NovelToon NovelToon
Cinta Yang Sederhana

Cinta Yang Sederhana

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta setelah menikah / Istri ideal / Slice of Life
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: De Shandivara

Aditya patah hati berat sebab Claudia—kekasihnya— memilih untuk menikah dengan pria lain, ia lantas ditawari ibunya untuk menikah dengan perempuan muda anak dari bi Ijah, mantan pembantunya.

Ternyata, Nadia bukan gadis desa biasa seperti yang dia bayangkan sebelumnya. Sayangnya, perempuan itu ternyata sudah dilamar oleh pria lain lebih dulu.

Bagaimana kisah mereka? Ikuti kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon De Shandivara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18. Jalan Braga

Aditya benar-benar puas, masakan buatan Nadia tidak pernah gagal. Rasa spagheti barusan, tidak kalah dengan cita rasa spagheti restauran bintang lima.

Membandingkan rasa masakan terenak sekali pun, punya Nadia masih menjadi juara. Aditya bertanya, darimana dirinya belajar memasak? Kata Nadia, sejak kecil dia memang suka memasak. Sedikit mencurigakan karena melihat dari teknik mengolahnya, Nadia terlihat paham benar membuat pasta.

Selain memang Nadia berbakat, dia juga sudah terbiasa memasak. Bukan cuma yang pas kebetulan enak.

Aditya mengira mana mungkin Nadia bisa membuat saus bolognese selezat itu, apa bi Ijah sering memberikan bahan masakan lengkap sehingga seorang Nadia bisa andal memasak begitu?

Apapun bahan makanan yang disentuhnya, disulap menjadi makanan yang enak-enak. Sesederhana roti panggang menu sarapan pun akan terasa bedanya jika itu buatan Nadia.

Perempuan itu membelakanginya. Ia membersihkan piring bekas makan. Seakan hidupnya tidak pernah santai, ada saja yang harus dikerjakan dari bangun tidur hingga akan tidur lagi, Aditya mulai mengerti jika sosok Nadia ringan tangan dalam arti suka bebersih.

Nadia akan senang mengerjakan hal-hal kecil penuh perhatian. Jika Aditya berpikir, "Apa dia ada riwayat OCD, ya? Alias sindrom perfeksionis yang tidak suka berantakan?"

Berulang kali, pria itu berpikir keras. Kayaknya memang benar jika Nadia penyandang OCD karena secuil barang tergelak saja, dia akan langsung pungut dan diletakkan di tempatnya.

Aditya pening melihat Nadia yang tidak ada hentinya bergerak. Ia ingin perempuan itu duduk tenang di sisinya, bercerita ringan tentang apapun misal pekerjaannya.

Akan tetapi, tidak. Nadia selalu sibuk dengan kegiatannya, sedangkan mulutnya diam.

"Gak capek, Nad?" tanya Aditya begitu Nadia tengah memberesi tempat sampah.

"Sini," ajak Aditya menggeser kursi kosong, lalu menepuknya.

Nadia menurut sambil memegang kain lap di tangannya, dia mau duduk sejenak. Bertanya, "Ada apa, A?"

Aditya cuma menggeleng. Nadia benar-benar cantik mau berpenampilan apapun itu. Kini dia hanya memakai gamis rumahan yang seperti daster tapi lebih modis, ada tali di belakang pinggangnya dan dia selalu tertutup menggunakan manset sepanjang tangan.

Aditya memandanginya. Mungkin Tuhan memang mengabulkan doanya, dia disatukan dengan perempuan yang pernah dia damba dan mintakan pada Tuhannya supaya menjadi jodohnya.

Kini dia ada di depan mata, mengapa Aditya masih menolak? Bukankah itu suatu anugerah? Mengapa dia merasa dirinya paling suci sehingga merasa keberatan menerima Nadia yang mungkin sudah bukan "gadis" sebelum dia nikahi.

