NovelToon NovelToon
DIAM DIAM SUAMIKU NIKAH SIRIH

DIAM DIAM SUAMIKU NIKAH SIRIH

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Suami Tak Berguna / Selingkuh
Popularitas:56k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

"Loh, Mas, kok ada pemberitahuan dana keluar dari rekening aku tadi siang? Kamu ambil lagi, ya, Mas?!"

"Iya, Mai, tadi Panji WA, katanya butuh uang, ada keperluan mendadak. Bulan depan juga dikembalikan. Maaf, Mas belum sempat ngomong ke kamu. Tadi Mas sibuk banget di kantor."

"Tapi, Mas, bukannya yang dua juta belum dikembalikan?"

Raut wajah Pandu masih terlihat sama bahkan begitu tenang, meski sang istri, Maira, mulai meradang oleh sifatnya yang seolah selalu ada padahal masih membutuhkan sokongan dana darinya. Apa yang Pandu lakukan tentu bukan tanpa sebab. Ya, nyatanya memiliki istri selain Maira merupakan ujian berat bagi Pandu. Istri yang ia nikahi secara diam-diam tersebut mampu membuat Pandu kelimpungan terutama dalam segi finansial. Hal tersebut membuat Pandu terpaksa harus memutar otak, mencari cara agar semua tercukupi, bahkan ia terpaksa harus membohongi Maira agar pernikahan ke duanya tidak terendus oleh Maira dan membuat Maira, istri tercintanya sakit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGAIMANA INI BISA TERJADI..??

Malam merambat naik. Suasana terasa berbeda setelah kamar ini kehilangan sosok Mas Pandu. Ini adalah waktu yang paling lama di mana Mas Pandu meninggalkanku. Kukira, aku akan baik-baik saja tanpanya. Namun, nyatanya rindu itu masih ada dan kuat menguasai diriku. Ah, payah.

Satu Minggu sudah berlalu, kabar kepulangan Mas Pandu belum juga terdengar olehku. Lewat pesan pada Mbok Darsih Mas Pandu memberi tahu, bahwa pekerjaan baru lima puluh persen dan menyuruhku untuk sabar menunggu.

Tak ada kemesraan atau kata manis setiap ia menghubungi. Selain malu pada Mbok Darsih yang terus mengawasi setiap ponsel aku pegang, Mas Pandu juga sangat sibuk dan memiliki hanya sedikit waktu. Kadang aku bertanya pada diri sendiri, apa aku sedang berharap kemesraan dan kata manisnya datang lagi? Bahkan rasa kecewa seolah hadir setiap perbincangan kami berakhir.

Beberapa kali Mas Pandu melakukan video call untuk melihat wajah putrinya. Namun, itu tak membuat rindu di hati sembuh sepenuhnya karena memang hanya sebentar saja kami bertatap muka lewat layar.

Selama satu Minggu kepergian Mas Pandu, rumah ini masih di bawah kendaliku, termasuk Namira. Setiap mereka ingin membawanya, Pak Totok dan Pak Danu dengan sigap melawan. Entah mengapa perasaanku tidak tenang setiap kali mereka ingin membawa Namira. Meski Viona ibu kandungnya, tapi perasaanku selalu was-was.

Sedari tadi, netraku tak lepas dari boks Namira yang terlihat begitu lelap. Ya, jam memang sudah menunjukkan pukul 11 malam, tapi mata belum juga bisa terpejam. Ingatanku terus melayang, lalu saat kulihat Namira, tiba-tiba ingatanku langsung tertuju pada Zahra. Bagaimana nasib anak itu sekarang. Aku bahkan tak pernah mendengar kabar berita selain dari Pak Totok yang mengantar makanan.

Terakhir, sekitar dua hari yang lalu. Pak Totok mengatakan keadaan mereka baik, tapi Zahra sedang batuk. Lalu saat aku menyampaikan pada Mas Pandu melalui ponsel Mbok Darsih, ia hanya mengatakan akan mengirim dokter ke sana dan memastikan semua baik-baik saja. Aku sempat memohon dalam tangisan untuk bisa bertemu Zahra sekali saja, berjanji tidak akan melakukan hal yang menentangnya, namun ia tetap bertahan dengan egonya. Hatiku selalu menangis saat ingat bahwa mereka juga pasti sedang memikirkan aku.

