NovelToon NovelToon
Jadi Ibu Susu Bayi Mafia

Jadi Ibu Susu Bayi Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: ingflora

Nabila Fatma Abdillah yang baru saja kehilangan bayinya, mendapat kekerasan fisik dari suaminya, Aryo. Pasalnya, bayi mereka meninggal di rumah sakit dan Aryo tidak punya uang untuk menembusnya. Untung saja Muhamad Hextor Ibarez datang menolong.

Hextor bersedia menolong dengan syarat, Nabila mau jadi ibu ASI bagi anak semata wayangnya, Enzo, yang masih bayi karena kehilangan ibunya akibat kecelakaan. Baby Enzo hanya ingin ASI eksklusif.

Namun ternyata, Hextor bukanlah orang biasa. Selain miliarder, ia juga seorang mafia yang sengaja menyembunyikan identitasnya. Istrinya pun meninggal bukan karena kecelakaan biasa.

Berawal dari saling menyembuhkan luka akibat kehilangan orang tercinta, mereka kian dekat satu sama lain. Akankah cinta terlarang tumbuh di antara Nabila yang penyayang dengan Hextor, mafia mesum sekaligus pria tampan penuh pesona ini? Lalu, siapakah dalang di balik pembunuhan istri Hextor, yang sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ingflora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18. Pecat

Begitu juga Hextor. "Mungkin dia ingin menyussu." Buru-buru ia berdiri.

Nabila mengamati bayi itu. Ia sampai mengerut kening karena tangisannya makin kencang. "Bukan. Ini bukan mau menyussu ...." Sesaat ia masih mengamati.

Hextor pun kaget dengan ucapan Nabila dan menunggu.

Tiba-tiba Nabila membuka kembali baju yang dipakai Enzo. Benar saja, tubuh si kecil mulai merah-merah. Dengan cepat wanita itu menelanjanngi bayi itu dan membawanya kembali ke kamar mandi.

Hextor sampai mengikuti Nabila ke kamar mandi karena terkejut. Kenapa tubuh Enzo jadi merah-merah begini? "Ada apa ini?"

"Tidak tahu, Pak. Mungkin cuci bajunya kurang bersih atau ada binatang kecil nempel di dalam bajunya. Aku benar-benar tidak tahu!" sahut Nabila panik. Ia menyiram tubuh Enzo kembali dengan air dan menyabuninya. Beberapa kali disiram, warna kulit bayi itu mulai membaik dan Enzo mulai berhenti menangis. Tinggal isaknya yang membuat orang iba karena sempat menderita.

Nabila lega demikian pula Hextor. Pria itu senang melihat perjuangan Nabila agar anaknya tetap merasa nyaman.

Hextor geram. Dengan cepat ia kembali ke kamar dan mengambil pakaian yang tadi dipakai Enzo. Ia meremmasnya dengan erat dengan mata memerah karena marah. Berarti Lani telah memberikan sesuatu pada pakaian Enzo.

Apa maksudnya ini? Apa Lani punya komplotan? Beraninya ia mencelakai anak satu-satunya. Berarti wanita ini perlu dikasih pelajaran.

Sesaat Hextor menyadari tangannya gatal-gatal memegang pakaian Enzo. Mungkinkah itu yang dirasakan Enzo?

Hextor mengeluarkan ponsel dan menelepon seseorang. "Arman, kamu ke sini! Aku butuh bantuanmu."

***

Arman mendorong masuk Lani ke dalam ruang kerja Hextor dengan kasar, membuat wanita itu sedikit bingung. Lani melihat Hextor tengah duduk di samping meja kerja dengan kaki menyilang dan bersandar ke belakang.

"Aku lihat kamu tadi siang ke kamar baby Enzo," tanya Hextor dengan mata menyipit. Ia ingin tahu pembelaan dari Lani sendiri.

Dari matanya terlihat wanita itu terkejut, tapi berusaha untuk tetap tenang. "Eh, iya, Pak. Seperti biasa, he he he ... mengambil baju kotor." Ia berusaha bicara senormal mungkin. Padahal napasnya sedikit tertahan.

"Oh, begitu? Tapi kenapa cucian di kamar Enzo masih menumpuk, mmh?" Hextor ingin tertawa atas kebohongan Lani tapi sayangnya ini adalah masalah serius!