Jika harus memulai, tapi dari mana?

Aditya meraih tangannya. Tangan yang mulus, lembut, dan halus.

Dia mengusapnya.

"Tangan ini yang selalu buat makanan enak," kata Aditya memujinya.

"Mau keluar?" ucap Aditya. Nadia diam, tak merespon. Apakah Aditya sedang mengajak atau cuma memberitahunya saja.

Aditya yang lantas berdiri dari tempat duduknya, lalu mengambil jaket dari dalam kamarnya.

"Ayo," ajaknya, setelah memakai jaket miliknya.

Nadia mengernyit.

"Ayo kemana, A?"

"Ayo keluar, kan tadi aku bilang mau keluar."

Meski masih ragu dan tidak jelas apa yang Aditya mau, apakah dia sedang mengajak atau memerintah.

"Kok diam? Ayo bersiap, kita keluar."

Nadia tidak tahu dirinya akan dibawa kemana, dia menurut saja kemana Aditya akan membawanya pergi dengan mobilnya.

Hari kian sore, tetapi langit Kota Bandung saat itu sedang teduh.

"Kemana, Nad?" tanya Aditya.

Dia juga bingung mau membawa Nadia kemana. Ia berpikir jika perempuan sepertinya tidak akan terlalu suka dibawa ke keramaian. Mall sepertinya bukan pilihan tempat yang tepat.

Ditanya mau kemana, Nadia hanya mangap. Dia tidak tahu tempat mana yang ingin dikunjunginya, tetapi ia ingat satu destinasi ikonik khas kota itu.

"Jangan Gedung Sate, please. Dari orok gue udah dibawa ke sono mulu, bosan!" sergah Aditya sebelum Nadia membuka suara.

"Yah, padahal baru mau bilang pengin ke sana, A. Untuk pertama kalinya," jawab Nadia.

Kalau saja itu bukan permintaan Nadia untuk berkunjung ke sana pertama kalinya, Aditya takkan mau mengunjungi tempat itu.

"WOW!" seru Nadia memandang takjub gedung berornamen seperti tusuk sate di atasnya.

Namun, bagi Aditya tanggapannya hanya, "Wah." Dengan nada malasnya.

"Keren banget, A! Lihat! Beneran sate!"

Aditya memutar bola matanya. Sungguh, dia sudah muak melihat tusuk sate itu di sepanjang hidupnya hingga setua itu, gedung itu masih sama. Membanggakan, tetapi sangat familiar baginya.

Nadia tak mau kehilangan moment itu, dia memotret setiap benda yang menarik perhatiannya. Bahkan bunga yang baru mekar di taman itu dia foto.

Padahal baru di halaman depan, tetapi sudah memenuhi hampir seluruh memori hapenya.

Cekrek, cekrek, cekrek. Entah berapa ratus kali perempuan itu mengambil gambar.

"Di kotamu gak ada yang seperti ini, Nad?"

"Ada, Lawang Sewu itu? Juga Kota Lama. Ya, mirim-mirip, A. Bangunan kuno, tapi aku selalu suka dengan bangunan tua. Terasa mahal dan estetiknya," ucap Nadia.

"Aa mau aku fotoin, ga?" tanya Nadia mengarahkan kamera ke wajah Aditya.

"Gak, udah ada satu album kali aku foto di tempat ini."

Nadia tertawa mendengar jawaban suaminya. Biar menolak dan terlihat tidak antusias, Nadia tetap mengambil gambarnya yang murung sambil melipat tangan di dada bersama dengan jaketnya yang dia gulung di dada.

"Sini, kamu saja aku fotoin."

Nadia mengangguk, lantas dia memberikan ponselnya. Aditya pikir, Nadia akan mengambil tempat yang bagus untuk berpose, tetapi langkahnya terlalu jauh.

"Dimana, Nad?"

"Bentar, A!"

Aditya mengikuti sedikit demi sedikit, tetapi Nadia malah berjalan semakin jauh.

