NovelToon NovelToon
Wilona Gadis Desa Yang Jenius

Wilona Gadis Desa Yang Jenius

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Call Me Nunna_Re

Wilona Anastasia adalah seorang gadis yang dibesarkan di desa. namun Wilona memiliki otak yang sangat jenius. ia memenangkan beberapa olimpiade dan mendapatkan medali emas sedari SMP. dia berniat untuk menjadi seorang dokter yang sukses agar bisa memberikan pengobatan secara gratis di desa tempat ia tinggal. Lastri adalah orang tua Wilona lebih tepatnya adalah orang tua angkat karena Lastri mengadopsi Wilona setelah Putri satu-satunya meninggal karena sakit. namun suatu hari ada satu keluarga yang mengatakan jika mereka sudah dari kecil kehilangan keponakan mereka, yang mana kakak Wijaya tinggal cukup lama di desa itu hingga meninggal. dan ternyata yang mereka cari adalah Wilona..
Wilona pun dibawa ke kota namun ternyata Wilona hanya dimanfaatkan agar keluarga tersebut dapat menguasai harta peninggalan sang kakek Wilona yang diwariskan hanya kepada Wilona...
mampukah Wilona menemukan kebahagiaan dan mampukah ia mempertahankan kekayaan sang kakek dari keluarga kandungnya sendiri...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Nunna_Re, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tamu Asing

Pagi itu, udara di Desa Suka Maju terasa janggal. Burung-burung yang biasanya berkicau di pepohonan seolah enggan bersuara. Angin berhembus lembut, membawa aroma tanah basah sisa hujan malam.

Wilona duduk di beranda rumah kecil peninggalan ibunya. Di pangkuannya, terbuka sebuah buku catatan lusuh berisi sketsa rangkaian elektronik yang ia rancang sendiri. Sesekali ia melirik foto Bu Lastri yang tergantung di dinding, senyumnya masih sama, menenangkan sekaligus menyakitkan.

“Bu, seandainya Ibu masih di sini, aku nggak akan merasa segini sendirian,” gumamnya lirih.

Tiba-tiba, suara deru mobil terdengar dari kejauhan. Suara yang asing di telinganya — sebab di desanya, hanya sepeda motor dan truk sayur yang biasa lewat.

Wilona mendongak. Dari arah tikungan, muncul sebuah mobil hitam panjang dan mengilap, jelas bukan kendaraan warga setempat. Mobil itu berhenti tepat di depan pagar rumahnya.

Dari dalam keluar tiga orang: seorang pria paruh baya berjas abu-abu dengan wajah tegas dan sorot mata tajam, seorang wanita berpenampilan elegan dengan rambut disanggul rapi, dan seorang gadis muda seusianya dengan pakaian mahal dan parfum menyengat.

Wilona berdiri perlahan. “Siapa… mereka?”

Wanita itu melangkah lebih dulu, senyumnya lebar namun anehnya terasa dingin. “Apakah kamu Wilona Anastasia?” tanyanya dengan suara lembut yang dibuat-buat hangat.

Wilona mengangguk ragu. “Iya, saya.”

Wanita itu menatapnya dalam-dalam, seolah sedang menilai setiap detail wajah gadis itu. “Astaga…” bisiknya pelan. “Kau benar-benar mirip dengan Lestari…”

Pria di sampingnya menambahkan, “Lestari adalah Kakak Iparku, kakak kandung suami ku.” Ia berhenti sejenak, menghela napas berat seolah menahan emosi. “Kami sudah lama mencarimu, Nak.”

Wilona menatap mereka bingung. “Mencari saya?”

Pria itu Wijaya Kusuma mengangguk. “Kami mendapat kabar dari salah satu panti asuhan di luar kota bahwa ibumu, Lestari, pernah menitipkan seorang bayi perempuan bernama Wilona sebelum meninggal. Beberapa hari lalu, kami baru tahu bahwa Bu Lastri yang mengasuhmu ternyata orang yang sama dengan yang mengadopsimu dari panti itu.”

