NovelToon NovelToon
Istri Muda Paman

Istri Muda Paman

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Terlarang / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

Kecelakaan yang menimpa kedua orang tua Mala, membuat gadis itu menjadi rebutan para saudara yang ingin menjadi orang tua asuhnya. Apa lagi yang mereka incar selain harta Pak Subagja? Salah satunya Erina, saudara dari ayahnya yang akhirnya berhasil menjadi orang tua asuh gadis itu. Dibalik sikap lembutnya, Erina tentu punya rencana jahat untuk menguasai seluruh harta peninggalan orang tua Mala. Namun keputusannya untuk membawa Mala bersamanya adalah kesalahan besar. Dan pada akhirnya, ia sendiri yang kehilangan harta paling berharga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SEBUAH BUKTI

Aroma telur dadar, roti panggang, dan kopi hitam memenuhi seluruh rumah pagi itu. Matahari belum tinggi, tapi Tama sudah berada di dapur sejak adzan Subuh. Tangannya lincah menyiapkan sarapan: ada buah potong dalam mangkuk kristal, croissant hangat dari oven, dan dua cangkir kopi spesial-satu hitam tanpa gula, satu lagi dengan susu dan krim sesuai selera Kemala.

Wajah Tama tampak berseri, jauh dari kesan dingin dan sinis seperti biasanya. Sesekali ia tersenyum sendiri sambil mengingat malam tadi-malam pertama yang telah merengkuh seluruh hatinya. Tubuh Kemala, suara lirihnya, cara ia memanggilnya "Mas" dengan manja, semua itu membekas dalam setiap detak jantungnya.

Kemala adalah miliknya sekarang. Istri sah. Halal. Dan lebih dari itu, wanita itu telah memberikan seluruh dirinya tanpa ragu. Tama juga bersyukur karena akhirnya Kemala sudah mau jujur dengan apa yang membuatnya gundah. Ternyata masalah harta tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mencari kebenaran dari sebuah kejahatan yang tersusun rapi.

Tama menuangkan kopi ke dalam cangkir saat suara langkah kaki terdengar dari arah ruang tamu. Ia menoleh sekilas, mendapati Erina berdiri di ambang pintu dapur.

Wajahnya kusut. Matanya bengkak dan merah. Gaun mini hitam yang ia kenakan semalam masih melekat di tubuhnya, keriting rambutnya sudah acak-acakan, dan lipstik merahnya tinggal sisa di sudut bibir. Aroma alkohol

Samar terbawa masuk bersama langkahnya.

Tama tidak berkata apa-apa. Ia hanya menyelesaikan menata sarapan dengan tenang.

"Pagi, Mas," sapa Erina, duduk di salah satu kursi meja makan. Senyum tipis menghiasi bibirnya, meskipun terasa hambar. Ia berusaha keras terlihat tenang, walau hatinya masih terbakar.

"Pagi," jawab Tama datar, tanpa menoleh. Ia meletakkan serbet di samping piring, lalu duduk dengan anggun di kursinya.

Erina mengedarkan pandangan ke sekitar kemudian menatap sarapan yang sudah tersaji di meja makan.

"Lho, kok susu sih, Mas? Kamu kan tahu aku tidak minum susu," ujarnya.

Tama menjawab singkat. "Itu untuk Kemala."

Erina tersenyum sinis. Sudah ia duga. Suaminya benar-benar sedang dimabuk cinta oleh gadis itu. Entah pelet apa yang dipakai Kemala, namun Erina yakin di hati suaminya masih ada cinta yang begitu besar untuk dirinya.

'Laki-laki memang senang berpetualang. Biarlah dia bosan dulu, pada akhirnya juga nanti Tama akan kembali padaku. Dan Kemala, dia tidak akan mendapatkan apapun. Aku akan membuangnya seperti sampah jika harta miliknya sudah aku kuasai," gumam Erina dalam hati, ia selalu meyakinkan diri sendiri bahwa Tama hanya menjadikan Kemala sebagai pelampiasan atas kemarahannya. Tama hanya ingin membuatnya cemburu.

