NovelToon NovelToon
Peluru Rasa Kavaleri Timur

Peluru Rasa Kavaleri Timur

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara / Enemy to Lovers
Popularitas:173k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Patah hati membawa Russel menemukan jati dirinya di tubuh militer negri. Alih-alih dapat mengobati luka hati dengan menumpahkan rasa cintanya pada setiap jengkal tanah bumi pertiwi, ia justru diresahkan oleh 'Jenggala', misinya dari atasan.

Jenggala, sosok cantik, kuat namun keras kepala. Sifat yang ia dapatkan dari sang ayah. Siapa sangka dibalik sikap frontalnya, Jenggala menyimpan banyak rahasia layaknya rimba nusantara yang membuat Russel menaruh perhatian khusus untuknya di luar tugas atasan.

~~~~

"Lautan kusebrangi, Jenggala (hutan) kan kujelajahi..."

Gala langsung menyilangkan kedua tangannya di dada, "dasar tentara kurang aj ar!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua puluh tiga~ Sulit mengakhiri

Gala tak tau sejak kapan, namun kini geraknya tak lagi bebas. Khusus untuk hari ini dan mungkin hari-hari selanjutnya, tak tau. Sebab....

Ayunda dengan bebasnya bolak balik ke rumah dinas papa seolah tak memiliki rumah dinas sendiri. Yaaaa Gala tak melarang juga sih, toh...ini juga rumah dinas papa--mamanya juga.

Namun sungguh, kehadiran Aziz membuat Gala harus membatasi ruang geraknya.

Ia membawa beberapa kado yang dikirimkan oleh beberapa rekan kerja dan teman ke rumah hijau papa. Nyatanya, sepasang pengantin baru ini datang setelah langit mulai gelap dan memutuskan untuk makan bersama mama, papa dan Gala. Sebagai makan malam keluarga besar yang pertama selepas status mereka menjadi suami istri.

Gala memilih menjejali telinganya dengan earphone dan menempel selama mungkin dengan mama sampai ia memutuskan untuk benar-benar masuk ke dalam kamar dan menguncinya sampai pagi. Mungkin disini, hanya mama yang menurutnya aman.

"Mau bantuin unboxing ngga, La?" tanya nya duduk di samping Gala. Jadi posisinya itu mama, Gala, Ayunda di satu kursi panjang, dan di kursi single ada Aziz lalu papa. Sesekali suara bercengkrama papa dan Aziz tentang segala hal terdengar berbisik diantara suara kencang musik dari earphone.

Gala menggeleng, ia justru lebih memilih playlist lagu yang diputar sambil bergumam lirih ikut bernyanyi. Namun baru sedetik berjalan, Ayunda sudah menarik earphone di telinganya sehingga membuat adiknya itu mengeluh, "ihhh. Apa sih?" gerutunya.

"Aku mau tanya, tadi...Panji, gimana?" tanyanya menggoda.

"Panji siapa?" tanya Gala.

"Panji, mantan anak muridku yang nyanyi di panggung sama kamu, dia perwira di baret ungu loh, La... dulunya dia sering ngisi band sekolah, ikut organisasi MPK juga. Bapaknya petinggi militer juga. Ganteng ngga, wangi, kamu suka ngga?"

"Nda, kok nanya nya begitu sama Lala." Timpal Aziz.

"Loh iya dong sayang. Siapa tau Gala suka...yang tadi datang tuh, mantan anak muridku yang sekarang bagus bagus karirnya."

"Gala mau ambil S2 dulu, Yunda.." kini papa yang menjawab, "biar nanti diantar Russel, kalo dia senggang, siapa tau dia tau kampus bagus sekalian keliling ibukota lagi."

"Russel, ya ampun...dia juga mantan anak didikku. Lucu deh pa, ma, sayang....dulu dia sempet nembak aku di sekolah." kekeh Ayunda membuat Gala menoleh terpancing begitupun Aziz, "oh ya? Bang Russel yang---"

"Iya yang tadi." Angguk Ayunda begitu excited.

