Pertemuan pertama begitu berkesan, itu yang Mada rasakan saat bertemu Rindu. Gadis galak dan judes, tapi cantik dan menarik hati Mada. Rupanya takdir berpihak pada Mada karena kembali bertemu dengan gadis itu.
Rindu Anjani, berharap sang Ayah datang atau ada pria melamar dan mempersunting dirinya lalu membawa pergi dari situasi yang tidak menyenangkan. Bertemu dengan Mada Bimantara, tidak bisa berharap banyak karena perbedaan status sosial yang begitu kentara.
“Kita ‘tuh kayak langit dan bumi, nggak bisa bersatu. Sebaiknya kamu pergi dan terima kasih atas kebaikanmu,” ujar Rindu sambil terisak.
“Tidak masalah selama langit dan bumi masih di semesta yang sama. Jadi istriku, maukah?” Mada Bimantara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 - Curi Pandang
“Ada lagi?” tanya Mada saat sekretarisnya menyampaikan mana berkas yang harus dilanjutkan dan mengingatkan janji temu atau jadwal khusus Mada.
“Ah iya, tadi ada perempuan cari bapak. Namanya Arba.”
“Oh, dia magang. Bukannya sama Pak Doni, ngapain juga cari saya.”
“Ya nggak tahu Pak. Serius dia magang pak?”
Mada mengangguk. “Kenapa?”
“Ya nggak pa-pa, cuma gayanya kayak orang penting aja. Kirain tamu bapak.”
Mada terkekeh. “Merasa penting kali, tapi bagi saya nggak penting.
Seharian kemarin Mada sibuk dengan para direksi membicarakan persiapan pameran property dan urusan lain urusan Arba diserahkan pada Doni.
“Bimtek SPG hari ini terakhir, hubungi panitianya kasih tahu saya bisa hadir di penutupan nanti.”
“Baik, pak.”
Mada fokus dengan layar komputer, kadang dahinya mengernyit. Ia begitu fokus dan tanggung jawab dengan posisinya sekarang. Bukan bekerja seenaknya karena perusahaan milik keluarga sang Papa. Namun, di masa depan bisa jadi dia yang menggantikan Arya mengelola dan memimpin perusahaan itu. Berusaha bekerja dan memahami bisnis itu dengan baik.
Terdengar ketukan lalu pintu terbuka meski belum mempersilahkan masuk. Mada menatap ke arah pintu mendengar perdebatan. Ternyata sekretarisnya dan juga Arba entah apa yang mereka perdebatkan.
"Jangan berisik,” tegur Mada.
“Ini pak, saya bilang jangan langsung masuk, tapi ngeyel.”
Arba mengabaikan sekretaris Mada memasuki ruangan dan duduk di depan meja pria itu dengan menyilangkan kaki dan bersedekap.
“Kamu kemana aja mas, baru kelihatan?”
“Sudah temui Pak Doni?” tanya Mada mengabaikan pertanyaan Arba.
“Sudah.”
“Sudah dapat arahan dari beliau?”
“Ya, sudah sih,” sahut Arba lagi.
“Terus ngapain di sini. Harusnya kamu kerjakan arahan beliau.”
“Om Arya bilang kamu yang tanggung jawab mengajarkan aku. Oh iya, tolong kasih tahu sekretarismu itu agar kenali orang dengan baik. Masa aku dilarang masuk ke sini.”
“Dia sudah kerja sesuai SOP. Posisi kamu hanya karyawan magang dan tidak bisa seenaknya masuk ke sini. Balik ke meja kerjamu,” titah Mada. “Antar dia,” seru Mada lagi pada sekretarisnya menunjuk Arba.
“Mas, aku ini pewaris perusahaan Papi. Kamu kok perlakukan aku kayak gini.”
“Kamu magang di sini jadi ikut aturan perusahaan ini. Tidak ada hubungannya kamu pewaris perusahaan atau pewaris tunggal planet mars. Tujuan kamu magang di sini untuk belajar, jadi belajarlah menghargai waktu dan orang lain."