"Mana istri barumu? Wah, jam segini belum bangun?

Ajarin dong supaya bangun pagi! Dia itu manja, kamu nggak bakal tahan lama-lama sama dia," sindir Erina tajam sambil menuangkan air ke gelasnya sendiri.

Baru saja kata-katanya habis, suara langkah terdengar dari arah tangga. Kemala muncul dari balik sudut, menuruni anak tangga dengan santai. Tubuhnya segar, mengenakan pakaian kasual warna biru muda, rambutnya masih basah usai mandi dan tergerai indah di bahunya. Wajahnya berseri, pipinya tampak sedikit merona. Sakit akibat malam pertama tadi masih terasa, tapi ia sengaja tetap tampil menawan pagi ini.

Ia menebarkan senyum lebar kepada Erina dan Tama.

"Tante manggil aku? Aku udah bangun kok dari tadi. Baru selesai mandi nih, seger banget walaupun semalam capek. Gak lihat rambut aku basah?" Kemala mengibaskan rambutnya pelan, membiarkan tetesan air jatuh ke bahunya-seolah sedang menari di atas luka hati Erina.

Tama tersenyum melihat istrinya yang cantik dan segar. Tanpa berpikir panjang, ia menarik kursi di sampingnya. "Sini, duduk, Sayang."

Kemala duduk dengan anggun, menyambar croissant di piring dan mengunyahnya perlahan. Tatapannya tajam namun tenang, seperti kucing yang baru saja merebut mangsa.

Erina mencebik, mencoba menahan kemarahan yang hampir meledak.

"Pengantin baru memang manis-manisnya. Belum tahu aja nanti gimana. Ibarat pepatah, suami yang menikah lagi itu cuma pelampiasan. Ujung-ujungnya pasti

Balik ke istri pertama," ujar Erina penuh sindiran, senyumnya getir.

Kemala tak mau kalah. Ia meneguk susu buatan suaminya lalu menatap langsung ke mata tantenya.

"Oh ya? Kita lihat aja nanti, Tante. Siapa yang bertahan di hati Om Tama."

Erina mengepalkan tangan di bawah meja. Gadis desa

itu tak lagi terlihat lugu. Lidahnya tajam, penuh racun. Erina benci mengakui, tapi Kemala telah menjelma menjadi musuh yang tak bisa diremehkan.

Tama membuka celemeknya, lalu bersandar santai di kursi. Pandangannya jatuh pada Erina, lalu menatap dari atas hingga bawah. "Rin, mandi dulu gih. Lihat wajahmu, udah kayak gembel. Kamu juga bau alkohol. Apa semalam mabuk-mabukan sama pacarmu yang pengangguran itu?"

Wajah Erina langsung menegang. "Apa maksudmu?"

"Cepat mandi. Jangan merusak mood sarapan kami.

Badanmu bau!" ucap Tama dengan nada tajam dan tak lagi mengenal ampun.

Erina berdiri dengan hentakan kaki, nyaris menjatuhkan kursi yang ia duduki. Wajahnya merah padam, campuran marah dan malu.

Tanpa berkata-kata, ia berjalan cepat menuju kamarnya, pintu ditutup keras.

BRAKKK.

Kemala mengangkat alis, lalu menoleh ke arah Tama.

"Kasihan, ya, Tante. Tapi ya... siapa suruh main-main dengan kita, iya gak?"

Tama terkekeh kecil. "Dan sekarang dia yang harus rasakan rasanya dikhianati."

Tama mencium punggung tangan Kemala dengan lembut. "Miss you, honey."

Kemala menjawab dengan malu-malu. "Miss you, too, Mas."