Wilona terdiam. “Jadi… kalian ini keluarga Ibu kandung saya?”

Sang wanita, Sinta Kusuma tersenyum lembut sambil meraih tangan Wilona. “Iya, sayang. Kami keluarga besarmu. Maafkan kami karena baru menemui kamu sekarang. Kami terlambat… kami tidak tahu kalau Lestari sudah meninggal.”

Nada suaranya terdengar tulus di permukaan, tapi ada sesuatu di balik tatapan matanya yang membuat Wilona tidak nyaman.

Sebelum Wilona sempat berkata apa pun, gadis muda di belakang mereka melipat tangan di dada dan memandangnya dengan tatapan sinis.

“Jadi ini… sepupuku yang katanya hilang itu?” sindir Tania. “Tinggal di desa tapi kulitnya masih seputih ini. Hebat juga.”

Sinta menoleh cepat, “Tania, jaga sopan santun kamu.”

Namun Wilona tidak menanggapi. Ia menatap mereka satu per satu dengan kewaspadaan. Dalam hatinya, ia mencoba mencerna semua yang baru saja didengarnya. Keluarga kaya datang tiba-tiba, mengaku sebagai keluarga kandungnya, membawa cerita yang seolah sempurna.

Terlalu sempurna.

“Maaf, tapi… kenapa baru sekarang?” tanya Wilona hati-hati. “Kalau memang keluarga Ibu, kenapa butuh waktu sampai 17 tahun untuk menemukan saya?”

Wijaya menatap istrinya sekilas, lalu menjawab dengan nada berat, “Kami tidak tahu di mana Lestari berada. Setelah dia pergi dari rumah karena satu masalah, kami kehilangan jejak. Kami baru tahu keberadaanmu setelah seseorang dari panti memberi kabar.”

Wilona masih diam. Ia ingin percaya, tapi akalnya menolak. Orang sekaya mereka pasti punya cara untuk menemukan siapa pun jika benar-benar mau.

Sinta menepuk tangannya pelan. “Sayang, kami mengerti kamu ragu. Itu wajar. Tapi bagaimana kalau kita buktikan saja lewat tes DNA? Agar kamu tenang.”

“T-tes DNA?”

“Iya,” jawab Sinta cepat. “Kami akan ke rumah sakit di kota, hasilnya bisa keluar dalam beberapa hari. Kalau hasilnya cocok, kamu nggak perlu lagi hidup sendirian. Kami akan membawamu ke rumah kami, tempatmu seharusnya berada sejak dulu.”

Wilona menatap lantai. Ia tidak langsung menjawab. Di dalam pikirannya, suara-suara bergema: kalau benar mereka keluargaku… hidupku akan berubah. Tapi kalau mereka bohong?

Ia menatap foto ibunya yang tergantung di dinding. “Bu, apa yang harus aku lakukan…”

...****************...

Sore harinya, Wilona berjalan keliling desa. Ia berpamitan kepada para tetangga yang selama ini menjadi keluarganya.

“Jadi kamu mau ke kota, Wil?” tanya Bu Murni dengan suara berat.

Wilona tersenyum tipis. “Iya, Bu. Mereka bilang mau melakukan tes DNA. Siapa tahu benar, Bu. Kalau memang mereka keluarga kandungku, aku ingin tahu.”

“Ya, Bu doain aja semoga yang terbaik buat kamu, Nak,” ujar Pak RT. “Tapi hati-hati. Dunia orang kaya nggak selalu seindah yang kamu kira.”

Wilona mengangguk pelan. Ia tahu benar makna peringatan itu. Tapi ia juga tahu, hidupnya di desa sudah tak punya siapa-siapa lagi. Rumah kecil itu hanyalah kenangan dari masa lalu yang kini hanya memberinya kesepian.

