____________________________
"Dar-Darian?" suaranya pelan dan nyaris tak terdengar.
"Iya, akhirnya aku bisa membalas kejahatan mu pada Nafisha, ini adalah balasan yang pantas," ucap Darian Kanny Parker.
"Kenapa?" tanyanya serak dengan wajah penuh luka.
"Kau tak pantas hidup Cassia, karena kau adalah wanita pembawa masalah untuk Nafisha," ujarnya dengan senyum sinis.
Cassia Itzel Gray, menatap sendu tunangannya itu. Dia tak pernah menyangka akan berakhir di tangan pria yang begitu dirinya cintai. Di detik-detik terakhir. Cassia masih mendengar hal menyakitkan lainnya yang membuat Cassia marah dan dendam.
"Keluarga Gray hancur karena kesalahan mu, Cassia! Aku lah yang membuat Gray bangkrut dan membuat kedua orang tuamu pergi, jadi selamat menemui mereka, Cassia! Ini balasan setimpal untuk setiap tetes air mata Nafisha," bisik Darian dengan senyum menyeringai!
DEG!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senjaku02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
Halaman luas Sekolah YHS.
"Cassia belum datang, ya?" pertanyaan datang dari Arzhela yang baru saja tiba.
"Belum, mungkin dia akan tiba saat bell sekolah bunyi," Rose menjawab acuh, itu adalah kebiasaan Cassia yang sering kali di lakukan sahabatnya itu.
"Benar juga," angguk Arzhela.
"Hey, Ara, kamu kenapa?" Rose melihat Mutiara yang datang dengan wajah cemberut.
"Aku lagi sebel," jawabnya dengan ketus.
Arzhela dan Rose saling tatap, mereka memandang aneh Mutiara yang menekuk wajahnya di pagi hari seperti ini. Bibir mengerucut dengan wajah yang terlihat kesal.
"Coba katakan pada kami! Kamu ini kenapa?" Rose membawa Mutiara untuk duduk di kursi yang ada di sana, ketiga duduk saling bersandingan. Dia membujuk Mutiara karena tak suka melihat wajah menyedihkan Mutiara pagi ini.
"Aku lagi kesel, Rose," akhirnya Mutiara mau membuka suara.
"Iya, kesal kenapa?" tanya Rose, sedangkan Arzhela hanya menjadi pendengar tanpa mau membuka suara.
"Kau tahu besok Papa dan Mama akan kembali dari Luar Negeri, dan kau tahu apa yang mereka katakan sebelum kembali?" Mutiara berucap dengan nada serius dan itu membuat Kedua sahabatnya penasaran.
"Apa?" tanya Rose dan Arzhela secara bersamaan.
"Aku di minta untuk berdandan karena saat mereka kembali perjodohan dengan pria misterius itu akan di lakukan," ungkapnya kesal dengan wajah sedih dan tatapan sendu.
"Hah? Apa? Jadi itu serius?" Arzhela langsung bangun begitu mendengar ucapan Mutiara.
"Iya, aku padahal sudah mengatakan tak mau, tapi Mama dan Papa memaksa aku bertemu dengannya," keluh Mutiara dengan wajah yang kembali sedih.
Arzhela dan Rose hanya bisa prihatin, mereka memang mendengar perjodohan untuk putri dari Orlando. Namun, dengan siapa pria itu mereka belum mendapatkan kabarnya hingga mereka penasaran akan sosoknya.
"Ra," panggil Rose pelan, dia memberikan usapan lembut pada punggung Mutiara yang terlihat bergetar.
"Rose, aku tidak mau di jodohkan, aku takut pria itu tua atau mungkin pria idiot," Mutiara mengeluh dengan bicara sembarang dan itu membuat Arzhela menggeplak lengannya.
"Kau ini jika bicara jangan sembarangan!" tegur Arzhela, matanya mendelik kesal.
"Lalu jika tidak? Kenapa harus di jodohkan? Jika dia pria normal seperti inti geng Black Libra," dia mengatakan hal yang masuk dalam. Otaknya karena merasa marah dan kesal.
"Ra, dengarkan aku!" minta Rose.
"Apa?" tanya Mutiara dengan tatapan sendu.
"Temui dia sebentar, kami akan menemani kamu dan akan kami bantu bicara dengan Om dan tante jika kamu tak suka, bagaimana?" usul Rose, dia yang paling bijak dari yang lain.
Mutiara setuju, dia akan mendengar sahabatnya dan pada akhirnya ia akan menemui calon tunangannya itu setelah kedua orang tuanya kembali nanti.
...****************...
BRUMMM..
BRUMMM..
Suara mesin motor meraung memecah keheningan halaman sekolah, menarik perhatian semua pasang mata yang terbelalak penuh kagum dan penasaran.
