Juanda Mahessa, 32 tahun, wajah tampan, dingin, tertutup serta kejam. ia adalah CEO muda Mahessa grup sekaligus pewaris tunggal. Prestasi yang luar biasa dan reputasi tanpa cela, membuatnya menjadi panutan dikalangan pebisnis dan wanita kalangan atas. Atas desakan sang kakek Solmon Mahessa yang mengharuskan juanda untuk segera menikah sebelum diusianya yang ke 32 tahun.
" Menikahlah dengan ku " kata Juanda, suaranya tenang namun penuh penekanan
" Apa kau mabuk? " Arumi Calista
" Aku serius, aku akan memberi mu uang 20 juta per bulan nya. kau hanya perlu menikah dengan ku " juanda Mahessa
Arumi tau ini gila, tapi ketika pilihan antara bertahan dalam kemiskinan atau mengambil kesempatan gila ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lembayung pagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab19
Sebulan sudah lili tinggal bersama mereka. Dan selama itu juga lili di perlakuan kan layak nya seorang istri. Juanda kerap terlihat berduaan saat di ruang tengah. Dan Juan juga sering membantu lili memasak di dapur. Pemandangan itu sungguh sangat menyakitkan hati arumi. Namun ia mencoba untuk tetap tenang sebisa mungkin. Tapi hati dan pikiran nya bertolak belakang. Arumi tetap saja tak bisa mencampak kan perasaan nya yang telah tumbuh seiring waktu berjalan
Ya, arumi telah jatuh cinta kepada juanda suami diatas kertasnya
Dan di satu hari dimana hari itu adalah hari minggu
"Aku mau bicara sama kamu" ucap arumi ketus kepada juanda yang tengah duduk manis bercanda ria dengan lili
Lili dan juanda bersamaan melihat arumi
"Sebentar ya" ucap lembut juanda kepada lili. dan lili hanya mengangguk kan kepala sembari tersenyum tipis
Di balkon depan mereka berbicara
"Apa yang mau kau bicarakan" tanya juanda langsung
Tanpa melihat Juan, arumi pun menjawab "aku ingin mengakhiri pernikahan ini"
"Apa, apa aku tidak salah dengar. Kau aku kontrak selama setahun, dan pernikahan ini baru berjalan tiga bulan. Apa kau lupa dengan perjanjian yang telah kita sepakati"
Arumi berbalik badan
"Tapi aku sudah tidak tahan dengan sikap kamu itu" kata nya
"Sikap?? sikap apa yang membuat kamu merasa tak tahan"
Arumi terdiam
"Tungu tunggu.. atau jangan-jangan kau sudah mulai jatuh cinta pada ku. Iya benar begitu" sambung juan menebak, dan parah nya tebakan itu benar adanya
Arumi masih diam
"Ingat ya arumi. Aku peringat kan sekali lagi, kalau hubungan pernikahan kita ini hanya lah pernikahan di atas kertas. Jadi jangan pernah berharap lebih dari pernikahan palsu ini" ucapan juanda itu sungguh telak
Juanda menghentikan langkah nya dan kembali berucap "ingat lah syarat perjanjian kita tempo hari" Dan berlalau meninggal kan arumi sendirian
Juanda kembali menemani lili. sementara arumi masuk kedalam kamar nya
"Dreettt.... dreettt.. "
Tiba-tiba suara handphone nya juanda berbunyi.
Dilihat nya nama sang kakek yang muncul di layar, lalu juan mengusap tombol hijau itu
[ Dasar cucu kurang ajar, berani-beraninya kamu tidak datang tempo hari kerumah kakek ] teriak kakek solmon dan juanda terpaksa harus menjauh kan handphone nya dari telinga
[ Kakek kenapa sih, nggak usah teriak-teriak gitu deh. Sebentar lagi aku datang ke sana ]
[ Awas kalau kalian tidak datang lagi ]
[ Iya iya kakek ]
Dan panggilan terputus
"Kamu di sini aja dulu ya, aku sama arumi mau keluar sebentar ke rumah kakek" ucap Juan kepada lili
"Ya udah, tapi jangan lama-lama ya. Soalnya aku takut kalau penculik itu akan datang mencari ku lagi"
"Iya, aku cuma sebentar kok" ucap Juan begitu lembut nya sembari mengusap rambut lili
Lili tersenyum dan menganggukkan kepalanya
"Ya udah, aku pergi dulu ya"
"Iya, kamu hati-hati ya"
Juanda mengetuk pintu kamar nya arumi, lalu arumi pun keluar
"Ada apa" tanya arumi
"Bersiap lah kita ke rumah kakek"
Tanpa menjawab lagi, arumi lalu kembali masuk ke dalam kamarnya dan bertukar pakaian. Dan setelah lima menitan, arumi keluar begitu juga dengan juanda.
Selama di dalam mobil menuju rumah kakek solmon, arumi hanya diam tak bicara sepatah kata pun. Begitu juga dengan juanda, ia lebih fokus mengemudikan mobil nya ketimbang berbicara dengan arumi.
Entah ramuan apa yang telah lili berikan kepada juanda, sehingga dirinya sama sekali tak memperdulikan arumi.
Akhirnya mereka pun sampai juga di rumah besar nya kakek solmon.