"Eh, aku ... eh, aku mules, Pak. Jadi, gak jadi ambil. Kalau begitu, Saya ambil sekarang saja." Lani tersenyum dan memutar tubuhnya tapi Arman memutar balik tubuh wanita itu kembali pada Hextor. Ia terkejut.

Arman, walau tidak pernah tersenyum, tapi pria itu sangat baik. Mau mendengarkan keluhan pegawai, tapi kenapa kini tatapannya berubah dingin. Ada apa ini? "Apa ... mereka mengetahui sesuatu tentang apa yang aku lakukan?" Bola mata Lani melebar, tapi ia berusaha berpikir positif. "Tidak, itu tidak mungkin!"

"Tuan Hextor belum selesai bicara." Terang Arman.

Mata Lani kemudian beralih pada Hextor.

"Lalu kenapa kamu bertingkah seperti maling masuk rumah?" lanjut Hextor lagi. Wajahnya tampak tenang tapi dingin, dengan dagu sedikit terangkat.

"Eh ... itu hanya perasaan Bapak saja." Lani kembali coba tersenyum. "Aku hanya ... eh, tidak ingin berisik dan mengganggu orang lain. Apalagi kalo Enzo sedang tidur. Iya 'kan, Pak? He he he he."

Hextor yang tersenyum miring, tak menanggapi tawa Lani. Ia membuka laptop dan memutarnya ke arah Lani hingga wanita itu bisa melihat ke arah layar.

Lani terkejut dengan apa yang terpampang di sana. Matanya melebar karena melihat dirinya sendiri di layar kaca sedang membuka lemari di kamar Enzo. Ternyata majikannya merekam aksinya di sana. "Eh, itu ... eh, itu ...." Ia menatap Hextor dengan wajah pucat.

"Apa yang sedang kamu lakukan di sana, mmh!?" Hextor kini mencondongkan tubuhnya ke depan sambil tersenyum sinis.

Lani berpikir keras agar bisa menghindar. "Eh, a-aku hanya memastikan tidak ada kecoa di sana. Ya ... tidak ada kecoa." Ia berusaha tertawa lagi tapi terasa hambar. Bernapas pun mulai terasa sulit.

"Oh, begitu."

Tiba-tiba terdengar dering telepon. Hextor mengangkat ponselnya. "Halo." Ia mendengarkan sesaat dan melirik Lani. "Ok." Ponsel pun ditutup. "Apa kamu tau, tadi Enzo badannya merah-merah sehabis berpakaian? Jadi, dia harus mandi lagi agar merah-merahnya hilang. Aku pegang bajunya dan itu membuat tanganku gatal. Setelah aku kirim ke laboratorium rumah sakit, ternyata pakaian itu dilumuri getah dari salah satu pohon yang kebetulan ada di taman belakang. Apa kamu tetap tak mau mengakui, kamu yang melakukan ini pada pakaian Enzo, hmm? KAMU SENGAJA MENCELAKAI ANAKKU 'KAN!?" Hextor akhirnya membentak karena sudah tak tahan lagi.

Lani mengangkat kedua telapak tangannya gemetar. "A-aku ... aku tidak bermaksud begitu, Pak ...." Kedua matanya berkaca-kaca. Tentu saja. Kali ini, bagaimana caranya ia bisa mengelak? Itu mustahil!

"Jadi benar, KAU YANG TELAH MELAKUKANNYA!?" Urat-urat Hextor di leher terasa tegang karena begitu marah mendengar pengakuan pembantunya ini.

"Kenapa jadi begini? Maksudku, agar Nabila disalahkan, tapi ternyata Pak Hextor telah melihatku lebih dulu. Bagaimana ini ...?" "Pak, ini tidak seperti yang Bapak bayangkan ... ini hanya ...."

Hector menggebrakk meja dengan keras hingga telapak tangannya memerah. "Kau pikir menyakiti anakku itu lelucon!? Hah ..!? Di mana otakmu!! Aku bisa mengirimmu ke kantor polisi karena telah mencelakai anakku! Bukti-buktinya sudah ada dan sangat jelas!"

"Tu-tunggu dulu, Pak." Lani memohon. Ia kini berusaha memutar otak.

"Kalau begitu, katakan! Kau bekerja untuk siapa!?" Pandangan mata Hextor kembali tajam.

"Bekerja?" Kini wajah Lani terlihat bingung.

"Jangan bohong! Siapa yang telah mengirimmu!?" teriak Hextor lagi.