Teriakan histeris membahana menyambut kedatangan para penguasa Black Libra, sosok-sosok elit yang selalu mampu mencuri panggung. Suara deru kenalpot motor memasuki halaman sekolah, semua pasang mata melihat ke arah tersebut.
Sudah bukan rahasia umum lagi, saat kedatangan mereka menimbulkan kehebohan bagi setiap siswa dan siswi sekolah.
Paras tampan dan kaya dari inti Black Libra menjadi point plus di mata mereka. Sehingga membuat mereka tertarik tapi enggan untuk mengenal lebih dekat.
Bukan hanya kedatangan inti Black Libra yang menarik semua mata, tapi juga sosok sang Antagonis yang kini jadi buah bibir sekolah. Aksi brilian Cassia kemarin mengukir namanya di tiap bisik dan tatapan menciptakan badai pro dan kontra yang tak kunjung reda.
Namun, ombak kritik itu tak mampu menggoyahkan tekadnya untuk berubah, menjelma jadi versi terbaik dari dirinya sendiri.
Cassia menapak pelan, turun dari motor sport yang setia menemaninya beberapa hari terakhir sebelum mobil impiannya datang menghampiri. Dalam gerakan seolah waktu berhenti, ia melepas helm, membiarkan rambutnya terurai liar, menari bersama angin pagi.
Keanggunannya terpancar bukan hanya dari wajah, tapi dari jiwa yang berani melawan arus.
" Wow... Sang Antagonis semakin badas."
" Gila... Tak perlu di ragukan, sang Antagonis kita memang cantik banget."
" Kita lihat apa lagi gebrakan dia selanjutnya."
Begitulah kira-kira bisik-bisik yang di lakukan oleh para siswa-siswi di sekolah. Seperti biasanya cassia seolah tuli, tak menghiraukan perkataan itu.
"Woy, Cassia... Tumben baru sampai!" suara Arzhela tiba-tiba menggema, penuh keheranan yang sulit disembunyikan.
Rose dan Mutiaraatau Ara, sapaan akrabnya, yang duduk santai tak jauh dari tempat Cassia langsung berdiri, langkah mereka menyatu mendekat dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.
Mutiara menyela dengan nada penasaran, "Iya ya, tumben banget. Kamu bangun kesiangan, ya?".
Cassia tersenyum tipis, hatinya menghangat bagai api kecil yang menyala di tengah dinginnya pagi. Perhatian tulus dari sahabat-sahabatnya itu membekas lebih dalam dari sekadar sapaan biasa.
"Nggak kok," jawabnya pelan, jari tangannya menunjuk ke arah Vladimir yang berdiri tak jauh, sosok kakaknya yang menjadi alasan di balik kelambatannya hari ini. "Aku memang sengaja santai bawa motor, biar sekalian berangkat bareng kakakku."
"Ohhh..." seru mereka serentak, seolah memahami alasan di balik sikap Cassia yang berbeda hari ini.
Namun di balik tawa dan kehangatan itu, ada secercah harap yang tergantung di udara sebuah rahasia kecil yang belum sempat Cassia ungkapkan.
...****************...
Istirahat pertama
Di rooftop sekolah, markas rahasia para inti Black Libra terasa seperti benteng terakhir di tengah hiruk-pikuk dunia yang terus berputar di bawah sana. Dua orang siswa berdiri membisu, mata mereka menembus lautan manusia yang terperangkap dalam kesibukan mencari nafkah.
Hening dan sunyi seolah menggantung, sementara di bawah, kehidupan bergegas tanpa tahu bahwa di atas, dua jiwa itu menimbang beban rahasia yang harus mereka tanggung.
"Dim, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa tiba-tiba dia memutuskan pertunangan yang selama ini jadi mimpinya?" Dax menatap Vladimir dengan mata penuh penasaran, suaranya bergetar seolah berusaha meraih jawaban yang sulit diungkapkan.
Semua orang tahu bagaimana keras kepala Cassia dalam memperjuangkan ikatan itu, bagaimana ia menggenggam harapan seolah itu satu-satunya napas yang membuatnya hidup.
Vladimir tetap diam, menarik napas dalam-dalam, matanya menatap lurus ke depan seperti menghindar dari beban pertanyaan itu. "Aku juga nggak paham, apa yang sebenarnya di pikirkan oleh kepala bocah itu," ucapnya pelan, namun nada suaranya mengandung ketenangan aneh. "Tapi satu yang aku rasakan... lega. Seperti beban berat yang selama ini melekat akhirnya terlepas."
Dax menatap Vladimir dengan alis mengerut, pikirannya berkecamuk, ribuan pertanyaan bergemuruh dalam kepalanya namun entah mana yang harus ia ungkapkan dulu.