Bagi Nadin, bekerja di perusahaan besar itu impian. Sampai dia sadar, bosnya ternyata anak tetangga sendiri! Marvin Alexander, dingin, perfeksionis, dan dulu sering jadi korban keisengannya.
Suatu hari tumpahan kopi bikin seluruh kantor geger, dan sejak itu hubungan mereka beku. Eh, belum selesai drama kantor, orang tua malah menjodohkan mereka berdua!
Nadin mau nolak, tapi gimana kalau ternyata bos jutek itu diam-diam suka sama dia?
Pernikahan rahasia, cemburu di tempat kerja, dan tetangga yang hobi ikut campur,
siapa sangka cinta bisa sechaotic ini.
Yuk, simak kisah mereka di sini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Periksa kehamilan
Sudah seminggu sejak kabar kehamilan itu. Rumah mereka kini berubah seperti markas besar calon ayah panik. Setiap pagi, Marvin bangun lebih cepat, mengecek suhu ruangan, memastikan lantai tidak licin, bahkan mengganti semua sandal rumah Nadin dengan alas empuk yang katanya anti-kepleset premium.
Pagi itu, Nadin baru bangun dengan rambut acak-acakan dan mata setengah terbuka, langsung disambut suara panik suaminya dari dapur.
“Jangan bergerak dulu! Aku bawain sarapan ke kamar!”
“Marvin, aku cuma mau ambil air putih...”
“Airnya aku bawain juga! Kamu duduk aja! Jangan berdiri lama-lama!”
Nadin menatapnya datar.
“Aku hamil, bukan patah tulang.”
“Tetep aja, aku nggak mau ambil risiko,” jawab Marvin sambil meletakkan nampan berisi bubur ayam, susu hangat, dan buah potong.
“Serius kamu nyiapin semua ini?”
“Aku belajar dari YouTube, tips sarapan sehat untuk Ibu Hamil Trimester Pertama.”
“Kamu juga belajar dari YouTube caranya panik?”
“Itu bakat alami,” sahut Marvin bangga.
Nadin menghela napas, tapi senyumnya muncul juga. Ia duduk, mengambil sendok, dan baru satu suapan,
“Eh, Vin…”
“Hmm?”
“Ini buburnya asin banget.”
“Masa sih?”
Marvin mencicipi sedikit.
“Ah iya, salah takaran garam.”
“Salah takaran atau salah fokus liatin video?”
“Mungkin dua-duanya.”
Namun bukannya menyerah, Marvin langsung berdiri.
“Tunggu! Aku masak ulang!”
“Nggak usah, Vin! Aku makan aja yang ini.”
“Tapi kamu hamil...”
“Dan kamu bikin dapur kebakaran kalau terus kayak gitu,” potong Nadin cepat.
Beberapa hari kemudian, fase ngidam resmi dimulai.
Malam-malam Nadin tiba-tiba duduk di ranjang sambil merenung.
“Vin…”
“Hmm?” sahut Marvin setengah ngantuk.
“Aku pengin jus jambu campur kelapa muda.”
“Sekarang jam dua pagi.”
“Iya, makanya cepet beli sebelum pagi.”
Marvin membuka mata pelan, menatap istrinya yang serius.
“Kamu becanda, kan?”
“Enggak, bayi kamu pengin jus jambu campur kelapa muda.”
“Bayiku atau istriku?”
“Dua-duanya.”
Dan sepuluh menit kemudian, Marvin sudah mengenakan jaket, sandal, dan wajah pasrah penuh cinta. Ia menyetir keluar kompleks sambil bergumam,
“Kenapa nggak ngidam nasi goreng aja sih … itu kan gampang.”
Saat kembali dengan dua gelas jus jambu kelapa muda, Nadin sudah tertidur pulas di sofa.
“Seriusan nih…”
Ia menatap gelas itu, lalu tersenyum.
“Ya udah, yang penting kamu dan bayi sehat.”
Esok paginya, Nadin baru tahu apa yang dilakukan Marvin semalam. Ia memandangi dua gelas jus yang masih utuh di meja, lalu tersenyum kecil.
“Kamu beneran pergi malam-malam cuma buat ini?”
“Tentu, aku suami siaga.”
“Suami siaga atau suami nggak waras?”
“Suami cinta mati,” jawab Marvin dengan wajah datar tapi penuh arti.
Nadin tertawa pelan, kemudian menyandarkan kepala di bahunya.
“Kamu tahu nggak, Vin?”
“Apa?”
“Kadang aku masih nggak percaya kamu bisa seserius ini ngurusin aku.”
“Kalau buat kamu, aku bisa lebih dari serius,” ucap Marvin sambil mengusap rambutnya.
“Cieee, romantis.”
“Aku serius, Nad.”
“Aku tahu,” balasnya pelan.
Di luar, matahari pagi menembus jendela kamar mereka. Suara burung dan aroma teh dari dapur bercampur dengan tawa kecil keduanya. Mungkin, cinta yang sederhana seperti inilah yang membuat semua lelah terasa berarti.
Pagi itu, rumah sakit tampak sibuk seperti biasa. Deretan pasien antre di ruang tunggu kebidanan, namun di sudut ruangan paling dekat jendela duduk sepasang suami-istri muda yang mencuri perhatian.
Marvin dengan kemeja rapi, wajah tegang dan tangan menggenggam erat tas berisi hasil pemeriksaan, sementara di sampingnya, Nadin duduk santai sambil menggigit roti, tampak jauh lebih tenang dibanding suaminya.
“Nad, kamu yakin nggak apa-apa? Nanti kalau dokter bilang harus bed rest gimana?”