"Oh ya?" tanya mama dan papa.

"Iya. Dulu padahal anaknya badung banget di sekolah tuh, sering kena hukum, tapi memang prestasi non akademik nya ngga diragukan sih.."

Gala mengangguk-angguk saja, ia memang tau jika Russel mantan anak didik kak Ayunda, tapi jika sampai menyukai dan menyatakan cinta, wahhh! Gala menggeleng tak sangka.

"Oh iya, tanta Yubi sama om Dandi jam berapa sampai di sini?" tanya Ayunda.

"Ambil penerbangan pagi," jawab Gala.

"Biar Lala yang jemput, bareng ajudan papa nanti." Ucap papa.

"Biar saya, pa?" Aziz menawarkan.

Papa mengangguk-angguk sedang menimbang-nimbang, sementara Gala sudah menatap tak terima, "aku ngga ikut jemput. Kak Ayunda aja."

"Ya udah. Bareng aja. Aku, bang Aziz sama Lala." Ujar Ayunda.

"Aku ngga ikut, udah dibilangin aku ngga ikut, aku bantu mama aja di rumah." Dan tatap Gala begitu tajam melihat Aziz, jangan macam-macam.

"Ya udah, kalo gitu. Aku sama Abang aja, ya sayang?" Ayunda menyentuh tangan suaminya, sementara Aziz mengangguk meski kemudian ia menatap Gala nyalang.

Ia harus terbiasa, dan memang sudah terbiasa. Perasaan untuk Aziz sudah melebur bersama kandasnya hubungan mereka. Hanya mungkin, sesekali bayang-bayang moment mereka yang sangat disayangkan saja turut mengisi lamunan Gala.

Ayunda bersama aroma bunga dan pengantin barunya mengambil duduk bersama bahagianya. Sementara Aziz, Gala sudah tak peduli, tak ingin melihat bagaimana reaksinya juga saat ini. Hanya sesekali ia mendapati kakak iparnya itu mencuri pandang pada Gala, sejak tadi. Bahkan sejak kedatangannya bersama Ayunda di rumah hijau papa.

Gala beranjak, "kemana?"

"Aku ngantuk." Ia melengos ke arah kamar lalu betul-betul menguncinya.

Bahkan Gala tak tau kapan sepasang pengantin baru itu pulang, sebab ia tak lagi keluar dan memilih tidur.

Gala meraih scarf milik Russel yang telah ia cuci bersih sekaligus wangi pelembut.

"Mau olahraga pagi?" tanya mama, begitupun papa yang telah siap dengan seragam lorengnya.

"Lari kecil aja keliling jalanan sini. Daripada bosen." Ia sudah beres mengikat tali sepatu kirinya.

"Tawaran papa buat ambil S2 gimana? Ngga apa-apa sih mau swasta atau negri, sama aja. Atau Lala mau coba-coba bisnis? Biar mama sama papa yang kasih modal awal." Mama bersungguh-sungguh menawari Gala, yang---seolah, entahlah, Gala merasa mama begitu kekeh membuat dirinya bertahan di ibukota, yahh! Disini.

Sepiring perkedel jagung tersaji hangat di dorong lebih dekat ke arah Gala, "sarapan dulu."

"Nanti aja pulangnya. Takut sakit perut." Gala meneguk susu hangatnya, "sambil mau balikin scarf punya om Russel yang waktu itu dipinjemin sama aku." Tunjuknya pada kain hitam penutup wajah milik Russel.

"Oh, iya. Russel---yang semalem diomongin..." mama melirik papa yang anteng menikmati setiap suapan hidangan mama, "bawahan papa, yang waktu kemarin jemput Lala. Perwira pertama, ma. Yahud orangnya! Berprestasi, ganteng." Puji papa membuat Gala merasa gerah.

Oke, ada Panji, Russel lalu siapa lagi? Dan tebak keduanya adalah jenis lelaki yang sangat Gala hindari, catat! Perwira! Tentara!

