolong kepada Alexa untuk membelikan gulai daging sapi Mpok Lela. Malam ini Rachel sedang ngidam ingin gulai daging sapi yang sangat terkenal kelezatannya di kota Jakarta itu.

[Alexa, tolong kamu temani Boy untuk membeli gulai daging sapi Mpok Lela. Istriku lagi ngidam itu. Kamu kan sering berlangganan disana, kamu pasti bisa mendapatkannya dengan cepat tanpa perlu mengantri lama-lama.]

Itulah pesan yang dikirim oleh Maxime kepada Alexa. Sehingga demi Rachel yang lagi ngidam, Alexa terpaksa harus mengikuti permintaan Maxime untuk menemani Boy ke rumah makan milik Mpok Lela.

Jika membeli gulai daging sapi Mpok Lela memang membutuhkan kesabaran yang sangat luar biasa. Harus rela mengantri berjam-jam. Karena itulah Maxime meminta bantuan kepada Alexa, karena Mpok Lela kenal cukup dekat dengan Alexa. Mungkin karena Alexa sudah lama berlangganan disana. Sehingga berkat Alexa, Boy tidak perlu ikut mengantri di rumah makan tersebut.

"Ini gulai nya." Alexa memberikan sebuah paper bag yang berisikan gulai daging sapi kepada Boy.

Boy pun segera membawa paper bag dari tangan Alexa tanpa berkata sepatah kata apapun. Padahal di rumah makan tersebut terlihat banyak orang yang masih berbondong-bondong mengantri untuk menikmati gulai daging sapi yang sangat lezat itu.

"Malam ini aku akan pulang ke mansion papa. Jadi kamu boleh pergi Boy." Alexa mempersilahkan Boy untuk pergi.

Namun, Boy enggan pergi. Dia harus memastikan keselamatan Alexa. "Tidak bisa. Aku harus memastikan kamu pulang dengan selamat. Ini adalah perintah dari Tuan Maxime. Kalau terjadi sesuatu padamu, aku pasti yang akan salahkan."

Alexa hanya bisa menghela nafas. Karena dia tidak ingin Boy memiliki masalah, sehingga dia terpaksa harus masuk kembali ke dalam mobil Boy.

Boy hanya mengantarkan Alexa sampai di depan pintu gerbang mansion. Atas permintaan Alexa. Selama di dalam perjalanan dari rumah makan menuju mansion, sama sekali tidak ada pembicaraan apapun diantara mereka.

Hal tersebut membuat Boy merasakan ada yang berbeda dari Alexa. Alexa yang biasanya periang, cerewet, dan selalu membuatnya jengkel. Kini gadis itu tiba-tiba mendiamkannya.

Alexa yang hendak keluar dari mobil, tiba-tiba dia mengurungkan niatnya, karena ada hal penting yang harus dia bicarakan dengan Boy.

"Boy." Alexa berkata sambil memandangi Boy.

"Kenapa?" tanya Boy dengan sikap datarnya.

"Apa kamu yakin tidak memiliki sedikit pun perasaan padaku?" Alexa bertanya kepada pria itu dengan penuh harap

Boy hanya diam sambil menundukkan kepalanya. Kemudian dia segera menjawab pertanyaan Alexa, "Jawaban aku selalu sama. Di dalam hidup aku, aku tidak mengenal kata cinta dan tidak ingin mengenalnya."

"Jadi kamu rela aku menikah dengan Erick?" tanya Alexa dengan mata berkaca-kaca.

Boy terdiam kembali. Dia pun sebenarnya tidak mengerti dengan perasaan apa yang dia rasakan terhadap Alexa untuk saat ini. Tapi dia harus menjawab pertanyaan dari Alexa dengan tegas, "Tentu saja. Jika memang itu semua untuk kebaikan mu, Nona."

Jawaban dari Boy cukup membuat hati Alexa sangat sakit. Tapi dia tidak boleh memperlihatkan kesedihannya di depan Boy. "Baiklah jika memang itu menjadi keputusan kamu. Kamu tenang saja. Aku akan menjelaskan semuanya kepada papa tentang kejadian malam itu bahwa kita tidak melakukan apa-apa."

Kemudian Alexa meneruskan perkataannya kembali, "Dan aku akan berhenti mengharapkan kamu lagi. Sesuai keinginan kamu."

Alexa segera menghapus air matanya yang entah sejak kapan mengalir.

Boy sama sekali tidak tahu apa yang dia rasakan saat ini. Yang pasti hatinya ikut merasakan sakit ketika melihat Alexa menangis seperti itu.

Biasanya dia yang selalu menghajar siapapun yang membuat Alexa menangis. Tapi kini malah dia sendiri yang sudah membuat gadis itu bersedih. Tapi Boy mencoba menahan tangannya untuk tidak menghapus air mata Alexa, walaupun dia ingin melakukannya. Karena bagi dia keputusan ini adalah keputusan yang terbaik untuk Alexa. Demi masa depan Alexa. Dia tidak boleh jatuh cinta kepada gadis itu.

"Tapi jangan salahkan aku. Jika seandainya setelah ini, gantian kamu yang mengejar aku, Boy."

Perkataan Alexa membuat Boy kaget. Dia tidak paham mengapa Alexa berkata seperti itu. "Aku tidak menger..."

Boy berhenti bicara. Matanya membulat ketika dia merasakan tiba-tiba saja Alexa mencium bibirnya. Bibir gadis itu sangat terasa manis dan lembut.