“Vin, ini cuma kontrol pertama, bukan operasi besar.”
“Tetep aja, aku nggak mau ambil risiko.”
“Risiko apanya, suamiku yang drama ini?” goda Nadin sambil menahan tawa.
Perawat memanggil nama Nadin, dan mereka pun masuk ke ruang pemeriksaan. Dokter menyapa ramah, lalu mulai melakukan USG. Nadin berbaring, menggenggam tangan Marvin yang dingin seperti es. Layar menampilkan bayangan kecil samar, dan tiba-tiba,
“Tuk … tuk … tuk …”
Suara itu terdengar cepat, ritmis, seolah memenuhi ruangan dengan keajaiban.
“Itu … suara apa, Dok?” tanya Marvin pelan.
“Itu detak jantung janin, Pak Marvin,” jawab dokter dengan senyum hangat.
“Berarti…”
“Selamat, calon ayah dan ibu. Janinnya sehat dan tumbuh dengan baik.”
Marvin terdiam, matanya berkaca-kaca, menatap layar seolah dunia berhenti berputar. Ia menunduk ke arah Nadin, suaranya bergetar.
“Itu … anak kita.”
“Iya,” jawab Nadin dengan senyum lembut, “anak kita.”
Ia menatap Marvin, pria yang dulu dikenal tegas dan dingin kini menggenggam tangannya erat, bahkan mencium punggung tangannya dengan lembut.
“Terima kasih, Nad.”
“Untuk apa?”
“Untuk ngasih aku kebahagiaan yang bahkan nggak pernah aku bayangkan.”
Mereka keluar dari ruang dokter dengan wajah berbinar. Namun kebahagiaan itu seketika berubah saat suara sepatu hak tinggi terdengar mendekat. Langkah anggun, aroma parfum khas, dan senyum tipis penuh makna. Anita Mudi berdiri beberapa meter di depan mereka.
“Oh … ternyata benar,” ucap Anita sambil melirik Nadin yang mengusap perutnya.
“Kalian datang kontrol, ya?”
“Kamu juga di sini?” tanya Marvin datar.
“Tentu, mama kontrol jantung, aku yang ngantar. Tapi … ternyata aku dapat bonus pemandangan menarik.”
Tatapannya jatuh ke tangan Marvin yang masih menggenggam tangan Nadin. Nadin mengangkat alis, nada bicaranya tenang tapi tajam.
“Bonusnya semoga nggak bikin iri, ya.”
Anita tersenyum miring.
“Oh, tenang saja. Aku cuma kasihan aja … kamu kayaknya harus kerja ekstra buat bisa seimbang sama keluarga Alexander.”
“Nggak masalah,” jawab Nadin santai. “Yang penting aku nggak pura-pura kuat hanya karena lahir di keluarga besar.”
Suasana menegang. Beberapa orang di ruang tunggu sempat melirik mereka. Marvin akhirnya melangkah maju, berdiri di antara keduanya.
“Cukup, Anita. Aku nggak mau ribut di tempat umum.”
“Aku cuma bicara, bukan ribut,” sahut Anita lembut, tapi tatapan matanya menyala.
“Dan aku cuma melindungi istri dan anakku,” balas Marvin tegas.
Nadin menatapnya sejenak, lalu tersenyum kecil dan senyum bangga yang diam-diam menyentuh hatinya sendiri. Anita menunduk sedikit, menyembunyikan ekspresi kesalnya.
“Baiklah, selamat, Marvin. Selamat jadi ayah.”
Ia melangkah pergi dengan suara hak tinggi yang bergaung dingin di koridor rumah sakit.
Setelah Anita menghilang dari pandangan, Marvin memegang pundak Nadin.
“Kamu oke?”
“Aku oke. Tapi kayaknya kamu yang butuh tenang.”
“Nggak … aku cuma...”
“Marah?” potong Nadin sambil tersenyum manis.
“Nggak juga … lebih ke bangga. Karena kamu ngelawan dia dengan tenang banget.”
“Belajar dari kamu,” balasnya sambil meraih tangan Marvin.
Keduanya berjalan keluar rumah sakit dengan langkah ringan. Di dalam mobil, Nadin menatap foto hasil USG di tangannya.
“Lihat, Vin … kecil banget ya.”
“Kecil, tapi udah bikin papanya jadi orang paling bahagia di dunia,” jawab Marvin pelan.
Mereka tersenyum, hari itu, untuk pertama kalinya cinta mereka terasa utuh, bukan hanya karena janin yang tumbuh di rahim Nadin, tapi karena keyakinan bahwa apa pun yang datang bahkan masa lalu tak akan bisa menggoyahkan mereka lagi.
rasanya pengen tak getok aja tuh kepalanya Anita biar gegar otak sekalian . jadi orang kok murahan banget mau merebut suami orang .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sampai bacanya gemes tolong pelakor di hempaskan biyar kapok dan kena karmanya....
heeee lanjut Thor semangat 💪
tapi ingat aja Anita.... kamu gak akan menang melawan wanita bar-bar seperti Nadin Alexander .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
dan ternyata drama ibu hamil masih berlanjut terus . bukan Nadin yang hamil yang bikin heboh , tapi Marvin suaminya malah sekarang ditambah mertuanya .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
tapi pantes aja sih kelakuan Anita kayak gitu , orang ajaran dan didikan ibunya juga gak bener .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
apalagi sekarang Nadin lagi hamil makin sayang dan cinta mereka makin tumbuh lebih besar .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
selamat ya Nadin dan Marvin , semoga kehamilannya berjalan lancar hingga lahiran nanti .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