Dan pagi itu, di tengah sarapan sederhana, tawa mereka terdengar ringan. Di atas luka hati Erina dan sisa dendam, cinta mereka justru tumbuh subur-sementara Erina, kini terabaikan di rumahnya sendiri.

Di dalam kamarnya, Erina terus mengutuk sikap Tama dan Kemala. Ia benar-benar merasa terhina.

Erina, wanita anggun yang selalu mendapat tempat terhormat di rumah ini-kini disingkirkan ke sudut paling sepi, disingkirkan oleh seorang gadis muda kampungan yang kini tidur di tempat yang pernah ia miliki... bersama suaminya sendiri.

"Keponakan gak tahu terima kasih. Susah aku bawa ke rumah ini, malah merebut apa yang menjadi milikku. Dasar wanita murahan!!"

Matanya memerah. Tangannya mencengkeram bantal tipis dengan marah, lalu melemparkannya ke lantai.

"Kamu akan membayar semuanya, Kemala. Demi Tuhan, aku tidak akan kalah dari perempuan sepertimu!"

Ponsel di atas meja bergetar pelan. Sebuah pesan dari Yudha masuk.

> Yudha

"Kita harus ketemu malam ini. Kita mulai rencana kita."

Erina menatap layar ponsel itu lama, lalu senyum miring muncul di wajahnya. Ia membuka lemari kecil dan mengeluarkan sebuah gaun panjang berwarna merah darah. Bukan untuk memikat, tapi untuk memperingatkan bahwa seorang ratu yang tersingkir sedang bersiap mengambil tahtanya kembali.

Malam hari pun tiba. Erina pamit pada suaminya dengan alasan akan menghadiri pesta ulang tahun temannya. Dengan gaun merah menyala miliknya, ia tampil begitu glamor malam ini.

Tama yang sedang nonton berdua dengan Kemala di ruang keluarga itu, nampak acuh tak acuh. Seolah keberadaan Erina hanyalah ilusi.

Erina tersenyum getir. Ia merasa suaminya semakin berubah. Dan itu semua, gara-gara Kemala! Terlanjur basah, ia tidak mungkin mengusir Kemala karena bisa-bisa malah dirinya terusir tanpa mendapatkan apapun. Selama ini Erina Hanya ibu rumah tangga biasa yang suka berfoya-foya dari penghasilan suaminya. Ia bukan tipe wanita yang suka kerja keras apalagi berbisnis. Dirinya hanya bisa menghabiskan uang tanpa tahu susahnya mencari uang itu.

Akhirnya malam itu, Erina pergi dengan menaiki taksi online. Bukan untuk menghadiri pesta ulang tahun temannya, melainkan untuk datang ke sebuah tempat di mana Yudha sudah menunggu sejak tadi.

Lampu neon berkedip pelan. Erina turun dari mobil dengan kaca hitam, make up-nya bold dan ia mengenakan kacamata gelap. Di dalam ruangan yang setengah gelap, Yudha menunggunya bersama dua pria asing-bertubuh besar, wajah penuh tato, dan ekspresi dingin.

"Akhirnya kamu datang," ucap Yudha sambil berdiri. Ia mencium pipi Erina singkat, lalu menuntunnya ke kursi.

"Siapa mereka?" bisik Erina curiga.

"Orang yang akan bantu kita."

Erina menyandarkan tubuhnya, matanya tajam.

"Kamu yakin ini akan berhasil? Tadinya aku menyuruh Vino untuk menjebaknya agar dia terikat kasus skandal. Aku ingin Kemala dibenci semua orang dan pada akhirnya, menggantungkan hidupnya padaku, Tantenya."

Yudha tertawa pelan. "Kau ingin jebak dia dengan skandal?"

Erina mengangguk. "Skandal, atau... penggelapan. Apa saja yang bisa menghancurkan reputasinya. Biar publik tahu bahwa si 'istri kedua yang suci' itu sebenarnya licik dan rakus."