"Nad, kejauhan!" kata Aditya.

Nadia berlari kecil menghampiri Aditya.

"Aa jangan ikutan jalan. Aa di sini saja, foto aku dari sini. Oke?" kata Nadia. Lalu dia kembali berlari ke tempat semula.

Sangat jauh, 10 meter sepertinya ada.

"Udah, A. Tolong fotoin," ujar Nadia.

Lagi dan lagi Aditya merasa bingung, pasalnya pose Nadia membelakangi kamera.

"Ini fotoin apaan? Punggung? Yang bener aja nih, bocah," bisik Aditya mendumal.

Sekian lama, Nadia hanya berpose itu itu saja meski Aditya berulang kali mengakatan, "Ganti pose."

"Udah, Nad."

Nadia kembali. Dia melihat foto-foto dirinya hasil jepretan Aditya.

"Bagus banget. Makasih, A."

"Bagus apanya? Aku motoin punggung doang!"

"Hehehe, aku malu kalau foto muka, A."

"Baru kali ini suruh fotoin punggung doang. Mana jauh banget lagi, sama saja kayak fotoin tuh sate dari sini, Nad," tunjuk Aditya ke atas gedung itu.

Nadia tertawa.

Hari makin sore, Aditya membawa Nadia berkeliling kota. Menapaki tempat-tempat wisata yang populer di kota kembang itu.

Jalan Braga.

Aditya membiarkan Nadia kembali ternganga melihat Braga ketika senja. Sudah pasti estetik.

Jalanan kota yang masih terasa nuansa zaman kehidupan orang-orang Hindia Belanda. Bagi Nadia, itu adalah surganya vintage.

"Ya, mulai lagi deh," kata Aditya begitu melihat Nadia yang seketika menjadi fotografer dadakan yang memotret segala jenis ornamen vintage sepanjang jalan itu.

Mereka berakhir di kedai kue dan kopi.

"Kukis choco piccolo, 2, Teh! Sama kopi late 1, cokelat panas 1," ucap Aditya melongok ke dalam kedai, salah satu mini kafe di jalan Braga itu.

"A Adit! Ya Allah, baru kelihatan lagi setelah sekian lama ini, A?!"

"Ya, Teh. Lagi jalan-jalan di sini, nih."

"Ah. Kangennya. Ini teh sama istrinya yang ..."

"Shhh. Ya!" jawab Aditya langsung tanpa menunggu akhir kalimat itu. Ia sudah mengira pasti teh Yanti sudah tahu kabar tentang dirinya. Dia tidak mau tiba-tiba menjadi pusat perhatian orang pengunjung jalan Braga.

Biar yang tidak tahu beritanya, tidak usah tahu sekalian.

Yanti, pemilik kedai kopi langganan Aditya sejak SMA. Dia sudah sangat mengenal Aditya dan juga teman-temannya.

"Semenjak sukses teu mampir lagi ke warung kecil saya." Yanti meletakkan pesanan Aditya.

"Sekarang udah gak sukses, jadinya mampir lagi, Teh." Aditya menjawabnya dengan gurauan.

"Ah, bisa aja, A! Ini si Eneng geulis pisan, A?" kata teh Yanti.

"hem," jawab Aditya sambil menyeruput kopi panasnya.

"Kemarin teh, A. A Mahes, A Brian, pada kesini, apa mereka juga udah gak sukses, A? Makanya pada mampir ke sini?"

Aditya tertawa. Bukan begitu juga maksudnya. Namun, Aditya kini jadi teringat dengan teman-teman lamanya.

"Sehat berarti mereka, ya, Teh? Lama sudah gak ketemu juga, pada sibuk sendiri."

"Ah, pantaslah karena sudah pada sukses. Neng Sita juga waktu itu ke sini, dia tanyain kabar A Adit," ujar Yanti berbisik.

