Javier adalah seorang dokter legendaris bermata emas. karena suatu insiden membuatnya kehilangan ingatannya. Menikah dengan seorang wanita cantik secara kebetulan, membuat dirinya begitu di remehkan oleh keluarga si wanita.
Kemampuannya begitu sangat hebat dalam bidang medis. Matanya bersinar seperti Kilauan emas yang mampu melakukan segalanya.
Hingga akhirnya ingatan dan kemampuannya telah kembali, membuatnya bangkit merubah takdirnya.
Menjadi rebutan banyak wanita cantik, terkenal dan sangat di hormati. Javier adalah simbol pria sempurna di dunia.
"Kamu adalah dokter legendaris itu...?" ujar Clara.
"Aku hanya tidak ingin kamu minder saja," balas Javier.
"Kenapa kamu tidak mengatakannya sejak awal?" tanya Clara.
"Jika keluarga mu tahu bahwa aku dokter legendaris, aku tidak akan pernah tahu bahwa seluruh anggota keluargamu begitu kejam," jawab Javier.
Clara terdiam tertunduk tidak bisa berkata-kata. Perasaan bersalah memenuhi hati dan pikirannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 SEDIKIT TERLAMBAT
Melihat Tika keluar seorang diri, Javier juga segera menghampirinya.
"Asisten Tika, di mana Clara?" tanya Javier.
"Bu Clara sudah pergi satu jam yang lalu," jawab Tika.
"Kemana?" tanya Javier.
"Pergi menghadiri undangan makan dari tuan Dion," jawab Tika.
"Apa..." Javier langsung terkejut.
"Untuk apa kamu terkejut seperti itu, tuan Dion sudah membantu perusahaan ini, jadi wajar saja bu Clara menerima undangannya," ujar Tika.
"Apa maksudmu membantu perusahaan?" tanya Javier.
Tika menjelaskan bahwa tuan Dion telah melunasi semua hutang perusahaan. Jadi Clara pergi untuk makan malam dengannya. Hal itu yang di katakan oleh Clara kepadanya sebelum pergi.
Sontak saja Javier kembali terkejut mendengarnya. Dirinyalah yang melunasi hutang perusahaan, bagaimana bisa justru malah Dion. Lagi pula saat ini Dion sudah di pecat dan bukanlah siapa-siapa lagi, pikir Javier.
Javier juga mulai merasakan ada yang aneh di sini. Sebuah firasat buruk juga muncul pada dirinya.
"Kemana Clara pergi?" tanya Javier kepada Tika.
"Restoran yang ada di hotel Star Night," jawab Tika.
Javier juga segera pergi dengan tergesa-gesa menggunakan sepeda motor listriknya. Saat ini dirinya begitu khawatir terhadap Clara. Javier takut Dion mempunyai rencana licik terhadap istrinya.
"Bu direktur begitu cantik, sayang sekali mempunyai suami yang tidak berguna," ucap Tika melihat Javier pergi dengan menggunakan sepeda motor listriknya.
"Walaupun tampan, juga apa gunanya?" sambung Tika.
Sebagai seorang asisten dari Clara, terkadang Tika begitu kasian terhadap direkturnya ini. Masalah perusahaan selalu dia hadapi sendiri, serta menjadi tulang punggung keluarga. Sedangkan suaminya tidak berguna sama sekali.
Di restoran hotel Star Night, Clara sedang makan malam bersama Dion. Clara mengucapkan terima kasih atas bantuan Dion membayar hutang perusahaannya.
Selama makan Dion terus memperhatikan Clara secara diam-diam. Clara begitu cantik sekali, sehingga membuat Dion sudah tidak sabar.
"Untung saja kamu belum tahu tentang keadaan ku sekarang, kesempatan ini sangat bagus sekali, aku harus bisa mendapatkan mu," ucap Dion dalam hati.
Clara kemudian pamit sebentar untuk pergi ke kamar mandi. Di kamar mandi Clara mulai berkaca sambil membenahi lipstiknya yang luntur akibat makan.
Dion juga memanfaatkan kesempatan ini untuk menjalankan rencananya. Dion mengeluarkan sebuah botol kecil obat dan memasukan isinya ke dalam minuman Clara.
Obat itu berbentuk serbuk, sehingga langsung larut dengan mudah bercampur dengan minuman Clara.
Tidak lama kemudian, Clara juga telah kembali dari kamar mandi. Seperti yang Dion harapkan, Clara langsung meminum minumannya yang telah di beri obat oleh Dion.
"Sudah malam, saya pamit pulang dulu tuan Dion," ujar Clara.
"Ya, silahkan!" balas Dion dengan senyuman di sudut bibirnya.
Clara juga mulai bangkit dari tempatnya hendak pergi dari sana. Namun tiba-tiba saja Clara memegangi kepalanya dengan kedua tangannya.
Kepala Clara terasa pusing dengan pandangannya yang menjadi buram. Dion yang melihat itu juga mulai tersenyum lebar.
Obat yang Dion berikan benar-benar mujarab, hanya dalam waktu kurang dari 2 menit saja, efek obatnya sudah terasa.
"Tidak sia-sia aku membelinya dengan harga yang mahal," ucap Dion dalam hati.