Erina memandang ke arah jendela. Dari kejauhan, terlihat gedung-gedung mewah berdiri, seperti impiannya yang dulu hampir ia genggam.

"Kalau aku harus bermain kotor untuk merebut semuanya kembali... maka aku akan main sekotor-kotornya."

Yudha tersenyum miring. "Vino itu lemah. Dia penakut, cemen! Biarlah dua orang ini yang akan

Menjebaknya. Bila perlu, rud*paksa saja biar dia tahu rasa. Dia telah mengganggu kesayanganku, keponakanmu itu harus mendapatkan ganjarannya," ucap Yudha seraya menepuk pahanya, meminta Erina untuk semakin dekat.

Wanita yang begitu menggoda dengan bibir merah menyala itu langsung duduk di pangkuan kekasih gelapnya. Yudha memang selalu tahu apa yang Erina inginkan.

Erina tersenyum gelap. "Bagus. Kita mulai dari pelan-pelan. Bikin Kemala lengah. Biarkan dia menikmati rasa manis, sebelum kita hempaskan dia ke dasar jurang. Tapi ingat, jangan sampai membuatnya mati. Karena jika dia mati sebelum harta warisan itu berpindah tangan, maka aku tidak akan mendapatkan apa-apa karena semua warisannya akan dialihkan ke panti asuhan."

"Tentu, Sayang. Malam ini, kita bersenang-senang dulu sebelum menonton kehancurannya esok hari. Puaskan aku seperti biasa!" ucap Yudha tanpa rasa malu. Ia melirik dua orang pria berbadan kekar itu dan meminta mereka keluar dari ruangan. Di markas pribadinya itu, mereka tidak segan melakukan sesuatu yang tak bermoral.

Keesokan Harinya - Rumah milik Tama itu terasa sunyi. Tama sedang ke cafe sebentar. Sementara Erina, sejak semalam dia belum pulang. Tama maupun Kemala seolah tak peduli. Tidak pulang selamanya pun tak masalah.

Kemala sedang duduk di halaman belakang, menikmati teh manis hangat pagi sambil membaca buku. Ia tidak ke kampus hari ini, tubuhnya masih terasa remuk

Akibat ulah Tama semalam.

Jangan ditanya mereka melakukan apa?

Sepasang pengantin baru, tentunya akan terus mencoba dan mencoba lagi. Dan kali ini, Kemala sudah tidak merasakan rasa sakit seperti kemarin malam. Ia malah ikut menikmati setiap sentuhan dan gelora berbahaya yang diberikan oleh suaminya yang selalu berg a i rah itu.

"Tub*hmu benar-benar candu, Sayang," ucap Tama setelah berhasil membuat tu-buh Kemala bergetar hebat, merasakan dirinya yang seperti terbang melayang di atas awan setelah mencapai puncak. Inilah yang sering disebut surga dunia. Sesuatu yang indah dan nikmat, sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Sinar matahari pagi memantulkan cahaya indah di wajahnya. Tidak ada yang tahu bahwa dari kejauhan, seseorang tengah mengamati gerak-geriknya dari balik pagar rumah, dengan kamera di tangan.

Seorang pria bertopi hitam menekan tombol kamera, mengambil beberapa gambar diam-diam. Ia berbicara melalui earphone kecil di telinganya.

"Target sedang duduk sendiri. Aman. Tunggu perintah selanjutnya."

Kemala mengangkat kepalanya sejenak. Ada rasa tidak nyaman. Seperti sedang diawasi. Tapi ia menggelengkan kepala, mencoba menepis perasaan aneh itu.

Ting.

Sebuah pesan masuk. Kemala mengerutkan keningnya saat membaca pesan dari nomor misterius yang

Entah dari siapa.