Arba menatap Mada lalu mendengus kesal, perlahan raut wajahnya berubah. “Gimana kalau makan siang, sudah hampir waktunya,” ajak Arba.
“Sorry, aku sudah ada janji.” Mada kembali fokus dengan layar komputer.
Sekretaris Mada menghampiri Arba dan mengajak wanita itu keluar.
“Mas, aku bosan harus pelajari profil dan struktur perusahaan. Pak Doni kasih aku tugas tidak bermutu, harusnya jadikan aku asisten kamu atau wakil kamu kek.”
“Kamu salah kalau menganggap profil perusahaan itu hal tidak bermutu, apalagi tidak paham dengan struktur perusahaan. Kamu pikir semua bagian berjalan dan bertindak asal-asalan.”
“Ya paham, tapi kasih yang lebih menarik gitu. Masalah manajerial.”
“Sebelum manajerial, kamu pahami dulu masalah teknis. Aku sibuk, bisa kamu keluar dan kerjakan tugasmu.”
Lagi-lagi Arba mendengus karena Mada menolaknya. Meninggalkan ruang kerja pria itu dengan raut wajah tidak bersahabat.
“Gimana bisa dapatkan dia, dingin begitu. Nyebelin banget, baru kali ini ada cowok nolak aku,” gumam Arba.
***
Hari terakhir mengikuti bimtek, kepala Rindu mulai penat dengan berbagai informasi produk yang harus dipahami. Termasuk harga dan simulasi pembayaran. Melihat nominal satu unit rumah atau apartemen yang ditawarkan, Rindu berdecak. Sepertinya properti yang dijual bukan untuk kalangan bawah.
Seragam untuk tugas pun sudah diterima. tidak ada pakaian seksi atau rok pendek. Benar-benar berbeda dengan konsep SPG pada umumnya, seperti yang sudah dijelaskan oleh Mada.
Saat ini sedang break sebelum penutupan dan akan bertugas mulai hari senin. Ponsel Rindu bergetar, ternyata ada pesan masuk.
[Rindu, aku ke rumah kamu nggak ada. Kata bude lagi kerja. boleh aku jemput]
Dalam hati Rindu merutuk membaca pesan itu. Dari foto profilnya bisa dipastikan itu Reno. Dari mana pula dapat nomor kontaknya. Padahal sudah berkelit tidak memberikan nomornya saat pria itu datang ke rumah.
Memasukan ponsel ke dalam saku celana, tapi kembali bergetar. ternyata masih Reno yang mengirimkan pesan.
[Share Loc dong. Sekalian kita kencan]
“Kencan kepalamu,” keluh Rindu.
Ia memang mengharapkan ada pria datang dan serius dengannya. Menikah lalu hidup bahagia, tapi bukan pula modelan pria seperti Reno. Hanya pengangguran meski orang tuanya juragan kontrakan. Belum lagi gaya Reno macam preman dengan tato di pergelangan tangan kanan dan kirinya. Bisa jadi di bagian tubuh lain pun ada tato.
Menerima ajakan Reno untuk berkencan apalagi hubungan serius bukan menyelesaikan masalah, yang ada menciptakan masalah baru.
Rindu kembali fokus dengan acara, setelah penutupan ia ingin harus bergegas ke blue cafe. Waktunya mengisi acara di sana. Pandangan Rindu tertuju pada Mada yang memasuki ruangan.
‘Ganteng banget, benar-benar sempurna. Ya Tuhan, kasih aku jodoh macam pria itu,’ batin Rindu.
Mada yang menatap ke depan dan seluruh peserta bertemu pandang dengan Rindu yang langsung menunduk karena kedapatan mencuri pandang ke arahnya.
mendingan Rindu la,jaaaauuuh banget kelakuan kamu dan Rindu...
gimana mau jatuh cinta ma kamu
😆😆😆😆
kamu gak masuk dalam hati Mada Arba,lebih baik sadar diri...
jauh jauh gih dari Mada
babat habis sampai ke akarnya...
🤬🤬🤬🤬🤬