Sebelum naik ke mobil, Wilona menatap rumahnya sekali lagi. Ia berjanji dalam hati untuk kembali, apa pun hasil dari perjalanan ini.

Perjalanan menuju kota memakan waktu hampir tiga jam. Di dalam mobil, suasana kaku. Hanya suara mesin dan musik klasik pelan dari radio yang mengisi keheningan.

Sinta sesekali menatap Wilona dari kaca spion, memperhatikan gerak-geriknya. Gadis itu sopan, tenang, tapi matanya… mata yang tajam, seolah sedang menganalisis setiap detail di sekitarnya.

“Wilona,” ucap Sinta akhirnya, “kamu sekolah di mana sekarang?”

“SMU Garuda, tante.”

“Wah, sekolah negeri ya.”

Wilona menunduk sopan. “Iya tan.”

Tania yang duduk di sampingnya mendengus. “Huh, pantesan tinggal di rumah reyot.”

“Tania!” bentak Wijaya pelan.

Wilona hanya tersenyum tipis. “Tidak apa, Om. Hidup di desa memang sederhana. Tapi saya bahagia.”

Sinta memperhatikan Wilona, dan di balik senyum manisnya, muncul rasa tidak suka yang ia sembunyikan rapat. Gadis ini bukan sekadar cantik — dia juga tau sopan santun. Terlalu sulit seperti nya untuk dibohongi mentah-mentah.

"Kamu peringkat berapa?."tanya Sinta ingin memastikan kapasitas otak Wilona.

"saya nggak masuk 10 besar Tante."ucap Wilona berbohong karena Wilona takut jika orang-orang tersebut tahu jika ia memiliki otak yang jenius maka dirinya akan dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak diinginkan. Karena itulah pesan dari almarhum Lastri agar Wilona tidak terlalu menunjukkan kejeniusannya di depan orang banyak.

"Cih!!! udah tinggal di desa, bego lagi!!"gumam Tania yang masih bisa didengar oleh Wilona.

"Nih anak kenapa sih sedari tadi kayak nggak suka banget sama aku." batin Wilo.

Sampai di kota, mereka langsung menuju rumah sakit swasta. Ruangannya bersih, beraroma antiseptik. Seorang dokter perempuan menjelaskan prosedur tes DNA dengan sopan.

Wilona menandatangani formulir dengan tangan sedikit gemetar. Ini bukan sekadar tes medis ini ujian untuk menentukan siapa dirinya sebenarnya.

“Silakan, Mbak Wilona, kami ambil sedikit sampel darahnya,” kata perawat ramah.

Selesai dari sana, mereka diminta menunggu hasil dalam 3–4 hari.

Sinta menggenggam tangan Wilona seolah seorang ibu penyayang. “Sayang, setelah ini kamu bisa ikut kami ke rumah. Sementara menunggu hasilnya, kamu tinggal di sana saja, ya?”

Wilona menatap wanita itu, ragu. “Saya… belum tahu, Tan. Saya masih harus membereskan beberapa hal di rumah.”

Sinta tersenyum, tapi ada sedikit nada memaksa. “Tidak apa. Kami bisa bantu apa pun yang kamu butuhkan di sana.”

Wilona mengangguk pelan — bukan karena percaya, tapi karena tidak ingin menciptakan masalah di depan umum.

Malam itu, mereka menginap di hotel bintang lima di pusat kota.

Wilona duduk di balkon kamar, memandangi lampu-lampu kota yang berkilau. Ia memegang laptop tipis yang disembunyikannya dalam tas sejak dari rumah.

“Kalau mereka bohong, aku harus tahu,” gumamnya pelan.

Dengan cekatan, jarinya menari di atas keyboard. Dalam hitungan menit, ia menembus sistem data rumah sakit — menyamar sebagai teknisi jaringan internal. Ia menemukan identitas asli keluarga Kusuma: pemilik jaringan perusahaan internasional, dikenal luas di kalangan bisnis, tapi juga terlibat banyak kasus tertutup — termasuk laporan manipulasi dokumen legal dan kehilangan seseorang bertahun-tahun lalu.