[Kemala, kamu harus pergi dari rumah sekarang juga. Cari tempat ramai atau pergi ke kampus! Ada orang yang ingin mencelakaimu dan menjebakmu]

Kemala mengerutkan keningnya, ia mencoba menghubungi nomor itu. Namun nihil, nomor tersebut malah tidak aktif. Ia ingin memastikan jika pesan itu bukan dari orang iseng.

Perasaan Kemala mulai tak enak. Bagaimana jika pesan itu nyata? Bukan sebuah candaan dari orang iseng yang ingin mengerjainya.

Kemala kembali menatap sekelilingnya, hening.

Tanpa pikir panjang, ia segera masuk kemudian keluar lagi dan mengunci pintu rumah. Kemala masuk ke dalam mobilnya dan melaju meninggalkan rumah tantenya itu.

Tujuannya adalah cafe. Ia akan menemui Tama, bersama suaminya, dia pasti aman.

Seseorang yang memantau gerak-gerik Kemala di balik pohon yang berada tak jauh dari rumah itu langsung memberi kabar pada bosnya.

"Sepertinya gagal. Tiba-tiba gadis itu keluar rumah. Akan beresiko jika kita bergerak di luar."

PRANKKK.

Seseorang diujung telepon itu adalah Yudha. Dia langsung membanting gelas wine yang dia pegang setelah mendengar kabar jika rencana hari ini gagal. Padahal ini adalah kesempatan besar karena Kemala sedang sendirian

Di rumah.

"Ada apa?" tanya Erina yang baru saja terbangun. Ia masih polos tanpa selai benang, tubuh wanita itu hanya tertutup oleh selimut. Semalam ia dan Yudha telah melewati malam panjang. Erina tidak mau ambil pusing. Jika Tama bisa bersenang-senang, maka dia pun bisa. Rumah tangganya dengan suaminya benar-benar sudah tidak sehat.

"Gagal! Si Jarwo dan Burhan gagal hari ini. Katanya tiba-tiba si Kemala pergi dari rumah," ucap Yudha emosi.

Erina yang masih lelah dan mengantuk itu terduduk.

"Kok bisa? Apa mungkin dia sudah tahu?" tanya Erina.

"Mana mungkin lah, Sayang. Dia tidak mungkin tahu jika tidak ada yang ngasih tahu. Dan gak ada yang tahu rencana kita ini," ujarnya.

Erina mengangguk. Ia sendiri terlihat lebih santai.

Beda dengan Yudha yang kelihatan sangat bersemangat dalam menjalankan rencana jahatnya. Tentu saja sasarannya adalah uang. Ia begitu menggebu-gebu untuk merebut harta milik keponakan pacarnya itu. Karena jika sudah di tangan Erina, tentu saja akan sangat mudah memintanya kapan saja.

"Ya sudah, kita cari waktu lain saja. Mungkin tadi cuman kebetulan dia mau keluar. Udahlah, Sayang. Lebih baik, kita senang-senang lagi. Aku masih kepengen," ucap Erina dengan menggoda.

Yudha menyeringai, dalam hatinya sebenarnya muak pada Erina yang menurutnya sangat gampangan itu.

"Kau benar-benar h*per. Baiklah, kita lanjutkan yang

Semalam," ucap Yudha kemudian bangkit lalu membuka cela na nya lagi dan langsung menghadapkan ular piton ke arah Erina.

Seperti orang yang kelaparan, Erina dengan rakus menikmatinya. Dan pagi itu, suara-suara yang bikin bergidik itu kembali menggetarkan ruangan di markas milik Yudha.

*

Tama mengerutkan kening tatkala melihat mobil

berwarna pink fanta milik Kemala tiba. Ia langsung menghampiri istrinya yang keluar dengan tergesa.

"Hai, Sayang. Kok nyusul? Katanya tadi pengen istirahat," ucap Tama seraya mengecup keningnya.