Clara sendiri mulai berjalan dengan sempoyongan. Tubuhnya terasa begitu lemah dan kedua kakinya seolah sudah tidak mampu menopangnya.
"Kenapa dengan tubuhku ini?" Clara mulai kehilangan kesadarannya.
Dion tahu ini adalah kesempatannya. Dion segera bangkit dan segera memapah tubuh Clara. Clara juga sudah tidak merasakan apapun, karena telah tidak sadarkan diri.
Dion langsung memapah Clara membawanya pergi dari restoran hotel menuju ke kamarnya. Sampai di kamar, Dion meletakkan tubuh Clara di atas ranjang tempat tidurnya.
"Glek..." Dion menelan ludahnya sendiri.
Clara yang tergeletak terlihat begitu cantik dan menggoda sekali. Hasrat dalam diri Dion juga telah meronta-ronta.
"Kamu selalu menolak ku sebelumnya," ucap Dion.
"Sebentar lagi, aku akan bermain sepuasnya dengan dirimu," sambung Dion.
Dion segera pergi ke bagian sudut ruangan untuk memasang kamera terlebih dahulu. Dion berencana akan merekam semua yang akan di lakukan terhadap Clara.
Sedangkan saat ini Javier juga telah sampai di restoran hotel Star Night. Javier terus mencari ke segala penjuru restoran, namun sama sekali tidak menemukan keberadaan Clara istrinya.
Sembari tadi Javier juga sudah mencoba menghubungi ponsel Clara, tapi sama sekali tidak di angkat. Hal ini tentu saja semakin membuat Javier khawatir.
Clara sedang bersama dengan Dion di karenakan beranggapan bahwa Dion adalah orang yang menolongnya, sedangkan notabenenya Dion saat ini bukanlah siapa-siapa lagi.
Javier segera menghampiri salah satu pelayan restoran yang ada di sana untuk menanyakan tentang Clara istrinya.
"Maaf, apa nona melihat wanita ini," Javier memperlihatkan foto Clara yang ada di ponselnya.
Untungnya pelayan itu sempat melihat Clara sebelumnya. Pelayan tersebut mengatakan bahwa wanita yang di maksud Javier tidak terlihat sempoyongan. Kemudian di papah dan di bawa pergi oleh seorang pria menuju salah satu kamar yang berada di lantai dua. Untuk nomor kamarnya, pelayan wanita tersebut tidak mengetahuinya.
"Brengsek..." Javier tampak emosi sekali.
Dirinya begitu sangat panik sekali mengetahui istrinya di bawa ke kamar hotel oleh Dion.
"Jika kamu berani menyentuh istriku, aku tidak akan melepaskan mu," Javier segera berlari menuju ke lantai dua.
Sementara itu, Dion sendiri telah selesai memasang kamera yang langsung mengarah ke ranjang tempat Clara terbaring. Kamera itu telah menyala dan mulai merekam.
Dengan kamera itu dion akan merekam tindakan bejatnya terhadap Clara. Rekaman itu kelak akan dia gunakan untuk mengancam Clara.
Hal itu Dion lakukan agar Clara tidak berani melaporkan perbuatannya kepada pihak kepolisian dan juga di gunakan untuk mengancamnya meminta uang. Dengan begitu, keuntungan yang dia dapatkan akan semakin banyak.
Saat ini Dion membutuhkan banyak uang, ini adalah kesempatan bagus sekali untuk nya. Walaupun Dion tahu keluarga Clara tidak terlalu kaya, tapi dia yakin masih bisa mendapatkan beberapa milyar darinya.
Dion mulai mendekati Clara dengan wajah mesum dan pikiran yang sudah jauh melayang kotor. Dion juga mulai naik ke atas ranjang.
Sebelum memulai Dion melihat ke arah kamera sambil berpose dengan mengangkat jari tengahnya.
"Kamu begitu jual mahal sebelumnya, sekarang bahkan ku bisa bermain denganmu secara gratis," ucap Dion menatap Clara.
Dion mulai membuka kancing baju kemeja kerja Clara satu-persatu. Seketika perlahan tubuh Clara juga mulai terlihat.
Dion adalah seorang pria brengsek yang sering bermain dengan wanita, namun harus Dion akui dirinya belum pernah melihat tubuh wanita yang seindah milik Clara ini.
Kulit tubuhnya begitu sangat putih dan terawat sangat baik. Itu yang membuat hasrat Dion juga semakin memuncak bersiap untuk menerkam Clara. Di tambah lagi Dion tahu bahwa Javier suaminya sama sekali belum pernah menyentuhnya, sehingga Clara masih seorang wanita suci. Hal ini semakin membuat Dion tambah bersemangat.
Dion mulai merebahkan tubuhnya hendak mencium Clara terlebih dahulu, namun tiba-tiba terhenti karena terkejut mendengar suara hentakan pintu yang keras.
"Brak!" pintu di dobrak dengan keras dari luar.
Pintu kamar juga langsung terbuka dan muncullah sosok Javier dengan nafas yang terengah-engah. Javier datang sedikit terlambat karena Dion telah membuka kancing baju Clara istrinya, tapi beruntungnya Dion belum sempat menyentuhnya.
"Javier..." Dion tampak kaget sekali karena Javier tiba-tiba muncul di sana.
Sontak saja Dion mulai merasa panik dengan tindakannya ini.