"Kakek" sapa arumi saat mereka telah masuk ke dalam rumah besar bak istana itu.
Arumi menyalami kakek solmon begitu juga dengan juanda
"Kakek sehat?" sambung arumi hnaya sekedar berbasa basi agar tidak terlalu kikuk
"Kakek akan selalu sehat jika si biang kerok itu tidak pernah membuat masalah" tunjuk kakek solmon ke arah juanda
"Loh, kok bisa kena ke aku sih kek" sahut juanda merasa tidak terima
Belum lagi kakek solmon hendak berucap, arumi langsung menggiring nya ke ruang tamu
"Sudah lah kek, nggak usah di hiraukan. kita duduk aja dulu ya"
Si kakek menurut begitu juga dengan juanda
"Ada apa sih kek nyuruh kami ke mari terus" tanya juanda seolah-olah tak tau menau hal sebenarnya
"Kamu" kakek solmon melempar bantalan kursi tepat di wajahnya juanda. Tapi dengan sigap juanda bisa menangkap nya
Kakek solmon menarik nafas dalam
"Kakek mau kalian lusa melangsungkan pernikahan secara resmi dan terang-terangan"
"Dan kakek tidak mau ada penolakan"
"Baik lah" tanpa penolakan juanda langsung mengiyakan nya tanpa protes lagi
Arumi hanya melihat dan mendengar saja. Ia tak bisa membayangkan kalau pernikahan palsunya itu akan ketahuan suatu hari nanti. Dan pada saat itu ia tak tau apa yang akan terjadi pada kakek solmon
Dan setelah nya, arumi bertukar cerita bersama kakek solmon. Sementara juanda memutuskan untuk rebahan di kamar nya
Dengan tiba-tiba hujan pun turun sangat deras. Hingga ke sore hari hujan pun masih juga belum reda.
"Malam ini kalian nginep disini saja" ucap kakek solmon saat mereka sedang duduk santai sambil ngopi bareng.
"Nggak usah kek, kami pulang saja" sahut juanda
"Tapi hujan masih belum juga berhenti"
"Kan kita naik mobil, masak iya hujan bisa masuk ke dalam" sahut juanda sedikit ngeyel
"Kakek nggak mau tau, pokoknya malam ini kalian nginep di sini. Apa salah nya sih nginep disini sehari saja"
Nada bicara si kakek terlihat naik satu oktaf. Arumi yang berada di sebelah nya berusaha untuk menenangkan si kakek dengan mengelus lembut lengan nya
"Apa salah nya sih nginep semalam aja. Kalau kamu tidak mau, biar aku saja yang di sini nemanin kakek" sahut arumi
"Sudah lah" ucap Juan dan ia pun pergi begitu saja meninggalkan arumi dan kakeknya
"Sebenarnya ada apa dengan dia. Mengapa sikap nya begitu aneh" tanya si kakek
"Mungkin di kantor lagi ada banyak masalah, jadi terbawa sampai kerumah" arumi berusaha menutupi nya meskipun ia sendiri tak tau mengapa juanda bisa berubah seperti itu.
Atau bisa jadi perubahan itu dikarenakan kedatangan lili.
Dan malam pun tiba, juanda harus tidur satu kamar dengan arumi. Jika mereka tidur di kamar yang berbeda, otomatis si kakek akan merasa curiga. Namun, bukan berarti mereka juga harus berbagi kasur yang sama.
Dengan inisiatif sendiri, arumi mengambil bantal lalu berjalan ke arah sofa yang ada di dalam kamar itu. Arumi tidur di sofa tersebut tanpa harus di suruh
Sementara juanda hanya melihat tanpa berkata apa pun.
Kini arumi telah pun tertidur dengan sangat pulas nya. Sementara juanda masih belum bisa memejamkan matanya. Ia berbalik ke sisi kanan dan kiri, namun masih juga belum bisa tertidur. Sementara jam sudah sangat malam, yaitu jam satu malam
Alhasil, Juan bangun dan berjalan ke arah arumi. Di tatap nya sang istri dengan dalam.
"Cantik juga kalau kamu sedang tertidur, seperti bayi tanpa dosa" gumam nya pelan takut arumi terbangun
Karena merasa tubuh arumi sangat dingin, lalu juanda mengambil selimut lalu menyelimuti ke tubuh sang istri. Di selak kan nya rambut arumi yang terjatuh ke pipinya.
Pelan, begitu pelan sehingga ia bisa melihat kecantikan alami yang dimiliki oleh arumi sejak lahir
Naluri nya ingin mencium bibir arumi. Namun ia tahan sebisa mungkin. Ia tak mau di katakan mencari kesempatan dalam kesempitan. lalu ia putus kan hanya mencium kening arumi dan berkata
"Selamat malam, maaf kalau aku telah menyakiti hati mu. Tapi aku tak bisa memilih mu, karena hati ku hanya untuk dirinya. Satu nama yang selalu ku simpan rapat-rapat. Dan akhirnya aku menemukan nya" gumam nya pelan lalu ia pun kembali ke ranjang nya dan mencoba untuk memejamkan matanya
Nemu lagi bela ketiga.
ini udah bela ketiga yang ku temukan sifatnya menjengkelkan.
yang satu, sok polos, yang satu nganu, yang ini lagi minta tas baru.
beli sendiri/Right Bah!/