Para karyawannya melihat itu dan cuman bisa geleng-geleng kepala. Mereka sudah tahu tentang pernikahan Tama dengan keponakan istrinya itu. Hal yang membuat orang awam yang tidak tahu masalahnya pasti akan menjudge buruk mereka. Namun Tama dan Kemala tidak peduli, biar orang lain berkata apa, yang merasakan dan menjalani adalah mereka berdua.

"Ini, Mas!"

Kemala memperlihatkan sebuah pesan dari nomor misterius. Wajah Tama langsung terlihat tegang. Ia pun segera meminta Kemala untuk masuk ke dalam ruangan pribadinya.

Tama meminta Kiki membawakan cemilan kentang goreng dan sosis serta minuman jus segar untuk kelama. Di dalam ruangan pribadi Tama, mereka terlibat obrolan serius mengenai pesan misterius itu.

"Kamu beneran nggak tahu ini nomor siapa?" tanya Tama.

Kemala menggelengkan kepalanya. "Gak tahu, Mas. Tapi aku takut, Mas."

Tama langsung memeluknya dan mengusap punggung istrinya.

"Jangan takut, ada aku disini. Aku janji, mulai detik ini tidak akan meninggalkan kamu sendirian. Bila perlu, aku akan perkerjakan beberapa orang di rumah untuk mengawasi. Aku yakin, jika apa yang dikatakan oleh seseorang misterius itu benar, pasti orang yang akan mencelakaimu itu adalah suruhan Erina."

Kemala mengangguk. Ia pun berpikiran yang sama.

Hingga kecurigaan mereka semakin terbukti tatkala ada sebuah pesan masuk lagi. Kali ini dengan nomor baru, beda dengan nomor yang tadi. Entah siapa pengirim pesan itu, namun baik Kemala maupun Tama yakin jika orang itu tahu banyak tentang kejahatan yang disembunyikan Erina.

Kemala membuka pesan yang berisi sebuah foto dimana terlihat Erina sedang berjabat tangan dengan seseorang yang tentu saja sangat Kemala kenali.

"Tante Erina... Mang Jaka...?"

Degh.

Kemala mematung. Foto itu memang terlihat biasa saja, namun ia merasa terhenyak saat melihat tanggal di foto tersebut.

Foto itu diambil sehari sebelum kecelakaan. Itu

Artinya, Erina menemui Mang Jaka. Dan itu artinya, memang ada persekongkolan Erina dengan supir pribadi ayahnya itu.

Tapi jika benar Mang Jaka bersekongkol, kenapa di juga ikut celaka? Bahkan sampai harus diamputasi.

Semua ini bagai kepingan puzzle yang membuat Kemala pusing, namun ia semakin yakin jika tantenya adalah orang jahat. Tapi apa motifnya? Mengapa Erina setega ini pada kakaknya sendiri yang selalu membantunya.

Dan yang membuat Tama serta Kemala penasaran, siapa pemilik nomor misterius ini? Dia tahu banyak, tapi tidak mau menunjukkan diri. Kenapa seolah pria itu ingin memberikan banyak bukti?

"Siapa pengirim pesan misterius ini, Mas? Jika kita berhasil mengetahuinya, kita akan banyak mendapatkan bukti."

Tama menggelengkan kepalanya. "Mas juga gak tahu. Tapi sekarang juga, ayok kita ke Cisarua, temui Mang Jaka. Aku akan pastikan dia berbicara kali ini!" ajak Tama yang dibalas anggukan mantap oleh Kemala.

Keduanya siap untuk mencari bukti sebanyak-banyaknya. Meskipun masih bingung dan penasaran tentang si pengirim pesan misterius itu, namun setidaknya keduanya mendapatkan sedikit titik terang. Kebenaran memang selalu menemukan jalannya.

***

1
Towa_sama
Wah, cerita ini seru banget, bikin ketagihan!
✨HUEVITOSDEITACHI✨🍳
Ngakak banget!
im_soHaPpy
Datang ke platform ini cuma buat satu cerita, tapi ternyata ketemu harta karun!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!