Nama itu — Lestari Kusuma — muncul di daftar kasus hilang misterius dua dekade silam.

Wilona menatap layar itu lama. “Ibu… jadi benar, Ibu berasal dari keluarga mereka?”

Namun sebelum ia sempat menelusuri lebih jauh, pintu kamarnya diketuk.

“Wilona, sayang, kamu belum tidur?” suara Sinta terdengar lembut.

Wilona buru-buru menutup laptop. “Iya,Tan. Saya sebentar lagi tidur.”

Sinta masuk, membawa segelas susu hangat. “Minum ini dulu. Kamu pasti lelah.”

Wilona menerima gelas itu dengan senyum sopan. “Terima kasih,Tan.”

Wanita itu duduk di tepi ranjang, menatapnya lama. “Wilona, kamu tahu… Lestari dulu sangat keras kepala. Tapi dia gadis baik. Kamu benar-benar mengingatkanku padanya.”

Wilona menatap balik. “Apa yang membuat Ibu saya pergi dari rumah dulu?”

Pertanyaan itu membuat Sinta sedikit kaku. Tapi dengan cepat ia tersenyum kembali.

“Masalah keluarga, sayang. Nanti akan tante ceritakan kalau waktunya tepat.”

Sinta berdiri dan menepuk bahu Wilona. “Tidurlah. Besok kita belanja baju baru, ya? Kamu butuh pakaian yang layak.”

Setelah pintu tertutup, Wilona menatap gelas susu itu. Ia tidak meminumnya. Ia hanya menaruhnya di meja dan mematikan lampu.

Di kegelapan, ia berbisik pada dirinya sendiri,

“Aku tidak tahu apa yang kalian sembunyikan. Tapi aku akan cari tahu.”

Keesokan harinya, Sinta dan Tania berbelanja di butik mewah. Wilona ikut, tapi lebih banyak diam. Ia mengenakan pakaian sederhana, tapi pesonanya justru menarik perhatian banyak orang.

Tania semakin tidak suka. Di setiap cermin butik, ia melihat bagaimana Wilona tampak bersinar tanpa perlu berusaha.

“Dia cuma anak desa,” gumam Tania pada ibunya saat Wilona sibuk mencoba gaun.

“Kenapa semua orang menatapnya kayak dia putri kerajaan?”

Sinta tersenyum datar. “Justru karena itu. Orang seperti dia bisa mencuri simpati siapa saja. Itu yang membuatnya berbahaya.”

“Jadi rencana kita masih sama?”

“Tentu. Begitu hasil tes keluar dan dia terbukti cucu Kusuma… semua harta akan otomatis atas namanya. Setelah itu…”

Sinta berhenti, menatap cermin di depannya. “Kita pastikan dia tidak akan pernah sempat menikmatinya.”

Sementara itu, di kamar hotel malam itu, Wilona kembali membuka laptopnya. Ia menemukan sesuatu yang membuat jantungnya berdebar data transaksi perusahaan Kusuma menunjukkan aliran dana besar ke akun luar negeri atas nama Shinta Kusuma, hanya beberapa hari sebelum kematian Bu Lastri.

Wilona menatap layar itu, tubuhnya menegang. “Jangan bilang… mereka tahu tentang Ibu, dan uang yayasan untuk Ibu.”

1
Evi Lusiana
jd tania itu wilona y thor?
Yurin y Meme
Membuat saya terharu
Call Me Nunna_Re: makasi kk sudh mampielr🙏 semoga suka
total 1 replies
Call Me Nunna_Re
makasi kk sudh mampir🙏
Tachibana Daisuke
Asiknya baca cerita ini bisa buat aku lupa waktu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!