Lani benar-benar bingung. Ia bekerja di rumah itu sudah dua tahun dan ia hanya bekerja untuk Hextor.

Hextor semakin gemas saja hingga mengepalkan tangannya. "Kamu pikir setelah istriku kecelakaan dan anakku juga hampir celaka, aku percaya cerita karanganmu!? Iya!?"

Kini Lani tahu apa yang ada dalam pikiran Hextor dan ia melakukan ini di saat yang tidak tepat. Namun, segalanya sudah terlambat baginya.

"Lani, kau ku pecat dengan tidak hormat karena berusaha mencelakai anakku!" Hextor melirik Arman. "Arman, urus dia. Aku ingin tahu kebenaran, tapi aku sudah tak ingin lagi melihatnya."

"Baik, Tuan."

Lani tampak ketakutan. "Tu-tunggu dulu, Pak. Ini salah paham! Tolong, jangan bawa aku ke polisi, Pak. Tolong aku. Ini memang salah, tapi ...."

Arman meraih lengan Lani dan menariknya keluar dari ruang itu. Walaupun sang wanita berusaha tinggal dan memohon pada Hextor, tapi Arman tak peduli dan menyeret Lani agar mengikutinya. "Sekarang kumpulkan barang-barangmu dan ikut aku!" bentaknya.

"Pak, aku mohon ...."

Orang-orang di dapur gempar karena salah seorang pembantu datang memberi tahu bahwa Lani mengepak barang-barangnya ditunggui Arman. Yang sedang tidak sibuk, segera bergerak ke depan kamar Lani untuk mengetahui apa yang terjadi.

Mei yang juga ikut melihat, terkejut dengan apa yang terjadi. Ia memberanikan diri untuk bertanya dengan Arman yang berdiri di depan kamar Lani yang tengah terbuka itu. "Ada apa sebenarnya, Pak?"

"Lani dipecat secara tidak hormat oleh Tuan Hextor."

Seketika, para pelayan yang sedang mengintip Lani, sibuk berbisik. Lani tampak menangis sambil mengumpulkan barang-barangnya dalam tas koper.

"Ada masalah apa sebenarnya, Pak?" tanya Mei lagi.

Bersambung ....

1
Tri Handayani
thorrr'kapan kelakuan buruk suami nabila terbongkar'biar nabila cpt cerai dr suaminya yg durjana
Baby_Miracles: sabar-sabar
total 1 replies
Ani Basiati
semoga nabila tau thor kl suamianya selingkuh
Nar Sih
emang segaja bos mu ngk kasih no hp suami mu nabila ,biar kmu ngk telpon suami mu
Ani Basiati: lanjut thor
total 1 replies
Tri Handayani
Next thorrr'semangat up
Nar Sih
lanjutt kakk ,👍🥰
Susi Akbarini
nabila menghantui hextor..
😀😀😀❤❤❤😘😍😙
Susi Akbarini
😀😀😀❤❤😘😍😗
Tri Handayani
hektor'g usah d kirimin no tlfnya suami nabila,mnding tunjukin kelakuan busuk suami nabila biar dia g mengharapkan lagi suaminya.
Susi Akbarini
lanjutttttt....

😍😙😗😗❤❤❤
Susi Akbarini
waduhhhh..

ngeriiiu...
😘😍😍😙😗❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
Lani2..
satang Enzo tapi salah strategi..
😀😀❤❤😘😍😙
Susi Akbarini
apa lani lupa klao di rumah itu ada cctv..


😀😀😀❤❤😘😍😙😙
Susi Akbarini
lanjutttt..

❤❤❤😘😙😗😗
Tri Handayani
makanya jadi orang jangan jahat'kena batunya kan...
Susi Akbarini
lanjutttt...
❤❤❤😘😍😙😙
Susi Akbarini
waaahhh..
jangn2 lani naruh serbuk gatal do pakaian Enzo..
untung Hextor tau lani melakukan sesuatu di lwmari anknya ..
jadi gak bisa nuduh nabila..
😀😀❤❤❤😍😙😗
Tri Handayani
Next thorrr'semangat up
Susi Akbarini
lanjuttt..
❤❤😍😙😗
Susi Akbarini
bisa jadi dahlia yg udah bikin helena celaka..
karena dia ingin hextir jadi miliknya...
😀😀😘😍😙😗❤❤❤😡
Mbah dun3
Dahlia tersangka ya thorrt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!