Hong Zhi Shi, seorang putri dari garis keturunan Klan Dewa Pengetahuan. Cantik sudah pasti, karena ia seorang Dewi yang tinggal dialam surgawi. Pintar, tak perlu ditanya lagi, secara Klannya adalah Dewa pengetahuan.
Hidup abadi, cantik, pintar, tinggal dialam surgawi yang semua serba indah dan ada, tentu menjadi anugerah diingini banyak manusia.
Tapi akibat ia menolak lamaran Dewa neraka untuk menjadikannya selir, Hong Zhi Shi dijatuhi hukuman. Ia akan menjalani hidup dialam dunia fana dalam tiga kali masa kehidupan.
Ada banyak misi yang harus ia emban, salah satunya mendapatkan cinta tulus dari seorang pria yang juga ia cintai. Karena hanya dengan itu, Hong Zhi Shi akan kembali bisa hidup dialam surgawi setelah kematiannya didunia fana.
Entah dikehidupan yang keberapa cinta itu akan ia dapatkan, pasalnya sudah enam kehidupan sudha ia jalani. Sekarang dimasa ini, adalah kehidupannya yang ketujuh.
Bagaimana kisah Hong Zhi Shi dikehidupan ketujuh ini..?
Mari ikuti kisahnya..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Datu Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuat Rencana
Hari itu desa Sing-ji diwarnai dengan menyebarnya kabar lamaran yang diterima Jing Jie, dengan mas kawin mewah dan lima koin emas.
Entah siapa yang sudah menyiarkan rumor, tapi adanya dengan berita itu menimbulkan banyak reaksi dari para penduduk desa hingga kota Guizhou.
Ada yang ikut merasakan kebahagian, terutama orang terdekat yang mengenal baik keluarga Jing dan bagaimana sifat kebaikan seorang Jing Jie.
Tak sedikit ada yang iri dengki dan lebih banyak yang mencibir, mengatai betapa bodohnya komandan prajurit Jang Lei.
Meski statusnya yang berasal dari keluarga miskin dan juga perihal nasib Jang Mei serta kedua keponakan. Tapi untuk jabatan pria itu jelas amat diperhitungkan. Terlebih soal kepemilikan empat hektar lahan pertanian subur dan rumah besar yang berdiri ditanah seluas dua ribu meter.
Kabar itu sampai juga ketelinga keluarga mendiang suami terdahulu Jing Jie, yang masih tinggal disatu desa. Mereka ikut menyambut bahagia kabar itu.
Jujur saja, mereka selama ini merasa amat iba akan nasib Jing Jie. Wanita yang harus menanggung aib dan derita selama sepuluh tahun lamanya.
Keluarga mending juga sebenarnya acap kali mencarikan lelaki untuk Jing Jie. Tapi kembali lagi pada kepercayaan yang dianut oleh masyarakat. Mereka pun tidak bisa berharap lebih selain mendoakan, agar kelak dimasa depan Jing Jie menemukan kebahagiaannya.
Untuk kalangan petani atau rakyat berekonomi menengah kebawah. Rata-rata mahar hanya bekisaran lima puluh koin perak sampai satu koin emas, dengan tambahan segulung kain katun dan daging yang dihasilkan dari berburu.
Jika tak ada daging, maka akan diganti dengan sayuran yang dihasilkan oleh ladang mereka.
"Bing..! Sebentar lagi paman Lei mau menikah, hadiah apa yang pantas untuk diberikan..? Aku hanya memiliki sisa satu koin emas." ucap Bai Fang menghela nafas tak berdaya.
Mereka berdua bersama Wang Chun, Bai Heng dan Bai tua, sedang memperbaiki rumah keluarga Bai.
"Aku juga bingung." sahut Jang Bing, ia lalu beralih pada adik iparnya "menurutmu bagusnya memberi apa Chun..?"
Wang Chun terdiam sesaat, berfikir sembari memasang pilar rumah. "Ah, bagaimana kalau kita berburu...?" ujarnya berbinar.
Alis Jang Bing dan Bai Fang menukik tajam.
"Kita memberikan daging saja untuk perjamuan pernikahan paman, kalau mendapatkan rusa nanti kita jual untuk membeli arak." jelas Wang Chun.
Mata Jang Bing dan Bai Fang berkilau senang, mereka menyetujui ide brilliant Wang Chun.
"Kapan kita akan mulai berburu..?" tanya Jang Bing.