Nadia masih bisa mendengarnya. Namun, dia memilih berpura-pira tidak mendengar sambil sibuk memakan kukis sambil mengulir ponsel berisi foto-fotonya.

"Masih cantik gak, Teh?"

"Wah, kayak artis, A. Celananya segini," kata Yanti menunjukkan sependek apa celana perempuan yang sedang mereka bicarakan.

"Diva, kabar Diva gimana, Teh?"

"Diva??? Wah, tambah sexy pisan dia! Pernah waktu itu ke sini, pakai kutang doang, A!"

"Ups!" Yanti menutup mulutnya. Dia sadar karena telah berbicara terlalu keras hingga pelanggan kafenya melirik seketika.

Aditya terkekeh. Dia nyaris terpingkal mendengar cerita Yanti yang tak pernah berubah sejak dulu.

"Ih, ini gara-gara A Adit, nih! Nanti pelanggan saya berkurang atuh, A. Jangan bahas soal Diva, atuh!" Yanti menepuk lengan Aditya dengan nampan di tangannya.

Jalan Braga memang akan semakin terlihat indah jika semakin malam. Hari sudah larut malam, besok harus kembali bekerja karena memang jarak Minggu ke Senin sangatlah singkat.

"Kita nginap di hotel saja, ya, Nad? Kejauhan kalau pulang, besok pagi kita pulang."

Nadia mengangguk pasrah. Dia pun sudah lelah karena memang perjalanannya jauh jika harus kembali ke unit apartemen mereka. Dia terlalu menikmati Braga sampai lupa waktu.

Hotel bagus di dekat Braga.

"Ya, satu suite room."

Aditya mendapatkan kunci kamarnya dari resepsionis.

Nadia mengekor, Aditya tidak melepas genggaman tangan itu sampai mereka tiba di kamar.

Nadia bingung. Kamarnya besar, tetapi cuma ada satu ranjang besar.

"Kita satu ranjang, A?"

"Ya," jawabnya.

Memang itu tujuanku.

1
Niar Zahniar
novel selalu rumit thor
darsih
Nadia ayok suami nya nyusul ke kampung
Ayu
di tunggu up nya lagi yaa

semangat /Determined/
hello shandi: Makasih, Kak Ayu🥰
total 1 replies
darsih
aditilya ada2 aja takut SM kecoa
hello shandi: Hehehe....
total 1 replies
darsih
kasihan Aditya nada
darsih
Aditya kasihan bngt
hello shandi: Hehehe. Kata Nadia : rasain deh
total 1 replies
Ayu
kalau berhenti setidaknya bikin ending yang melegakan hati yah Thor /Ok/
ayuk Up lagiih hehee
Ayu
bagus kok , terusin up nya saya tunggu
hello shandi: makasih kak😊
total 1 replies
darsih
Claudia pinter bngt kmaren aja ninggalin Adit
darsih
pasti Claudia yg dteng tuh
darsih
s Bisma eror suami istri pelukan malah ngajaknribuk SM Aditia
darsih
aduh JD penasaran siapa ya
darsih
GC juga Aditia d sofa pun jadi
hello shandi: wkwkwk 😅😅
total 1 replies
Niar Zahniar
ampun deh si aditia, , dlu elham irit bicara imi aditia ngoceh aja kerja nya
hello shandi: iya kebalikannya nih
total 1 replies
darsih
wkwkwkwwkwk
aditi Aditia kocak beud masak masih amatiran
Indah Lestari
jgn2 kamu bkn is3 k2 Nad...bs jadi is3 k10 atw 20....
darsih
Aditya ternyata playboy Nadia baru tau kelakuan Aditya
darsih
Nadia. masih perawan Adit JD kudu sabar
darsih
modus s Aditia 😀😀
Agnes Gulo
semangat kk utk UP, nih cerita gak kalah seru dr kisah elham dan dita 😍
hello shandi: Hehehe, okey👍🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!