Jujur, malam ini tak seperti malam biasanya. Hatiku gundah, pikiranku tak tenang. Entah apa yang mengganggu, yang pasti aku merasa tak nyaman dan gelisah.Kubentangkan sajadah, mencari ketenangan saat mata tak juga bisa aku pejamkan bahkan hingga pukul satu dini hari. Memohon pada yang Maha Pemberi Kehidupan untuk dilapangkan hatiku dan dikuatkan pundakku menjalani hari-hari yang tak pernah ada kedamaian, memohon agar hatiku tenang, tanpa rasa was-was. Dan saat doaku sampai pada Bude dan juga Zahra, tumpahlah air mataku tanpa bisa kubendung lagi. Aku rindu mereka. Aku rindu keluargaku.

***

Kurasakan dingin menusuk kulit. Aku menggeliat lalu membuka mata. Rupanya aku sudah ketiduran di atas sajadah, bahkan mukena belum aku tanggalkan setelah sholat subuh aku tunaikan. Memang, ketenangan hanya bisa didapat saat mengadu pada Sang Pemegang Nasib. Aku serahkan semua yang ada di pundakku pada Yang Kuasa dan itu membuatku merasa lega di padi harinya.

Kulihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.

Lalu kualihkan pandangan ke arah kulihat boks bayi. Senyumku pun mengembang ketika kudapati Namira sudah terbangun, tapi sama sekali tidak menangis atau mengganggu tidurku. Ia hanya memainkan jemari dengan memasukkannya ke dalam mulut. Manis sekali, inilah yang membuatku semakin jatuh hati padanya.

Aku beranjak melepas mukena kemudian segera menuju boks bayi milik Namira.

"Pagi Namira," sapaku membungkukkan badan

mendekat ke arahnya. Ia semakin tersenyum melihat kedatanganku. Bagaimana hati ini tak jatuh hati pada dia yang semakin hari semakin tumbuh sesuai keinginan dan menggemaskan ini.

Sejenak, aku menghidu aroma khas Namira setelah bangun tidur, hal yang biasa aku lakukan setiap pagi. Menghidu aroma yang mampu menenangkan jiwa di saat aku gundah memikirkannya. Menghidu aroma tubuh Namira sama seperti menghidu aroma dia. Mas Pandu. Ah, apa aku benar-benar sudah kasmaran? Kalau memang benar berarti aku sudah gila.

Cepat aku menguasai diri dari segala pemikiran tentang Mas Pandu. Kubawa Namira dalam rengkuhan, lalu ke luar menuju pintu.

"Ke mana semuanya, kok, sepi?" tanyaku pada Mbok Darsih begitu aku sampai di lantai bawah, tepatnya di dapur, setelah aku tak berpapasan atau melihat orang sama sekali.

"Eh, Nya. Olahraga katanya," jawab Mbok Darsih yang terlihat sibuk menyiapkan sarapan. Aku mengangguk. Tak heran, penampilan adalah nomor satu bagi Viona. Sehingga ia rajin sekali berolahraga. Tapi sayang, penampilan itu hanya digunakan untuk merayu suami orang. Seharusnya, ia bisa dapat yang lebih dari Mas Pandu dengan penampilan itu. Tapi, malah berhubungan dengan suami teman sendiri. Segila itukah cinta?

"Kenapa senyum-senyum?" tanyaku saat kulihat Mbok

Darsih melirikku lalu mengulum senyum.

"Nggak papa, kok, Nya. Nyonya cantik. Pantes bapak nggak mau jauh-jauh. Apa lagi lepas dari Nyonya."

Dahiku mengerut. Tidak biasanya Mbok Darsih seperti ini. Ada apa gerangan? Apa ada yang dia sembunyikan yang aku tidak tahu? Apa ada hubungannya dengan Mas Pandu? Ah, sepertinya aku terlalu berharap.

"Mbok ngerayu? Ada yang Mbok sembunyiin, ya?

Ngaku?" tebakku.

"Lah, nggak ada, Nya, nggak ada."

"Bahkan Maira belum mandi lo, Mbok."

"Ya itu maksud Mbok. Belum mandi aja cantik gimana kalau sudah mandi dan dandan seperti Nyonya Vioana."

"Hush, Mbok lupa, ya. Kan, majikan utama katanya dia

"Tapi istri utama, kan, Nyonya."

"Hem. Iya iya. O iya, Mbok, nanti saya mau kirim sup iga sama bakwan ke rumah. Apa bahannya ada? Kalau nggak ada bisa minta tolong belikan?" tanyaku pada Mbok Darsih. Sup iga adalah kegemaran Bude. Perasaan yang tiba-tiba mengganggu semalam membuatku ingin sekali membuatnya.

