Sebagai murid pindahan, Qiara Natasha lupa bahwa mencari tahu tentang 'isu pacaran' diantara Sangga Evans dan Adara Lathesia yang beredar di lingkungan asrama nusa bangsa, akan mengantarkannya pada sebuah masalah besar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunny0065, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenyataan
Panik!
Dua remaja terjebak di kamar mandi, kini sedang cekcok.
"Cowok kurang ajar menguntit gue sejauh ini mau Lo, apa, gangguin gue tiap hari! Lo merasa tersaingi atas kehadiran gue, diskusikan baik-baik pakai kepala dingin bukan gini caranya!" sergah Natasha menatap garang.
Sangga mengacak rambut frustasi, tidak mengerti mengapa pintunya bisa terkunci.
"Terus salahi gue seenak udel! Lo enggak mikir apa, gara-gara Lo enggak tutup pintu, gue jadi kesasar masuk!" ketus Sangga.
"Dan Lo seenaknya nyalahin gue atas keteledoran Lo sendiri, cowok aneh!" desis Natasha.
Tidak terima diejek orang aneh, Sangga mengikis jarak mengurung Natasha diantara kedua tangannya yang bertumpu di sisi-sisi wastafel.
"Minggir, Lo bau keringat!" dengus Natasha mendorong dada Sangga agar menjauh.
"Apa yang aneh dari gue?" tanya Sangga.
"Diri Lo aneh, kepribadian Lo aneh, cara berpikir Lo aneh, sudut pandang Lo melihat orang lain aneh, keseluruhan hidup Lo itu aneh!" sungut Natasha.
"Ada lagi?"
Natasha terdiam menghindari kontak mata dengan Sangga yang tiada gentar menatapnya lekat.
"Kesempatan kita ke luar dari sini nol persen, ventilasi udara di atas kecil kemungkinan buat kita bobol, satu-satunya jalan keluar dari sini cuma pintu terkunci di belakang kita. So, orang lain akan menemukan kita dan berspekulasi bahwa diantara kita telah terjadi sesuatu, sekarang tinggal Lo pilih... keadaan kita pas ketahuan nanti mau sedang kayak gimana?" tutur Sangga.
"Ngomong to the point', kepala gue puyeng lama-lama hirup aroma keringat Lo!" kesal Natasha.
"Kurang jelas gimana gue bicara, Lo nya aja lemot mengerti," ejek Sangga.
"Natasha!"
"Sangga!"
"Kalian di mana!"
"Pencar gih, cek bilik satu per satu, kata Kevin dan Dimas, mereka ketinggalan di gedung ini."
Deg!
Natasha dan Sangga terkejut, mendengar teriakan teman-temannya bersahutan memanggil.
Klek!
Jantung Sangga dan Natasha nyaris copot dari tempatnya saat pintu kamar mandi di belakangnya diputar seseorang dari luar.
"Sini, deh! Pintu ini susah di buka!"
"Dobrak, Gib!"
Sontak Natasha loncat memeluk erat leher serta kedua kakinya melingkar di pinggang Sangga.
Terjebak situasi darurat, Sangga menahan Natasha bak koala dan membawanya sembunyi di sudut pintu.
Brak!
Pintu terbuka lebar mendapat tendangan super kaki Gibran.
"Mereka ketemu?"
Gibran melongok kepala mencari Natasha dan Sangga. "Kosong!"
"Mungkin udah ke lapang, putar balik!"
Gema langkah para pencari mulai menjauh.
Natasha meringis samar merasakan nyeri pada samping kepalanya akibat kepentok daun pintu.
"Lo kenapa?" tanya Sangga.
"Di sini sumpek, paru-paru gue sampai sesak menghirup oksigen," ringis Natasha.
Mengerti kondisi Natasha tidak baik-baik saja, pelan-pelan Sangga keluar persembunyian dan menurunkannya.
"Mau gue usap?" tawar Sangga.
Natasha menepis tangan terangkat Sangga yang hendak mengusap kepalanya. "Gue bukan tipikal cewek manja kayak pacar, Lo!"
Kening Sangga mengkerut dalam, diam-diam mencerna tolakan spontan Natasha.
"Maksud Lo, Adara?"
"Siapa lagi kalau bukan dia. Gibran? Ya, kali, jeruk makan jeruk!"
"Lo perhatiin gue dan Adara? Buang-buang waktu, Lo sama aja kayak penghuni asrama lainnya, memburu informasi tentang hubungan itu. Gue curiga, Lo nanyain hal ini di suruh seseorang?"
"Gue inisiatif cari tau sendiri, kebetulan mumpung Lo enggak lagi sibuk, gue nanyain itu," ralat Natasha.
"Pertanyaan basi. Sebelumnya Kevin pernah gali jawaban itu, dan sekarang giliran Lo nanya gini. Apa istimewanya hubungan gue dan Adara di mata Lo semua?"
"Hubungan percintaan Lo dan Adara emang enggak sepenting itu bagi kami, heran aja kenapa sikap Lo terhadap Adara enggak seromantis kebanyakan orang pacaran di luar sana," komentar Natasha.
"Dan, Lo, terusik?"
"Nope. Orang awam seperti gue cuma kasihan lihat perjuangan cewek manja di sia-siakan sama cowok brengsek kayak Lo. Gue yakin, kuping Lo belum budeg dengar pujian siswa-siswi yang memuja betapa hidup Lo si paling dari yang paling, tapi apa tanggapan Lo atas kekaguman mereka? Lo enggak perduli pada apapun dan siapapun, Lo, egois. Lo enggak punya perasaan!" ungkap Natasha.
Celotehan Natasha masuk telinga kanan keluar telinga kiri, sama sekali tidak digubris Sangga.
"Lihat, berkat cowok brengsek ini, kita enggak ketahuan siapapun dan bonusnya pintu terbuka ajaib, ini artinya, Lo wajib bilang makasih," ujar Sangga mengalihkan pembicaraan sambil merenggangkan otot-otot tangannya yang pegal.
Natasha berdecak sebal ternyata selama memberi komentar, tidak di dengarkan. "Telinga Lo budeg!"
Sangga tertawa sumbang membuat Natasha merinding waspada mendengar alunan mengandung beban.
"Nyebelin udah, monster udah, aneh udah, enggak punya perasaan udah, egois udah, budeg udah, brengsek udah, kira-kira abis ini gue dimaki apalagi?" monolog Sangga.
"Fisik gue sehat, secara pikir dinilai unggul, tapi apa Lo tau ..." jeda. Sangga menyentuh bagian dada. "Di dalam sini, hati gue terluka," lanjutnya meremas Jersey hijau dikenakan.
"Katakan Natasha, bagaimana cara gue atasi kasus seorang adik jatuh cinta pada abangnya?"