"Oh, yang kalo ngga salah keponakannya jendral, ya pap? Baru inget sekarang. Sayang banget Yunda nolak...bukan jodoh." Mama tertawa kecil dan terlihat takjub saat memuji siapa Russel, Gala yang sejak tadi diam justru mengernyit, *jendral*? Gidiknya acuh tak acuh. Memangnya kenapa...

Tak mengindahkan obrolan keduanya, Gala justru beranjak pergi, "aku jalan dulu."

Sayup masih terdengar obrolan mama dan papa berlanjut tentang agenda hari ini dimana keluarga dari kota karang akan datang sesaat Gala di gawang pintu.

Mulai dari depan rumahnya ia sudah memacu langkah beriringan dengan fajar yang sudah menyingsing sejak tadi. Gala melirik jam tangannya, menerka-nerka jika jam segini Russel berada dimana.

Namun Gala memilih untuk menitipkan saja barang itu di pos depan unit anti teror, biar mereka yang menyerahkannya pada Russel.

Pertama, ia harus menyudahi interaksinya dengan Russel, yang justru malah semakin intens saja sekarang, seolah---urusan diantara mereka tak ada ujungnya.

Nafasnya tersengal diantara langkah besarnya berlari, sesekali Gala menjedanya dengan berjalan santai. Keringat cukup mengucur deras di balik jaket parasutnya.

Dan gerbang besar itu, Gala mendekat, "om...permisi."

"Ya?" seorang berpakaian lengkap menemui Gala sementara satu lainnya duduk di depan serambi.

"Aku mau titip scarf ini. Ini punya Lettu Teuku Agrarussel, tau ngga? Biar aku kabarin dulu orangnya buat ambil ini disini.." ujar Gala diangguki penjaga serambi.

"Kenapa mesti dititip kalo bisa dikasih langsung."

Suara itu tepat di belakang badan Gala.

"Tuh, orangnya kak." tuduh si penjaga.

Gala menoleh, benar sosok perwira muda ini terlihat melakukan aktivitas yang sama dengan Gala, dalam balutan celana pendek hitam dan t-shirt hijau army dengan logo tentara negri di dada yang sudah basah di sebagian areanya oleh keringat, beberapa perwira lain yang tadi bersamanya sudah berangsur masuk ke dalam satuan disana ada pula yang melanjutkan langkah besarnya menyusuri pinggiran jalan besar ini, untuk melanjutkan acara lari pagi.

Yama terlihat mesem-mesem, "mau diterusin bareng si neng cantik atau masuk? Jadi sarapan bareng ngga Sel?"

"Duluan aja. Gue ada tamu."

Jarna mendorong punggung Russel, "halah---halah, tamu. Neng, awas, dia buaya. Masuk perangkap di caplok!" keduanya kini tertawa.

Namun alih-alih ikut tertawa, Gala tak memberikan ekspresi apapun selain menyunggingkan senyum tipisnya.

Sepeninggal kawan-kawannya yang justru melanjutkan langkah mencari sarapan. Russel justru menarik tangan Gala, mengajaknya melakukan jogging lagi namun berlainan arah dari arah kedua temannya tadi.

"Mau ngajakin jogging kan?" tanya Russel begitu percaya diri.

Dan lagi--lagi, Gala tak bisa menolak begitu saja, lidahnya terasa kebas dan mendadak gagu. Tak tau...ia menurut saja untuk ikut berlari kecil mengikuti langkah Russel, "engga. Aku cuma mau balikin scarf aja sebenernya. Jogging ku udah selesai, rencananya mau pulang bantuin mama, soalnya tanta Yubi sama om Dandi datang kesini."

"Ohhh, ya udah sambil jalan balik, udah sarapan belum? Sini, kamu udah pernah cobain gado-gado disekitar sini belum, ada yang jual kue kue basah di sampingnya siapa tau ada yang kamu suka."