"Bakwan sih ada, Nya. Tapi kalau iganya belum ada."

"Ya udah, suruh Pak Danu aja beli. Atau Mbok. Atau saya sendiri yang beli?!" tanyaku memanfaatkan keadaan,

Siapa tahu Mbok Darsih khilaf dan aku bisa menghirup udara segar di luar.

Ia menatapku dengan dahi berkerut, raut penuh tanya tertangkap oleh manik milikku. Aku pun tersenyum samar.

"Nggak usah, Nya. Biar Pak Danu saja yang beli."

Aku mengangguk-anggukan kepala paham, Mbok Darsih tak akan membiarkan aku keluar seperti perintah Mas Pandu. Sejauh ini, aku dan Namira hanya berjalan mengitari halaman depan dan belakang. Membosankan.

"Ya udah, Maira tunggu."

"Iya, Nya. Danu ...."

Aku kembali ke kamar dan Mbok Darsih segera memanggil Pak Danu.

***

Semua sudah rapi, Namira pun sudah mandi dan wangi. Setelah mandi dan minum susu, Namira kembali tidur lagi.

Setelah tiga bulan, Namira hanya minum susu formula. Sebab, Viona mengatakan bahwa ASI-nya seret.

Sehingga Mas Pandu memutuskan untuk memberi susu formula agar Namira tidak kekurangan nutrisi. Entah seret sungguhan atau hanya alasan. Tapi, dengan susu formula aku lebih mudah mengurus Namira, tanpa harus berhubungan dengan Viona lagi.

Aku meletakkan Namira di atas boks-nya. Lalu beranjak membuka pintu untuk melihat keadaan. Sepi. Baguslah, dengan tidak adanya ketiga wanita itu, aku jadi lebih tenang meninggalkan Namira sendirian di dalam kamar.

Kunyalakan White Noise seperti biasa agar Namira lebih nyenyak. Tak lupa, kunci pengaman boks aku pasang supaya aman. Lalu bergegas ke dapur. Mumpung Namira tidur aku akan memanfaatkan waktu sebaik mungkin, memasak sup iga untuk Bude dan Zahra. Biasanya Namira tidur sekitar satu jam di jam-jam seperti ini. Jadi aku harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

Aku melangkah menapaki anak tangga. Turun ke lantai bawah. Pak Totok terlihat duduk di sofa, tepatnya di sebelah pesawat telepon. Bahkan selama Mas Pandu tidak ada, tidur pun dia di sana.

Sejak aku datang ke rumah ini, pesawat telepon yang dapat digunakan hanya satu yaitu di ruang keluarga. Sedangkan yang lain sudah diputus salurannya atas perintah Mas Pandu.

"Pada ke mana? Kok, sepi? Mbok Darsih mana?"

tanyaku begitu aku sudah dekat di tempat di mana Pak Totok sedang duduk menikmati kopi.

Seketika ia berdiri begitu mendengar suaraku. "Siap, Nya. Mbok Darsih baru pulang, terus disuruh beli bubur ayam di depan komplek sama Nyonya Viona."

"Kenapa nggak beli sendiri? Dia kan sedang di luar?"

"Bubur di komplek cepet habis dan antri. Nyonya Viona mana mau ngantri."

"Terus Pak Danu? Belum pulang beli iganya?"

"Sudah, iganya ada di dapur katanya. Terus Pak Danu jemput Nyonya dan ibu. Soalnya ban kempes."

Aku mengangguk. "Ya udah. Kamu ke atas jaga Namira. Dia lagi tidur, saya mau masak sebentar, takutnya dia bangun saya nggak denger," perintahku, namun Pak Totok tak lantas menjawab, ia justru bergeming dan terlihat berpikir.

"Kamu suruh satpam depan jaga di sini kalau nggak percaya sama saya." Sudah bisa kutebak apa yang ada di dalam kepala Pak Totok. Padahal sudah beribu kali aku menjelaskan bahwa tak ada yang bisa aku hubungi lewat pesawat telepon ini. Tapi tetap saja mereka tak percaya.

"Oh, gitu ya, Nya."

"Hem." Aku melangkah ke dapur, Pak Totok menghubungi Pak Hasan yang ada di depan.