"Setelah menyelesaikan rumah ini saja, pernikahan paman juga masih dua minggu lagi. Tujuh hari cukup untuk kita mengumpulkan daging." sahut Wang Chun.
Jang Bing dan Bai Fang mengiyakan. Bai Heng dan Bai tua nantinya akan menggantikan tugas menyirami lahan pertanian, membantu membersihkan hewan buruan kemudian mengasapinya.
Sementara itu, Jing Jie yang mengetahui jika Jang Lei akan berangkat keperbatasan. Gegas menemui suaminya itu membawa kotak bekal yang sudah ia persiapkan.
Memakai gaun berwarna Lilac, bermotif sulaman bunga Pear berguguran. Jing Jie terlihat begitu menawan, dengan wajah putih bersinar bermake up natural.
"Jie'er...!" seru Jang Bing melihat sang istri berjalan tergesa dari ujung perempatan.
Jing Jie mengatur nafasnya ngos-ngosan, setelah ia berada didepan Jang Bing yang akan menaiki kudanya.
"Apa kau berlari..?" tanya Jang Bing menatap wajah cantik istrinya yang dihiasi buliran tipis keringat.
"Aku takut terlambat." jawab Jing Jie terbata "syukurlah kau belum berangkat." ujarnya lalu tersenyum lega.
Jang Bing membalas senyuman"ada apa...?" tanya pria itu menyodorkan sapu tangan miliknya.
Jing Jie menerima, menggenggamnya dengan erat lalu menyerahkan buntalan kain katun halus bermotif burung katsuri.
"Aku membuat kue teratai dan daging panggang jujube untuk bekalmu diperjalanan." katanya bersemu malu tanpa berani menatap mata suaminya.
Hati Jang Bing menghangat, senyum manis bahagia tercetak nyata diwajah rupawannya. Dengan senang gembira ia pun menerima.
"Terimakasih..!"
Jing Jie mengangguk "hati-hati diperjalanan dan cepat kembali, aku menunggumu..!" ucapnya memandang Jang Lei dengan netra berembun.
Jing Jie amat takut jika ucapan yang ia dengar sejak pagi tadi dari para sebagian penduduk akan menjadi nyata.
"Aku pasti kembali untukmu, kita akan menikah dan hidup bahagia selama seribu tahun. Jangan dengarkan apa kata mereka, percayalah padaku..!" ucap Jang Bing menenangkan.
Jing Jie tersenyum, mengangguk patuh dengan setitik airmata membasahi pipi.
"Jaga dirimu baik-baik." pesan Jang Bing sebelum ia menaiki kudanya.
"Aku pergi ya...? kalau mau kekota pakai saja keretanya, paman Bai akan mengantarmu." pesan Jang Bing.
"Baik..!" jawab Jing Jie "hati-hati...!" serunya lagi meremas kuat sapu tangan digenggaman.
Jing Jie menatap sendu punggung sang suami yang lambat laun menghilang ditelan jalanan desa bersama kuda yang ditunggangi.
Rapalan doa teruntai tanpa putus demi keselamatan, umur panjang serta kebaikan disetiap langkah suaminya.
Jing Jie kemudian singgah dirumah Jang Bing guna menyapa kakak ipar dan keponakan serta cucu perempuan.
Ketiga wanita itu berbincang akrab dengan Yin Hua yang diam anteng dipangkuan Jing Jie. Tak lama Yu Lan bergabung.
Jing Jie juga ikut memasak dan makan siang bersama disana, setelah itu barulah ia kembali kerumah dan pergi kekota untuk menjahit kain sutra yang Jang Bing berikan sebagai mahar.
Jing Jie juga membelikan tiga stel pakaian sutra untuk Jang Bing, serta jubah dan alas kaki. Hiasan kepala perak juga tak luput menjadi incarannya.
Dari Jang Mei, Su Zihan dan Yu Lan, sedikit banyak Jing Jie mulai tahu karakter Jang Bing. Oleh sebab itu ia akan mulai memperhatikan segala kebutuhan suaminya terutama dalam hal berpenampilan.
JUST INFO...!!
Alur cerita dinovel ini akan santai dan terkesan lambat banget dan sedikit lebih menghabiskan banyak bab sebelum masuk kecerita pemeran utama JANG YIN HUA.
Jadi harap bersabar untuk menikmati alur konflik serta cerita perjalanan JANG YIN HUA dalam mencari cinta juga mengaplikan kemampuannya untuk merubah masa depan era ini.
trusss semangat ya thorrr💪💪💪