"Sel, tapi..." nyatanya ucapan ini hanya bisa mengudara dan hilang bersama debu-debu jalanan yang berterbangan, sebab Russel benar-benar menggiring Gala untuk jalan bersamanya. Tak memberi Gala kesempatan untuk menolak atau sekedar memberikan alasan.

Kini langkahnya sama dengan Gala, bukan lagi berlari namun sudah berjalan santai sambil sesekali menoleh, "La, besok aku ada tugas luar. 3 hari bakalan ngga ketemu. Sore ini mau temenin aku cari barang ngga, sekalian jalan keliling ibukota, aku yang traktir."

.

.

.

.

1
Maria Kibtiyah
yg salah si rara dh tau punya anak bini malah jd pelakor
MunaRizka
ucel kah yg nelpon
Bunda Idza
baru Nemu lagi kisah othor satu ini, selalu suka karya nya
Bunda Idza
semangat Gala....ikut banjir air mata ini, Yach..... seorang anak akan bingung jika harus memihak salah satu dari orang tua nya... pun mereka yang bilang pisah secara baik dan akan selalu ada untuk sang buah hati, tapi tetap terasa ada ruang hampa dihati sang anak...jadi siapapun yang bergelar orang tua harus banyak melakukan pertimbangan sebelum keputusan.
Semoga setelah badai ini menerjang, akan ada damai datang
MunaRizka
lagu kesukaan keponakanku🤣
MunaRizka
meleleh hati adek bang
MunaRizka
otw jadi calon istri
MunaRizka
ooohhh mau pamitan sama aa ucel
Trituwani
bang uceeeelll ki nona manise lg butuh sandaran e.. knpa pas kau tak dirumah masalah itu meledak.... kasian bang kekasih hate mu itu...semoga saja itu bukan si lazizz yg tlf bisa bisa keracunan itu nona /Slight/
Trituwani
disaat terbongkar pun rasanya kian sesak, knp tidak berpura pura terus saja biar terlupakan dgn seiring wktu...klo gala saja Bisa mnekan selama bertahun tahun knpa harus sekarang bom wktu itu meledak disaat gala terlihat baik baik saja... apa tdk bisa saling mmaafkan krn orang ketiga pun sudah tiada,demi ank yg dulu bertumbuh dgn guncangan mental dr sosok cinta pertama... tlg dibicarakan lg pa ma...ankmu sdg tidak baik baik saja skrang /Whimper/
𝐙⃝🦜尺o
apakah itu suara Russel?
Nia nurhayati
rahasia apa yang di sembunyikn papa irianto yaa
sitimusthoharoh
duh om nya berubah jadi bang ucel.duh mana lagi tugas eh si adx sayang malah nanggis kira2 bakalan nyari bala bantuan siapa nih bang ucel?
lanjut
Nia nurhayati
abang usell kamu harus berjuang Kara's tuk ngedapetin hati gallaa💪💪💪💪
sitimusthoharoh
gk mungkin ma2mu gk tau la.😭😭😭😭😭kan jadi bingung mo komen ap
lanjut
Elmaz
ayang ucel.... saat nya tepat bgt.
ikutan nangis dong di bab ini ikut merasakan yg gala rasakan....klo gala ice rasa getir ...yg aq rasa mie kuah rasa asin alias ingus meleleh krn baca sambil makan mie rebus 😭😭
Yuni
om ucel sayang masih tugas 😭😭😭😭😭kasian lala y ikutan mewek 😭😭😭
Iccha Risa
si duta air mineral bukan yg nelpon, tolongin dong bang andai bisa tinggal tring dihadapan Lala ..
Iccha Risa
Lala duh pengen peluk tubuh ringkihmu... keegoisan kalian nambah luka perceraian bukan menyelesaikan masalah. Lala dengan kesendirian tuh udh melekat udh plis jgn nambah list yg buat hancur hati Lala, ga bisa apa buat Lala tetep waras bisa bicara dgn kepala dingin mama papa seharusnya bisa mengerti sebab akibat dari tindakan atw keputusan mereka ambil..
Vie ardila
aku juga berurai air mata kak mimin... 😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!