Sesaat aku menghela napas, lalu tersenyum melihat tingkah para pekerja di sini yang begitu patuh dan takut pada Mas Pandu. Sekeren itukah Mas Pandu sekarang? Tanpa sengaja bibirku tertarik semakin sempurna.

Tak berselang lama terdengar Pak Hasan datang dari pintu depan.

"Temenin Nyonya. Saya temenin Neng Namira." Pak Totok berujar setelah terdengar suara sapaan dari Pak

Hasan.

"Siap."

Aku menggelengkan kepala. Lalu Pak Totok bergegas menaiki tangga.

Detik selanjutnya, suara Namira menangis terdengar begitu keras. Aku tersentak kaget. Aku pun segera menghentikan kegiatan mencuci iga yang akan aku masukkan ke dalam panci presto.

"Astaga Pak Totok, Namira." teriakku saat kulihat Pak

Totok baru sampai di tengah-tengah tangga.

Sama terkejutnya denganku, Pak Totok terlihat

terpaku, menoleh sekilas ke arahku dengan raut bingung.

Sekuat tenaga aku berlari melewati Pak Totok yang mematung. Pikiranku sudah ke mana-mana. Namira tak pernah menangis seperti ini sebelumnya.

"Katanya baru tidur, Nya?" tanya Pak Totok ikut berlari di belakangku.

"Maka dari itu, Pak."

Dengan cepat aku membuka pintu.

"Ya Allah, Namira!" sentakku kala netraku menangkap keberadaan Namira yang sudah tidak ada lagi di dalam boksnya. Namira terbaring di lantai. Namira terjatuh.

Tapi, bagaimana bisa?

1
Munji Atun
Ok thor makasih crazy upnya tiap hari😍 tetep jaga kesehatan ya semangat😍💪❤🥰
Hasri Ani: shiaap say.. 😁😁😁
total 1 replies
Mundri Astuti
mang komporin terus tuh si pandu nji, biar sadar, jangan suudzon ma jutek" sama arina ntar jadi bucin beneran aja
Euis Maryam
terimakasih othorr
Hasri Ani: sama sama say
total 1 replies
Mundri Astuti
oalahhh
Mundri Astuti
tah ...seriusin aja pandu, sapa tau jodoh kau itu pandu 😄
Euis Maryam
lanjutkan
Mundri Astuti
nah kan...dah pandu sama arina aja 😄 cocok deh
Euis Maryam
wowo
Euis Maryam
lanjutkan
Euis Maryam
🤣🤣🤣
Euis Maryam
makasih otor
Hasri Ani: sama2 say
total 1 replies
Mundri Astuti
pandu di arahin ke kamar arina kayanya nih
Munji Atun
ok thor makasih crazy upnya😍jaga kesehatan ya tetep semangat💪❤🥰
Hasri Ani: siap say hehe makasi sllu mampir
total 1 replies
Ma Em
Alhamdulillah rumah tangga Maira dgn Sean selalu kompak dan rukun meskipun ada saja keributan kecil tapi secepatnya diselesaikan dan saling memaafkan , semoga pernikahan Maira dgn Sean selalu diberikan kebahagiaan dan dijauhkan dari segala cobaan 🤲🤲 apalagi beberapa bln lagi akan bertambah anggota keluarganya yg akan lahir baby twins semoga semakin bertambah bahagia .
Mundri Astuti
bisa beud daah si Sean dramanya
Mundri Astuti
Yo wes Sean mamamu masih merasakan lukanya, kamu sebatas bakti nyembuhin papamu aja.
Munji Atun
Othor zeyyyeeenks makasih crazy upnya tiap hari 😍 iiih makin syukaaa deh 😍
tetep jaga kesehatan yuuk semangat 💪❤🥰
Euis Maryam
novel bagus gini gak banyak yang komen
Hasri Ani: mngkin blm msuk rekomendasi say jdi blm bnyk yg nemu crtanya hehee..
total 1 replies
watini
semoga semua bahagia dan saling memaafkan.makasih banyak up nya thor.kopi untukmu,biar makin semangat....
Hasri Ani: hihihi.. mksi kmbali say sdah mampir
total 1 replies
Ma Em
Semoga pernikahan Maira dgn Sean langgeng jgn ada konflik lagi apalagi gangguan dari si Pandu , Arina atau pelakor Bu Puspita jgn sampai mengganggu kebahagiaan Maira dan Sean , semoga kandungan Maira baik2 dan disehatkan sampai hari persalinannya dan pasti anaknya kembar sepasang .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!